

Rasulullah ﷺ pernah memberikan isyarat tentang kondisi umat Islam di akhir zaman, yakni ketika mereka lebih mencintai dunia dan melupakan hal-hal yang seharusnya menjadi fokus utama dalam kehidupan seorang Muslim. Sebuah hadis yang dinisbatkan kepada beliau menyatakan:
سَيَأْتِي عَلَى أُمَّتِي زَمَانٌ يُحِبُّونَ خَمْسًا وَيَنْسَوْنَ خَمْسًا: يُحِبُّونَ الدُّنْيَا وَيَنْسَوْنَ الْآخِرَةَ، يُحِبُّونَ الْمَالَ وَيَنْسَوْنَ الْحِسَابَ، يُحِبُّونَ الْخَلْقَ وَيَنْسَوْنَ الْخَالِقَ، يُحِبُّونَ الذُّنُوبَ وَيَنْسَوْنَ التَّوْبَةَ، يُحِبُّونَ الْبُيُوتَ وَيَنْسَوْنَ الْقُبُورَ.
“Akan datang suatu masa pada umatku di mana mereka mencintai lima hal dan melupakan lima hal: Mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat, mencintai harta dan melupakan hisab, mencintai makhluk dan melupakan Khalik, mencintai dosa dan melupakan taubat, mencintai rumah dan melupakan kubur.”
(Dinukil dalam berbagai kitab hikmah dan nasihat ulama, meski status hadis ini diperdebatkan, maknanya sejalan dengan nilai-nilai syariat)
1. Mencintai Dunia dan Melupakan Akhirat
Kecintaan terhadap dunia menjadi fitnah yang paling besar. Banyak manusia berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan, jabatan, dan popularitas, tetapi lupa bahwa kehidupan dunia hanyalah tempat singgah sementara. Allah SWT berfirman:
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
(QS. Ali Imran: 185)
2. Mencintai Harta dan Melupakan Hisab
Orang-orang berlomba dalam menumpuk harta, tetapi lupa bahwa setiap dirham dan dinar akan dimintai pertanggungjawaban. Dalam hadis sahih disebutkan:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ.
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ditanya tentang empat perkara… dan tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan.”
(HR. Tirmidzi, no. 2417)
3. Mencintai Makhluk dan Melupakan Khalik
Manusia mengidolakan sesama manusia, mencintai selebritas, atasan, pasangan, bahkan anak-anak melebihi cintanya kepada Allah. Padahal, cinta tertinggi seharusnya hanya untuk Sang Pencipta. Allah berfirman:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.”
(QS. Al-Baqarah: 165)
4. Mencintai Dosa dan Melupakan Taubat
Dosa dilakukan dengan sengaja, bahkan dijadikan bahan candaan atau konten hiburan. Sementara taubat dilupakan, dianggap sebagai hal yang bisa ditunda-tunda. Nabi ﷺ bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.
“Setiap anak Adam pasti berbuat dosa. Dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang segera bertaubat.”
(HR. Tirmidzi, no. 2499)
5. Mencintai Rumah dan Melupakan Kubur
Banyak orang membangun rumah megah dan nyaman, tapi lupa mempersiapkan “rumah abadi” di alam kubur yang jauh lebih penting. Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنْزِلٍ مِنْ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ، فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ، فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ.
“Kubur adalah tempat persinggahan pertama dari tempat-tempat akhirat.”
(HR. Tirmidzi, no. 2308)
Peringatan ini seharusnya menyadarkan kita bahwa dunia bukanlah tempat menetap. Kita hanya musafir yang sedang singgah. Jangan sampai cinta kita kepada dunia membuat kita lalai dari kehidupan akhirat yang kekal.
Mari kita kembalikan orientasi hidup kita kepada apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Dunia hanya titipan, akhirat adalah tujuan.
—000—
*Penceramah dan akademisi Ubaya
Tinggalkan Balasan