

Hidup di bulan Ramadhan ini sungguh sangat nikmat. Setiap amal kebaikan selalu dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. Karena itu, kita harus cermat mengisi bulan yang mulia ini dengan istighfar, beramal shalih dan bershalawat kepada Sayyidul Basyar Rasulullah Saw.
Ketika ada orang membayangkan dan memikirkan tentang surga lalu bertanya kepada Rasulullah Saw tentang surga tersebut. Rasulullah mengungkapkan bahwa nikmat surga belum pernah terlintas di benak manusia. Artinya manusia tidak bisa membayangkan betapa nikmatnya surga yang diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah yang saleh. Nabi Muhammad Saw bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بشر
“Allah SWT berfirman: Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia untuk hamba-hamba-Ku yang saleh.” (HR Muslim)
Surga adalah akumulasi dari semua puncak kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada tara.
Ada kisah seorang shalih menemui orang alim. Orang shalih tersebut meminta orang alim untuk diajarkan bagaimana caranya agar bisa selalu merindukan surga. Lalu orang alim tersebut menjawab dengan sangat jitu dan cerdik, fiiha Rasulullah. Surga itu di dalamnya ada Rasulullah Saw. Rasulullah Muhammad Saw adalah manusia pertama dan bahkan Nabi pertama yang dimasukkan surga sebelum Nabi-Nabi yang lain.
Surga adalah penghargaan yang nyata dan berharga bagi mereka yang melakukan usaha besar selama hidup mereka. Mereka yang layak mendapatkan surga adalah mereka yang memiliki keyakinan kepada Allah dan rasul-Nya dengan hati mereka. Tetapi anda harus tahu bahwa rahmat Allah adalah rahasia penerimaan upaya anda.
Anas bin Malik menerangkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
Rasulullah Saw bersabda, ”Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Lalu aku minta dibukakan. Maka penjaga pintu Surga berkata, ‘Siapakah engkau?’ Lalu aku jawab,’Aku Muhammad’. Lantas malaikat tersebut berkata,’Aku diperintahkan dengan sebab engkau. Aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum engkau’.” (HR Muslim).
Nabi Muhammad SAW akan menjadi orang pertama yang memasuki Jannah atau surga yang diriwayatkan melalui hadits shahih yang penjaganya tidak akan mengizinkan orang lain masuk. Dari umatnya, sahabatnya akan menjadi orang pertama yang masuk Jannah.
Selain tentang surga, orang alim tersebut berkata kepada orang shalih kamu harus istiqomah. Bahwa jika kamu ingin mendapatkan nikmatnya dalam beragama maka kuncinya harus istiqomah. Buah dari agama ini adalah istiqomah. Kita bisa menikmati ibadah shalat, infaq, sedekah dan ibadah lainnya termasuk hadir di majelis ilmu dengan cara istiqomah.
Ada kisah menarik dari seorang pembantu Rasulullah bernama Tsauban. Tsauban sangat setia kepada Rasulullah membantu hampir semua keperluan Rasulullah Saw.
Saking cinta dan sayangnya Tsauban, jikalau Nabi Saw sedang tidak berada di Madinah, misal bepergian jauh dan lama, Tsauban merasa sangat sedih. Kesedihannya yang luar biasa ini dikarenakan ia tak lagi bisa menatap, memandang, dan menakjubi wajah Nabi Muhammad Saw dengan sepuas-puasnya.
Suatu hari, Tsauban menangis dan diketahui oleh Rasulullah Saw. Beliau lalu bertanya, “apa gerangan yang membuatmu menangis, Tsauban?”
Tsauban menceritakan bahwa ia sungguh menyadari di suatu ketika ia pasti berpisah dengan Rasulullah Saw, karena kematian akan terjadi. Entah dirinya sendiri yang mendahului Kanjeng Nabi Muhammad Saw ataukah sebaliknya.
Tsauban meneruskan, betapa ia pun sungguh menyadari bahwa Rasulullah Saw sebagai kekasih Allah Ta’ala jelaslah akan masuk surga tertinggi, dan belum tentu dengan dirinya. Jikapun ia beruntung mendapatkan karunia surga dari Allah Ta’ala, tentulah ia takkan bisa berkumpul di surga teragung bersama Rasulullah Saw. Itu artinya ia takkan bisa leluasa lagi menatapi, memandangi, dan menakjubi wajah Nabi Muhammad Saw dengan sepuas-puasnya sebagaimana di dunia ini.
Kanjeng Nabi Muhammad Saw tersenyum. Kemudian Tsauban memohon kepada Rasulullah agar didoakan untuk masuk surga, walaupun derajat surganya tidak sama dengan surga beliau Saw. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Tsauban, aku akan mendoakanmu, dan bantulah aku dengan amal-amal shalihmu.”
Tak dinyana, dari kisah cintanya Tsauban kepada Rasulullah Saw tersebut turunlah surat Al-Nisa ayat 69 ini:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Sungguh betapa senangnya Tsauban tatkala Kanjeng Nabi SAW membacakan ayat tersebut kepadanya. Bukan alang kepalang girang bahagianya! Sebab itu berarti jaminan baginya yang amat sangat mencintai, menyayangi, dan mentaati Kanjeng Nabi SAW–tentu pula Allah SWT, untuk bisa terus berkumpul bersama Nabi Muhammad Saw.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya? ”Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)
Dalam riwayat lain, Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (HR. Bukhari no. 3688)
Semoga kelak kita dapat berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai, Rasulullah Saw, para sahabat, keluarga, sanak saudara serta kerabat. Aamiin Yra.
—000—
*Penceramah dan Anggota Dewan Penasehat ICMI Jatim tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan