
Surabaya (Trigger.id) – Penelitian menunjukkan bahwa manusia rata-rata mengonsumsi mikroplastik setara 50 kantong plastik setiap tahun. Meski ada cara untuk mengurangi paparan, sepenuhnya menghindari mikroplastik hampir mustahil. Maka muncul pertanyaan: bisakah tubuh kita mendetoksifikasi mikroplastik?
Dampak Mikroplastik pada Kesehatan Manusia
Peneliti masih dalam tahap awal memahami efek mikroplastik dan nanoplastik terhadap tubuh. Namun sejumlah studi pada manusia dan hewan menunjukkan adanya korelasi antara paparan mikroplastik dengan gangguan kesehatan.
Mikroplastik berbahaya bukan hanya karena partikel fisiknya bisa masuk ke jaringan tubuh, tetapi juga karena membawa ribuan bahan kimia. Sebuah laporan bahkan menyebut 4.200 dari 16.000 zat kimia dalam plastik berisiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Di antara zat yang paling dikenal adalah ftalat dan BPA, yang telah ditemukan dalam tubuh manusia dan diketahui mengganggu sistem hormon.
Efek mikroplastik tergantung pada beberapa faktor:
- Riwayat kesehatan individu
- Ukuran dan jenis partikel plastik
- Jumlah paparan
- Lamanya paparan
Sebagaimana ungkap Matthew Campen, PhD dari University of New Mexico, “dosis membuat racun” — bahkan zat umum bisa berbahaya jika kadarnya terlalu tinggi.
Mikroplastik dan Risiko Peradangan hingga Gangguan Hormon
Beberapa penelitian mengaitkan mikroplastik dengan peradangan, gangguan mikrobiota usus, serta disrupsi hormonal. Peradangan berlebihan dalam tubuh diketahui terhubung dengan lebih dari 100 penyakit, termasuk Alzheimer dan kanker.
Sebuah studi tahun 2024 menunjukkan bahwa individu dengan kadar mikroplastik atau nanoplastik tinggi dalam plak pembuluh leher memiliki risiko serangan jantung atau stroke lima kali lebih besar. Para ahli menduga peradangan berperan dalam peningkatan risiko ini.
Mikrobioma usus juga menjadi perhatian. Studi tahun 2022 menyimpulkan bahwa paparan plastik jenis tertentu dapat mengganggu keseimbangan bakteri usus dan meningkatkan bakteri pemicu peradangan. Di sisi lain, bahan kimia dalam plastik diyakini mampu mengganggu hormon yang mengatur tidur, nafsu makan, dan fungsi biologis lainnya.
Apakah Mikroplastik Bisa Keluar dari Tubuh?
Untungnya, tidak semua mikroplastik menetap selamanya dalam tubuh. Banyak partikel yang lebih besar dapat keluar melalui sistem pencernaan dan dibuang lewat feses. Demikian pula, beberapa zat kimia dalam plastik tidak bertahan lama dalam darah—dengan menghentikan paparan, kadar dalam tubuh bisa turun.
Namun, partikel yang lebih kecil seperti nanoplastik bisa diserap sel tubuh dan membentuk lapisan protein yang memudahkan mereka berpindah ke berbagai bagian tubuh. Inilah yang menjadi tantangan utama.
Cara Mengurangi Efek Mikroplastik
Meskipun belum ada metode pasti untuk “membersihkan” tubuh dari mikroplastik, para peneliti menemukan beberapa potensi upaya untuk mengurangi dampaknya. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah konsumsi antioksidan.
Sebuah studi pada awal 2025 menyebut bahwa antosianin — senyawa alami dalam makanan berwarna ungu dan biru seperti anggur dan beri — dapat membantu menekan peradangan dan mengurangi dampak mikroplastik terhadap sistem reproduksi, termasuk penurunan hormon dan kualitas sperma.
Selain itu, antosianin juga telah dikaitkan dengan:
- Regulasi gula darah yang lebih baik
- Kesehatan jantung
- Penurunan risiko Alzheimer
Mikroplastik adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan modern, namun bukan berarti tidak bisa dikendalikan. Mengurangi paparan dari makanan dan lingkungan, menjaga pola makan sehat yang kaya antioksidan, serta memperkuat sistem detoks alami tubuh dapat menjadi langkah awal untuk meminimalkan dampak jangka panjangnya. Penelitian masih terus berkembang, namun upaya hidup sehat tetap menjadi tameng utama terhadap risiko mikroplastik. (bin)
Sumber: Health
Tinggalkan Balasan