
Surabaya (Trigger.id) – Bagi sebagian orang serangga dianggap hewan pengganggu dan sebagian lain menyatakan serangga tersebut berbahaya. namun jika serangga dianggap pengganggu dan berbahaya, kenapa Tuhan menciptakannya?.
Mengutip BBC Indonesia, di beberapa negara barat dan Afrika menganggap. serangga adalah sumber protein padat nutrisi yang disantap oleh sebagian besar penduduk dunia. Tapi bagaimana membuatnya lebih diterima?
Mungkin agak sulit membiasakan diri untuk menggigit burger dari jangkrik atau mencampurkan tepung ulat ke dalam nasi goreng.
Sebagian orang di Barat mungkin merasa jijik makan serangga, tapi serangga sudah disantap selama ribuan tahun.
Sementara pada musim-musim tertentu, di sejumlah daerah di Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitaran Wonogiri, Jawa Tengah, kita bisa dengan mudah menemukan pedagang belalang goreng di pinggir jalan. Mereka menjual belalang goreng sebagai makanan kecil maupun sebagai lauk pauk.
Mengutip laman LPPOM MUI, bagi yang tak biasa mengonsumsinya, tentu merasa aneh ketika mendengar ada belalang goreng untuk dimakan. Namun bagi mereka yang sudah terbiasa, belalang goreng konon terasa enak, rasanya mirip dengan udang goreng.
Belalang goreng menjadi makanan ringan yang cukup popular di sejumlah daerah, terutama di Yogyakarta. Bagi yang biasa mengonsumsinya, belalang goreng kerap dijadikan camilan atau bahkan lauk pauk yang disantap bersama nasi dan sambal.
Belalang merupakan jenis serangga. Dalam keadaan mati ia termasuk ke dalam kategori bangkai yang halal dikonsumsi, seperti halnya ikan. Secara khusus, Al-Qur’an tidak menyebutkan keharaman belalang. Namun, hadits dari Ibnu Umar ra. menyatakan bahwa belalang termasuk hewan yang boleh dikonsumsi.
“Dihalalkan bagi kami dua bangkai dan dua darah. Adapun dua bangkai yang dihalalkan ialah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah yang dihalalkan ialah hati dan limpa.” (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Daru Quthni dan At-Tirmidzi).
Firman Allah Swt. menyebutkan, “Allah-lah yang menjadikan semua yang ada di bumi untuk kamu sekalian” (Q.S. Al-Baqarah (2): 29). Ayat lain menyebutkan, “Tidakkah kamu memperhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)-mu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan batin” (Q.S. Luqman : 20).
Hadis Nabi saw.: “Apa-apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya (Al-Qur’an) adalah halal, apa-apa yang diharamkan-Nya, hukumnya haram, dan apa-apa yang Allah diamkan/tidak dijelaskan hukumnya, dimaafkan. Untuk itu terimalah pemaafan-Nya, sebab Allah tidak pernah lupa tentang sesuatu apa pun” (H.R. Al-Hakim). (ian)
Tinggalkan Balasan