
Surabaya (Trigger.id) – Di era media sosial, sulit untuk menghindari tren kesehatan terbaru yang menjanjikan perubahan drastis. Dari diet ketat yang diklaim bisa menghasilkan tubuh ideal hingga tantangan ekstrem seperti lari maraton tanpa persiapan, banyak orang tertarik untuk mencobanya meskipun terdengar tidak masuk akal.
Tanpa disadari, kita sering kali tergoda oleh janji-janji transformasi instan. Namun, mengapa orang lebih tertarik pada tantangan ekstrem dibandingkan dengan kebiasaan sederhana seperti tidur cukup atau mengonsumsi lebih banyak sayuran? Menurut para ahli, kecenderungan ini muncul karena dorongan untuk melakukan perubahan besar dalam hidup, baik untuk diri sendiri maupun demi pengakuan dari orang lain.
Dr. Thomas Curran, seorang profesor psikologi di London School of Economics and Political Science yang meneliti tentang perfeksionisme, menjelaskan bahwa tantangan kesehatan sering kali dianggap sebagai peluang untuk berkembang, terutama jika seseorang merasa telah mengabaikan kesehatan mereka atau sedang mengalami perubahan besar dalam hidup, seperti putus cinta atau menghadapi peristiwa penting lainnya. Ditambah dengan pengaruh media sosial yang terus mempromosikan standar kebugaran dan kesehatan yang tinggi, banyak orang semakin terdorong untuk mengejar versi “sempurna” dari diri mereka sendiri.
Mengkritisi Konsep Kesempurnaan dalam Kesehatan
Dengan semakin banyaknya influencer yang memamerkan pencapaian kebugaran mereka, dunia kesehatan kini lebih sering terlihat sebagai ajang unjuk gigi ketimbang tempat untuk benar-benar meningkatkan kesejahteraan. Motivasi yang awalnya berasal dari inspirasi bisa berubah menjadi rasa frustrasi jika seseorang merasa perkembangan mereka tidak sebanding dengan yang lain.
Setiap orang memiliki gambaran ideal tentang diri mereka yang ingin dicapai, baik dari segi tubuh maupun gaya hidup. Namun, menurut Curran, gambaran ini sering kali tidak realistis dan dapat menimbulkan siklus ketidakpuasan yang terus berulang. Ketika seseorang mulai mengejar kesempurnaan yang tidak mungkin diraih, mereka justru akan semakin merasa kurang dan meragukan diri sendiri.
Selain itu, tekanan untuk mencapai standar kebugaran yang tinggi ini lebih sering berdampak pada perempuan, yang kerap dibombardir dengan standar kecantikan dan ekspektasi sosial yang sulit dicapai.
Renee McGregor, seorang ahli gizi dari Inggris yang berfokus pada gangguan makan dan performa atletik, menyarankan agar masyarakat lebih kritis terhadap tren kesehatan yang beredar. Banyak influencer dan selebriti yang mempromosikan gaya hidup atau produk tertentu karena adanya keuntungan finansial bagi mereka.
“Sebelum mengikuti saran dari seseorang di media sosial, tanyakan pada diri sendiri: apa keuntungan yang mereka peroleh dari ini?” ujar McGregor. “Jika mereka mendapatkan keuntungan finansial, ada kemungkinan besar mereka hanya menjual mimpi yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan.”
Sebagai kesimpulan, penting bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam menyaring informasi terkait kesehatan. Alih-alih mengejar kesempurnaan yang tidak realistis, fokuslah pada kebiasaan yang berkelanjutan dan sesuai dengan kondisi serta kebutuhan diri sendiri. (bin)
Tinggalkan Balasan