• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Tahu Berbahan Bakar Limbah, Tanggung Jawab Siapa?

23 Mei 2025 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi pembuatan tahu di salahsatu pabrik tahu di Indonesia. Foto: Green Queen Media
Oleh: Ari Baskoro*

Saya sangat menggemari tahu. Bahkan sudah puluhan tahun rutin disajikan  dalam menu makanan sehari-hari. Sangat mungkin masyarakat lainnya memiliki selera  yang sama. Bersama tempe, niscaya tidak mudah mencari bahan makanan pengganti lainnya yang setara. Khususnya bagi keluarga dengan tingkat ekonomi menegah ke bawah. Pasalnya nilai gizi dan kandungan protein nabatinya cukup tinggi, kendati  dengan harga yang sangat terjangkau. Program makan bergizi gratis (MBG) pun,  memilih tahu atau tempe sebagai bagian dari menunya. 

Meski merupakan hidangan favorit, kedelai sebagai bahan baku produksi tahu masih harus diimpor. Terutama dari Amerika Serikat, dengan proporsi sekitar 90 persen kebutuhan dalam negeri. Kini cara memproduksi tahu menjadi perbincangan publik tanah air. Bahkan beritanya viral di mancanegara. Itu terkait bahan bakar produksinya yang menggunakan limbah. “Anehnya” limbah plastik serta bahan berbahaya dan beracun (B3) yang digunakan, baru mendapat respons setelah media asing menyorotinya. 

Sampah plastik

Pada tahun 2023, negara kita menghasilkan sekitar 69,9 juta ton sampah per tahun. Sekitar 18 persennya berupa sampah plastik. Dengan jumlah penduduk keempat terbanyak, Indonesia menduduki peringkat kedua negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Datanya mengacu pada Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP). Kerumitan tersebut, masih harus bertambah dengan persoalan impor sampah plastik. Pada tahun 2024, sebanyak 262,9 ribu ton sampah plastik dari mancanegara, memasuki bumi Indonesia. Alhasil negara kita termasuk salah satu pengimpor sampah plastik terbesar di dunia. Limbah tersebut dimanfaatkan sebagai  bahan baku industri daur ulang. Alasannya klise, karena biaya produksinya lebih rendah. Padahal sebanyak 44,5 persen sampah plastik tidak dapat dikelola (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK). Semua realitas itu sungguh merupakan bahaya nyata, bagi kelestarian ekologi dan kesehatan masyarakat Indonesia. Sejak 1 Januari 2025, pemerintah Indonesia melarang impor sampah plastik. 

Pada hakikatnya plastik dirancang untuk memudahkan kehidupan manusia. Secara ekonomi, rendahnya biaya produksi plastik tidak pararel dengan tingginya biaya daur ulang atau pembuangan limbahnya. Hingga kini, hanya ada tiga cara pengelolaan limbah plastik. Pertama, “dimusnahkan” dengan proses insinerasi yang bisa menghasilkan energi listrik atau panas. Tetapi biaya ekonominya sangat tinggi, serta berpotensi meningkatkan polusi udara. Kedua, melalui proses daur ulang. Ketiga, membuangnya langsung ke tempat sampah. Diperkirakan sebanyak 80 persen volume sampah dunia, dihasilkan melalui skenario yang ketiga. 

Dengan teknologi terkini, sampah plastik belum dapat diurai sepenuhnya. Tidak ada satu pun mikroorganisme yang memiliki enzim pengurainya. Plastik hanya bisa terdegradasi menghasilkan partikel mikroplastik (MP) yang tidak kasat mata. Ukurannya lebih kecil dari lima mm. MP bisa mengalami degradasi menjadi partikel yang lebih kecil,  yakni nanoplastik (NP). Paparan radiasi ultraviolet matahari, dapat mempercepat terbentuknya MP dan NP (fotodegradasi). Pemanasan global yang terjadi saat ini, menjadi katalis meningkatnya risiko paparan polutan plastik di air maupun udara pada makhluk hidup. Limpahan MP, tidak lepas dari buruknya tata kelola timbunan sampah plastik. 

Baca juga: Selayang Pandang Malaria, Penyakit Kuno yang Terlupakan

Polusi udara

Polusi udara merupakan proses kontaminasi lingkungan hidup. Polutan  bisa berasal dari berbagai sumber. Semuanya “tumpah ruah” dan memicu perubahan karakter alamiah atmosfer. Pembakaran sampah plastik menghasilkan berbagai macam zat beracun. Substansi tersebut terdiri dari dioksin, furan, poliklorinasi bifenil (PCB), dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Ada pula fosgen (gas beracun berbahaya), yang pernah digunakan sebagai senjata saat Perang Dunia pertama.  

Komponen polutan lainnya adalah particulate matter (PM), karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2). Istilah PM, merujuk pada campuran partikel padat dan cair yang didapatkan di udara. Bentuknya seperti debu, kotoran, jelaga dan asap. PM 2,5 adalah polutan udara yang berukuran sangat kecil, sekitar 2,5 mikron (mikrometer). Artinya lebih kecil dari tiga persen ukuran rambut manusia. 

