Didalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang mempunyai peran penting dalam kehidupan, dimana dinyatakan bila segumpal daging tersebut baik maka seluruh jasad, anggota badan lainnya dinilai baik dan begitu sebaliknya bila segumpal daging tersebut rusak maka rusaklah seluruh jasadnya.
Berdasarkan hadist Rasulullah saw, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu penjaga hati agar senantiasa dalam keadaan baik adalah keharusan, hal yang bisa kita lakukan adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah dalam beribadah dan beramal shaleh serta tidak lupa untuk mendawamkan do’a kepada Allah agar hati kita selalu baik, salah satu do’a yang sering Rasulullah baca adalah, “Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik” yang artinya Wahai Dzat yang Maha Membolak balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama Mu.
Dalam kitab Nashoihul Ibad, karya besar Imam Nawawi yang berisi banyak nasihat dan hikmah, terdapat maqolah atau ungkapan yang disampaikan oleh Imam Hasan al-Bashri tentang enam hal yang dapat merusak hati. Enam hal perusak hati ini mencakup sikap dan kebiasaan yang dapat mengurangi ketulusan dan kecintaan seorang hamba kepada Allah. Adapun enam hal tersebut adalah sebagai berikut:
١. ارتكاب الذنوب مع رجاء المغفرة
(Irtikāb al-dhunūb maʿa rajāʾ al-maghfirah)
“Berbuat dosa dengan harapan akan diampuni.”
٢. طلب العلم وترك العمل به
(Talab al-ʿilm wa tark al-ʿamal bihi)
“Mempelajari ilmu tetapi tidak mengamalkannya.”
٣. العمل بلا إخلاص
(Al-ʿamal bilā ikhlāṣ)
“Beramal tanpa keikhlasan.”
٤. أكل نعمة الله دون شكرها
(Akl niʿmat Allāh dūna shukrihā)
“Memakan rezeki Allah tetapi tidak mensyukurinya.”
٥. عدم الرضا بقضاء الله وقدره
(ʿAdam al-riḍā bi-qaḍāʾ Allāh wa qadaruh)
“Tidak ridha dengan ketentuan Allah.”
٦. دفن الموتى دون أخذ العبرة
(Dafn al-mawtā dūna akhdh al-ʿibrah)
“Mengubur orang mati tetapi tidak mengambil pelajaran darinya.”
- Berbuat dosa dengan harapan ampunan
Orang yang sering berbuat dosa karena merasa akan diampuni menunjukkan kurangnya rasa takut kepada Allah dan mengabaikan usaha untuk bertaubat. Sikap seperti ini merusak hati karena seseorang jadi meremehkan dosa dan lupa memperbaiki diri. - Belajar ilmu tetapi tidak mengamalkannya
Ilmu yang tidak diamalkan justru akan menjadi beban dan memperberat hisab di akhirat. Ilmu yang dimiliki seharusnya membawa manfaat bagi diri dan orang lain, bukan hanya untuk sekedar menambah wawasan tanpa aplikasinya. - Beramal tanpa keikhlasan
Amal yang tidak didasari dengan niat tulus akan menjadi sia-sia di hadapan Allah. Keikhlasan dalam beramal adalah kunci untuk memperoleh ridha-Nya. - Makan rezeki Allah tetapi tidak mensyukurinya
Banyak orang yang menikmati rezeki dari Allah namun tidak bersyukur, seperti lupa beribadah atau bahkan tidak berterima kasih dengan tidak menyedekahkan sebagian rezeki kepada yang membutuhkan. - Tidak ridha dengan ketentuan Allah
Ketika seseorang tidak bisa menerima qadha dan qadar, hatinya akan dipenuhi rasa tidak puas dan gelisah. Ridha dengan takdir adalah bukti keyakinan penuh kepada Allah. - Mengubur orang mati tetapi tidak mengambil pelajaran darinya
Melihat kematian seharusnya menjadi pengingat bahwa kehidupan di dunia ini sementara dan penuh ujian. Namun, banyak yang mengabaikannya sehingga hatinya tetap lalai.
Penerapan di Zaman Modern
Di era modern, tantangan untuk menjaga hati tetap bersih dan jauh dari penyakit semakin besar karena pengaruh teknologi, media sosial, dan materialisme. Berikut adalah cara menerapkan enam nasihat ini:
- Menghindari Dosa dan Meningkatkan Taubat
Dengan adanya kemudahan akses internet, godaan untuk berbuat dosa menjadi lebih besar, seperti menyebarkan fitnah atau melakukan maksiat secara online. Oleh karena itu, penting untuk memperbanyak istighfar dan berupaya menjauh dari hal-hal yang bisa menjurus pada dosa. - Mengamalkan Ilmu yang Diperoleh
Belajar agama melalui buku, kajian online, atau media lainnya sebaiknya tidak hanya sekedar menambah pengetahuan, tetapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ilmu tentang sedekah perlu diamalkan dengan cara memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. - Meluruskan Niat dalam Beramal
Di zaman yang mengutamakan eksistensi diri, banyak yang melakukan amal baik demi citra di media sosial. Penting untuk memastikan niat tulus dalam setiap amal, tidak hanya untuk mencari pujian. - Mensyukuri Nikmat Allah
Kemewahan hidup modern sering membuat manusia lupa untuk bersyukur. Rasa syukur bisa diterapkan dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah karunia Allah dan membaginya dengan orang lain. - Ridha Terhadap Ketentuan Allah
Menghadapi tekanan hidup dan persaingan di zaman sekarang, banyak orang yang mudah kecewa. Dengan ridha pada ketentuan Allah, hati menjadi lebih tenang, dan kita terhindar dari stres berlebih. - Mengingat Kematian dan Mengambil Pelajaran
Meski sibuk dengan rutinitas, kita perlu meluangkan waktu untuk merenungi kematian sebagai pengingat agar tidak terjebak pada keinginan duniawi. Ini bisa dilakukan dengan menghadiri takziah atau mengunjungi makam untuk mengingatkan bahwa hidup ini sementara.
Nasihat Imam Hasan al-Bashri yang dicatat dalam Nashoihul Ibad ini tetap relevan di zaman sekarang, menjadi pengingat agar hati tidak ternoda oleh dunia yang fana.
—000—
*Kepala Kantor Kemenag Kab. Blitar
Tinggalkan Balasan