
Oleh: Isa Anshori (Pemred Trigger.id)

Di masyarakat ada keyakinan, bahwa orang yang mendapat Lailatul Qadar, dia akan menjumpai atau melilhat kejadian yang luar biasa. Misal, melihat tulisan Allah di langit atau pohon bersujud, atau langit terbelah atau orang buta tiba-tiba bisa melihat, atau orang lumpuh tiba-tiba bisa berjalan, dan kejadian luar biasa lainnnya.
Jika malam Lailatul Qadar kita lihat berdasarkan waktunya, maka semua orang yang beribadah dan melakukan amal kebajikan (infaq, sedekah dan sebagainya) ikhlas karena Allah SWT, Insya Allah akan mendapatkan Lailatul Qadar.
Pertama, Lailatul Qadar terjadi sepanjang malam, sejak Maghrib hingga Subuh. Allah berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ . سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadr: 3 – 5)
Karena Lailatul Qadar berada pada rentang dari Maghrib hingga Subuh, maka peristiwa apapun yang terjadi sepanjang rentang itu berarti terjadi pada Lailatul Qadar. Sehingga,
▶️Orang yang shalat maghrib di malam itu berarti dia shalat maghrib ketika Lailatul Qadar
▶️Orang yang shalat isya di malam itu berarti dia shalat isya ketika Lailatul Qadar
▶️Orang yang shalat tarawih di malam itu berarti dia shalat tarawih ketika Lailatul Qadar
▶️Orang yang sedekah di malam itu berarti dia sedekah ketika Lailatul Qadar
Kedua, jika semua orang yang melakukan ibadah ketika itu, berarti dia telah melakukan ibadah di Lailatul Qadar. Besar dan kecilnya pahala yang dia dapatkan, tergantung dari kualitas dan kuantitas ibadah yang dia kerjakan di malam itu.
Oleh karena itu, sekalipun dia hanya mengerjakan ibadah wajib saja, shalat maghrib dan isya di malam qadar, dia mendapatkan bagian pahala beribadah di lailatul qadar.
Imam Malik meriwayatkan secara balaghan (tanpa sanad), menukil keterangan Said bin Musayib (tabiin menantu Abu Hurairah) tentang orang yang beribadah ketika Lailatul Qadar.
أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ كَانَ يَقُولُ: مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا“
“Bahwa Said bin Musayib pernah mengatakan, “Siapa yang ikut shalat isya berjamaah di Lailatul Qadar, berarti dia telah mengambil bagian Lailatul Qadar.” (Muwatha’ Malik, no. 1146).
Az-Zarqani menjelaskan,
فقد أخذ بحظه منها، أي: نصيبه من ثوابها
“dia telah mengambil bagian Lailatul Qadar” maknanya dia mendapat bagian dari pahala Lailatul Qadar. (Syarh az-Zarqani ‘ala Muwatha, 3/463).
Ketiga, berdasar keterangan di atas bukan mengajak kita untuk bermalas-malasan dalam meraih kemuliaan Lailatul Qadar. Sebaliknya, dengan penjelasan ini diharapkan kaum muslimin semakin optimis dalam mengejar Lailatul Qadar, karena semua orang yang beribadah di dalamnya pasti mendapatkannya. Banyak dan sedikitnya, tergantung dari kesungguhan dirinya dalam mendekatkan diri kepada Allah. Mereka yang bersungguh-sungguh, akan mendapatkan petunjuk, sehigga dimudahkan Allah mendapatkan banyak kebaikan di malam itu.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Ankabut: 69)
Lalu, bagaimana dengan keyakinan bahwa orang yang mendapat Lailatul Qadar akan mengalami kejadian luar biasa tadi. Pengalaman ruhani seseorang sangat sulit diceritakan. Tetapi yang pasti hal tersebut bukan syarat mutlak bagi kita untuk mendapat Lailatul Qadar.
Bahkan karena keyakinan tersebut, akan membuat kita pesimis dan mutung untuk beribadah. Karena merasa sudah sering ibadah di malam-malam ganjil, namun selama ini dia tidak mendapatkan kejadian luar biasa apapun.
Wallahu’alam
Tinggalkan Balasan