Dampak kesehatan

Efek polutan sering kali tidak akan dirasakan secara langsung. Akibatnya masyarakat menjadi kurang waspada. PM 2,5 berisiko memicu timbulnya penyakit jantung, paru, dan saluran nafas (bronkitis). Dalam jangka panjang, berpotensi menyebabkan kematian prematur, gangguan hormon, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, serta beberapa jenis kanker (terutama kanker paru).

Riset tentang efek toksik MP dan NP bagi kesehatan manusia, kini sedang intensif  diteliti. Disinyalir berdampak buruk pada berbagai faal organ manusia. Antara lain berisiko tinggi sebagai karsinogen (pemicu kanker) dan peradangan saluran cerna. Organ/faal tubuh lainnya yang berpotensi terganggu yakni sistem endokrin, fungsi imunitas, sistem reproduksi, hingga penyakit kardiovaskuler. Berisiko pula mempercepat degenerasi sel-sel susunan saraf pusat. 

Mencermati betapa kompleksnya tata kelola dan dampak sampah plastik, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak terkait untuk mencari solusinya. 

—–o—–

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
  • Penulis buku:
    – Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)
    – Serba-serbi Obrolan Medis
    – Catatan Harian Seorang Dokter
Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, update Ditag dengan:Bahan Bakar, limbah, tahu, Tanggung Jawab, Tanggung Jawab Siapa

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Seribu Telur, Seribu Doa: Harmoni Religi dan Budaya di Namang

6 September 2025 By admin

Banjir di Pakistan Tewaskan Lebih dari 921 Orang, Jutaan Warga Terdampak

6 September 2025 By admin

Kluivert Akui Sudah Lama Inginkan Miliano Jonathans Perkuat Timnas Indonesia

6 September 2025 By admin

Maroko Jadi Wakil Afrika Pertama yang Amankan Tiket Piala Dunia 2026

6 September 2025 By admin

Pelatih Lebanon Anggap Laga Kontra Indonesia sebagai Ajang Regenerasi

5 September 2025 By admin

Spanyol Bekuk Bulgaria 3-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026

5 September 2025 By admin

KPK Jelaskan Peluang Nadiem Makarim Jadi Tersangka

5 September 2025 By admin

Kiprah Jazzer Muslim: Tak Sekadar Pelengkap Jazz Dunia

4 September 2025 By admin

Aspek Legal Nyeri Dada

4 September 2025 By admin

Javier Bardem Samakan Tentara Israel dengan Nazi

4 September 2025 By admin

PM Spanyol: Krisis Gaza sebagai Episode Paling Kelam Abad ke-21

4 September 2025 By admin

Vanenburg: Indonesia Harus Menang Mudah atas Makau

4 September 2025 By admin

Industri Mamin Indonesia: Penopang Ekonomi yang Terus Menggeliat

4 September 2025 By admin

Peran Musik Jazz dalam Memelihara Perdamaian Dunia

3 September 2025 By admin

Woody Allen Ingin Kembali Sutradarai Donald Trump dalam Film

3 September 2025 By admin

Kluivert Kecewa Indonesia Batal Hadapi Kuwait di FIFA Matchday

3 September 2025 By admin

Mauro Ziljstra Ikuti Latihan Perdana Timnas Senior di Surabaya

3 September 2025 By admin

Polisi Amankan Enam Penghasut Kerusuhan Jakarta

3 September 2025 By admin

Alexis Sanchez Resmi Gabung Sevilla Usai Tinggalkan Udinese

2 September 2025 By admin

Prabowo Serap Aspirasi Buruh, Ormas, dan Tokoh Agama di Istana Negara

2 September 2025 By admin

Menko Polhukam Pastikan Kondisi Indonesia Mulai Kondusif Pasca Aksi Demonstrasi

2 September 2025 By admin

Udinese Curi Kemenangan di Markas Inter, Juventus Tundukkan Genoa

1 September 2025 By admin

Barcelona Ditahan Rayo Vallecano, Bilbao Raih Kemenangan Atas Real Betis

1 September 2025 By admin

KPK Kembali Panggil Yaqut Cholil Qoumas Terkait Dugaan Korupsi Kuota Haji

1 September 2025 By admin

MK Putuskan Wakil Menteri Dilarang Rangkap Jabatan

1 September 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

September 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  
« Agu    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Usai Dilantik, Gus Irfan Langsung Bertolak ke Jeddah Tuntaskan Proyek Kampung Haji
  • Studi: Minuman Manis dan Alkohol Bisa Memicu Rambut Rontok
  • Gattuso Puji Mentalitas Italia Usai Tekuk Israel
  • Sineas Dunia Boikot Industri Perfilman Israel sebagai Protes atas Genosida di Palestina
  • Aspek Medis Topeng Kebohongan Politikus

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.