Rasulullah SAW memberikan banyak peringatan mengenai bahaya melupakan atau meremehkan dosa yang telah diperbuat. Salah satu sabda beliau yang mengisyaratkan hal ini adalah:
“Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya seperti gunung yang ia takut akan menimpanya, sedangkan orang yang celaka (munafik) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya.”
(HR. Bukhari)
Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menjelaskan perbedaan antara sikap seorang mukmin sejati dan orang yang celaka (munafik) terhadap dosa. Seorang mukmin selalu merasa khawatir terhadap dosa-dosa yang telah diperbuatnya, meskipun dosa tersebut kecil, karena ia menyadari konsekuensi dosa di hadapan Allah SWT. Ia selalu merasa takut akan azab Allah dan berusaha untuk bertobat serta memperbaiki diri.
Dalam hadits lainnya Rasulullah saw. memberikan peringatan dan pengertian kepada kita tentang tanda-tanda orang yang celaka, sebagaimana yang dinyatakan dalam sabda beliau:
ﻋَﻼَﻣَﺔُ ﺍﻟﺸَّﻘَﺎﻭَﺓِ ﺍَﺭْﺑَﻌَﺔٌ
“tanda-tanda orang celaka itu ada empat”
الذُّنُوْبِ الْمَضِيَةِ وَهِيَ عِنْدَاللّٰهِ مَحْفُوْضَةُ نِسْيَانُ
“Lupa akan dosa-dosa yang telah lewat, padahal dosa-dosa itu tersimpan disisi Allah.”
رُدَّتْ وَلاَتَدْرِى اَقُبِلَتْ اَمْ وَذِكْرُ الْحَسَنَاتِ الْمَضِيَةِ
“Suka menyebut kebaikan-kebaikan yang telah lewat, sementara ia tidak tahu apakah kebaikan-kebaikan itu diterima atau ditolak”.
وَالنَّظَرُ اِلىَ مَنْ فَوْقَهُ فِى الدُّنْيَا
“Memandang orang yang lebih atas dalam urusan dunia”.
Maksudnya, ia selalu ingin mencontoh kepada orang yang lebih daripadanya dalam urusan dunia. Kalau orang lain bisa punya ini, mengapa aku tidak, Kalau orang lain bisa menduduki jabatan ini, mengapa aku tidak, Kalau orang lain bisa begini dan begitu, mengapa aku tidak, dan sebagainya. sehingga hilanglah rasa syukur dan Qonaah terhadap ni’mat yang telah diberikan oleh Allah SWT, serta menghalalkan segala cara agar ia memperoleh apa yang diinginkannya.
ﻣَﻦْ ﺩُﻭْﻧَﻪُ ﰱِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ. ﺍِﻟَﻰ ﻭَﺍﻟﻨَّﻆَﺮُ
“Memandang orang yang lebih rendah dalam urusan agama”.
Orang semacam ini mempunyai prinsip, masih ada orang yang lebih malas daripada aku dalam ibadah, mending aku daripada sidia, dan sebagainya. Sehingga tidak ada keinginan untuk mengikuti orang-orang yang lebih daripadanya dalam urusan ibadah, justru ia merasa cukup dan puas dengan ibadah yang telah ia kerjakan.
Allah SWT berfirman :”
فَتَرَكْتُكَ تُرِدْنِى فَلَمْ اَرَدْتُكَ
“Aku menghendaki kamu, sedangkan kamu tidak menghendaki Aku, maka aku tinggalkan kamu.
Nauzdubillah tsumma nauzdubillah min zdalik…
Demikianlah empat dari sekian banyak tanda-tanda orang yang celaka yang terdapat dalam Al-qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita, sehingga kita mampu menghindarkan diri dari keempat tanda orang-orang celaka tersebut.
—000—
*Penceramah dan akademisi Ubaya, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan