
Pengulangan
Oleh: Ustadz Yahya Zainul Ma’arif, Lc., M.A., Ph.D. (Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon Jabar)

Ada seseorang yang tampak gusar menceritakan kondisi hidupnya. Ada mahasiswa yang sangat kecewa, putus asa dan sempat marah kepada Allah karena ujian semesternya gagal total. Ada juga pemuda yang sedang berdoa dan berusaha dalam upaya mencari jodoh, tetapi tetap gagal juga. Lalu berhakkah kita kecewa, berhakkah kita putus asa, dan bolehkah kita protes atau marah kepada Allah Swt?. Tentu saja jawabannya tidak boleh.
Kenapa kita tidak boleh putus asa, kecewa, apalagi marah kepada Allah?. Karena kita mahluk, yang harus tunduk atas ketentuan dari Sang Khalik, tempat manusia bergantung, dan Zat yang serba Maha.
Ada adab dalam berdoa, yang pertama menyerahkan secara total atau pasrah apa yang sedang kita hadapi. Terserah bagaimana Tuhan menyelesaikan masalah kita. Kemudian dalam berdoa, kita harus yakin bahwa doa kita pasti terkabul, dan ini harus kita yakini. Allah Swt sudah menegaskan, Ud‘uunii Astajib Lakum, Mintalah pada-Ku Niscaya Aku Kabulkan:.
Rasulullah juga menegaskan, “Ud’ullaha wa antum muqinuna bil ijabah; berdoalah kepada Allah dengan keadaan yakin akan dijawab”. Dengan syarat dan ketentuan, “Dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi).
Makna kabul ini yang harus kita pahami. Allah akan mengabulkan doa seperti yang kita minta. Terkadang memang dalam bentuk yang berbeda, kadang spontan doa tersebut dikabulkan, dan kadang doa kita akan dikabulkan kemudian, dan kadang Allah mengabulkan permohonan doa kita melebihi apa yang kita minta. Kita harus yakin itu.
Lalu apa yang menyebabkan doa kita tidak dikabulkan oleh Allah Swt. Pertama, karena kita buru-buru memutuskan atau memvonis bahwa Allah tidak akan memenuhi atau mengabulkan doa kita. Ini merupakan tanda-tanda doa kita tidak akan terkabul.
Ada orang yang akan bepergian lalu berdoa, “Ya Allah mudah-mudahan perjalanan saya lancar.”. Ternyata kenyataan justru sebaliknya, macet dalam perjalanan. Sepintas kita menilai bahwa doa orang tersebut tidak terkabul. Gara-gara macet, orang tersebut ketinggalan jadwal pesawat, tiket pesawat hangus dan kehilangan kesempatan bertemu rekan bisnis dan lain-lain.
Tapi ternyata beberapa jam kemudian orang tersebut mendengar berita, bahwa pesawat yang sedianya ia tumpangi terlibat kecelakaan dan terjatuh.
Kira-kita orang yang merasa doanya tidak terkabul gara-gara macet dalam perjalanan tadi, merasa bersyukur tidak?. Jelas, karena Allah menyelamatkan orang tersebut.
Cerita tersebut hanya sebagai contoh saja, bahwa kadang Allah menunda mengabulkan doa itu untuk kebaikan kita, untuk keselamatan kita dan untuk kondisi lebih baik dari yang kita bayangkan.
Karena itu, berprasangka baiklah kepada Allah. Allah Swt bisa saja mengabulkan doa kita saat itu juga, menunda mengabulkan doa hambanya, atau justru kita yang belum pantas menerima dari apa yang kita minta.
Sumber: Al Bahjah TV
Tinggalkan Balasan