
Surabaya (Trigger.id) – Sebuah studi baru yang diterbitkan pada 15 April di jurnal Heart mengungkap bahwa berjalan kaki dengan kecepatan sedang hingga cepat dapat menurunkan risiko gangguan irama jantung, khususnya atrial fibrilasi (AFib), gangguan umum yang bisa berujung pada stroke dan masalah jantung lainnya.
Dalam penelitian berskala besar yang melibatkan lebih dari 420.000 partisipan dari UK Biobank, para peneliti meneliti hubungan antara kecepatan berjalan, frekuensi, dan durasi terhadap risiko aritmia. Dari jumlah tersebut, hampir 82.000 orang juga menyertakan data pelacak aktivitas yang membantu memverifikasi kecepatan jalan mereka secara objektif.
Peneliti membagi kecepatan berjalan dalam tiga kategori: lambat (kurang dari 3 mil per jam), sedang (3–4 mil per jam), dan cepat (lebih dari 4 mil per jam). Selama periode pemantauan 13 tahun, sekitar 9% partisipan mengalami gangguan irama jantung, dengan lebih dari 23.000 di antaranya terdiagnosis AFib.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang berjalan dengan kecepatan sedang memiliki risiko 35% lebih rendah untuk mengalami gangguan irama jantung dibandingkan dengan pejalan lambat. Mereka yang berjalan cepat memiliki risiko yang lebih rendah lagi, yakni 43%. Sementara itu, dari peserta dengan data pelacak aktivitas, mereka yang berjalan dengan kecepatan sedang atau cepat menunjukkan risiko 27% lebih rendah dibandingkan kelompok berjalan lambat.
Profesor Jill Pell dari University of Glasgow, yang juga merupakan peneliti senior studi ini, menekankan bahwa berjalan cepat seharusnya menjadi kebiasaan harian. “Pesan utamanya adalah sisihkan sedikit waktu setiap hari untuk berjalan dengan tujuan,” ujarnya.
Selain menurunkan risiko aritmia, berjalan cepat juga berkaitan dengan profil kesehatan yang lebih baik. Para pejalan cepat umumnya memiliki lingkar pinggang yang lebih kecil, berat badan lebih rendah, tekanan darah lebih baik, serta kadar peradangan dan gula darah yang lebih rendah.
Meskipun studi ini bersifat observasional dan belum membuktikan hubungan sebab-akibat, para peneliti telah mengendalikan banyak faktor risiko kardiovaskular dan hanya menyertakan partisipan sehat di awal studi. Peneliti juga menyatakan bahwa sekitar 36% dari hubungan antara kecepatan berjalan dan rendahnya risiko aritmia dapat dijelaskan oleh faktor metabolik dan inflamasi.
Kendati demikian, beberapa ahli menggarisbawahi keterbatasan studi ini, termasuk kurangnya representasi lansia di atas 70 tahun dan dominasi partisipan kulit putih, yang dapat membatasi generalisasi hasil.
Menurut para ahli, berjalan cepat memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan jantung, seperti meningkatkan keseimbangan sistem saraf otonom, memperbesar ukuran ventrikel kiri jantung, serta memperbaiki suplai darah dan menurunkan tekanan darah.
Dr. Jonathan Myers dari VA Palo Alto Health Care System menyebut berjalan sebagai olahraga termudah dan paling bisa diakses oleh siapa pun. Sementara itu, Dr. Elroy Aguiar dari University of Alabama menyarankan agar orang memilih lokasi berjalan yang menyenangkan, seperti taman atau jalan menanjak, untuk hasil lebih optimal dan menjaga konsistensi.
Bagi yang baru memulai atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, para ahli menyarankan untuk meningkatkan kecepatan dan durasi secara bertahap dan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
“Menariknya, mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis justru mendapatkan manfaat paling besar dari berjalan cepat,” tutup Prof. Pell. (bin)
Sumber: Health
Tinggalkan Balasan