

Salah satu kenikmatan terbesar yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya adalah ditanamkannya Al-Qur’an di dalam hati mereka. Al-Qur’an bukan hanya kitab suci, tetapi cahaya yang menuntun kehidupan. Ketika seorang hamba diberikan kemuliaan untuk membaca, menghafal, mentadabburi, dan mengamalkan Al-Qur’an, itu adalah bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa. Namun, bagaimana jika nikmat ini Allah cabut?
Allah SWT berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)
Allah adalah Al-Hafizh, Dzat Yang Maha Menjaga. Namun, penjagaan ini juga berlaku bagi mereka yang bersungguh-sungguh menjaga Al-Qur’an dalam hidupnya. Ketika seseorang diberi kemampuan untuk menghafal Al-Qur’an, itu adalah amanah sekaligus karunia yang agung.
Baca juga: Inilah Ciri Orang Beruntung Sebagai Penghuni Surga Berdasarkan Hadis Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ، إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا، وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal Al-Qur’an adalah seperti unta yang diikat, jika ia menjaganya maka ia akan tetap padanya, namun jika ia membiarkannya maka ia akan lepas.” (HR. Bukhari no. 5031, Muslim no. 789)
Hadis ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bisa lepas dari hafalan seseorang jika tidak dijaga dengan baik. Ketika seseorang lalai dari membaca, mengulang, dan mengamalkannya, maka bisa jadi Allah mencabut hafalan itu dari dadanya—dan itu adalah musibah besar.
Hilangnya Al-Qur’an dari Hati: Tanda Hati yang Mati
Jika Al-Qur’an yang dahulu mudah dibaca dan diingat, kini menjadi berat bahkan terlupa, maka itu bisa menjadi tanda bahwa hati seseorang mulai jauh dari cahaya Ilahi. Rasulullah SAW bersabda:
تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ الإِبِلِ فِي عُقُلِهَا
“Biasakanlah membaca Al-Qur’an, karena demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh ia lebih cepat lepas (hilang dari hafalan) daripada unta yang terikat.” (HR. Bukhari)
Tidak sedikit ulama yang menangis tersedu-sedu ketika menyadari ada satu ayat saja yang terlupa dari hafalannya. Bukan karena hilangnya informasi, tetapi karena mereka merasa itu adalah tanda bahwa hubungan mereka dengan Allah mulai melemah.
Mengapa Allah Mencabut Al-Qur’an dari Dada Seseorang?
Terdapat beberapa sebab mengapa Allah mencabut Al-Qur’an dari hati hamba-Nya:
- Lalai dari Murajaah (mengulang hafalan)
- Tidak mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an
- Melakukan maksiat secara terus-menerus
- Meremehkan Al-Qur’an, menjadikannya hanya hafalan tanpa ruh
Allah berfirman:
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًا
“Dan Rasul berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.'”
(QS. Al-Furqan: 30)
Menjaga Agar Al-Qur’an Tetap dalam Hati
- Tilawah rutin setiap hari, walau hanya beberapa ayat
- Murajaah hafalan secara konsisten
- Mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan
- Berdoa kepada Allah agar ditetapkan hati dan hafalan
Nabi SAW sering berdoa:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 2140, Hasan Sahih)
Ketika Allah Menjauhkan Al-Qur’an, Itu Musibah yang Besar
Jika Allah mencabut Al-Qur’an dari hati kita, itu adalah pertanda bahwa kita sedang kehilangan hubungan ruhani yang paling penting. Maka marilah kita menjaga Al-Qur’an seperti kita menjaga nyawa kita. Jadikan Al-Qur’an sahabat hidup, penolong di alam kubur, dan penuntun menuju surga.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya.”
(HR. Muslim no. 804)
Semoga Allah SWT senantiasa menetapkan Al-Qur’an dalam hati kita dan menjadikannya cahaya dalam kehidupan dan kematian kita. Aamiin.
—000—
*Akademisi UINSA dan Pengasuh Pesantren Miftahul Ula Surabaya
Tinggalkan Balasan