Yogyakarta (Trigger.id) – Usaha peternakan skala rakyat sampai saat ini masih mendominasi produksi sapi perah nasional dengan prosentase sekitar 90 persen. Setiap peternak rata-rata memiliki 2-3 ekor sapi dengan produksi rata-rata 8-13 liter per ekor per hari.
Pasca terjadi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sebagian besar menyerang ternak sapi perah, jumlah produksi susu terjadi penurunan. Sehingga perlu upaya khusus untuk mendorong peningkatan produksi dan produktivitas sapi perah nasional
Mengutip laman resmi ugm.ac.id, Tim Laboratorium Teknologi Makanan Ternak (TMT) Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menciptakan produk konsentrat immunobooster untuk meningkatkan produksi susu sapi terutama pasca infeksi penyakit. Produk suplemen ini mengandung bahan berupa Jagung, kopra, bungkil kelapa sawit, corn gluten meal, onggok ketela singkong, dedak gandum, tetes tebu, minyak sawit, premix mineral dan premix vitamin.
Salah satu peneliti, Moh. Sofi’ul Anam, S.Pt., M.Sc., mengatakan produk pakan suplemen ini bisa meningkatkan produktivitas dan peningkatan kesehatan ternak sapi dan domba. Menurutnya, sapi perah terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) produksi susunya turun drastis, telah diberi immunobooster produksinya kembali meningkat. “Saat terkena PMK produksi susunya turun hingga 50 persen dari produksi awal. Lalu, ketika ada treatment produksi susunya bisa kembali normal. Misal awalnya 12 liter lalu kena PMK jadi 5-6 liter dan setelah diberi suplemen ini bisa kembali normal 11-12 liter,” kata Sofi’ul, Kamis (29/8/2024).
Dikatakan Sofi’ul, immunobooster merupakan formula konsentrat yang mengandung energi-protein densitas tinggi, makro-mikro mineral esensial, probiotik, herbal untuk melengkapi dan menyeimbangkan nutrisi pakan.
Pengembagnan inovasi pakan nutrisi sapi dan domba ini menurtnya, dalam rangka mengatasi persoalan produksi produksi susu dan daging di kalangan peternak. Salah satu kunci untuk meningkatkan produksi susu dan daging ini dengan meningkatkan kualitas nutrisi dengan teknologi pakan ini.“Wabah PMK banyak menimbulkan kerugian besar sehingga perlu inovasi pakan untuk meningkatkan imunitas dan produktivitas ternak,” terangnya. (zam)
Tinggalkan Balasan