
Surabaya (Trigger.id) – Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu dengan duduk atau berbaring dapat berdampak buruk bagi kesehatan otak, khususnya meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.
Penelitian yang diterbitkan pada 13 Mei di jurnal Alzheimer’s & Dementia ini mengungkapkan bahwa orang dewasa yang lebih tua yang lebih sering berada dalam posisi tidak aktif—seperti duduk atau berbaring—memiliki fungsi kognitif yang lebih rendah serta mengalami penyusutan volume otak di area yang berkaitan dengan risiko Alzheimer. Menariknya, hubungan ini tetap kuat bahkan pada mereka yang secara rutin berolahraga.
Alzheimer sendiri merupakan penyakit neurodegeneratif progresif yang ditandai dengan penurunan daya ingat dan kemampuan kognitif. Di Amerika Serikat, penyakit ini telah memengaruhi lebih dari 7 juta orang, dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 13 juta pada tahun 2050.
“Studi ini menjadi kontribusi penting dalam bukti yang terus bertambah bahwa bagaimana kita bergerak—atau justru tidak bergerak—sepanjang hari dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan otak,” ujar Dr. Prabha Siddarth, pakar statistik riset dari Semel Institute for Neuroscience and Human Behavior di UCLA. Menurutnya, perilaku sedentari (minim aktivitas) mungkin merupakan faktor risiko independen untuk Alzheimer.
Menyelami Hubungan Antara Perilaku Sedentari dan Risiko Alzheimer
Dr. Marissa Gogniat, asisten profesor neurologi di University of Pittsburgh dan peneliti utama studi ini, tertarik mengeksplorasi bagaimana aktivitas sepanjang hari, bukan hanya saat olahraga, bisa memengaruhi risiko Alzheimer. Untuk itu, ia bersama tim meneliti 404 orang dewasa yang lebih tua.
Para peserta diminta mengenakan jam tangan pintar selama seminggu untuk merekam tingkat aktivitas fisik mereka. Selain itu, mereka menjalani serangkaian tes neuropsikologis dan pemeriksaan MRI otak selama kurun waktu tujuh tahun. Rata-rata, peserta menghabiskan sekitar 13 jam per hari dalam posisi duduk atau berbaring.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan untuk duduk dan berbaring, semakin besar dampaknya terhadap otak, termasuk:
- Penurunan kemampuan memori episodik
- Skor yang lebih rendah dalam berbagai tes kognitif
- Penurunan volume otak di area tertentu
- Ukuran biomarker Alzheimer yang lebih kecil, yang berhubungan dengan risiko penurunan kognitif di masa depan
Yang mengejutkan, efek negatif ini lebih signifikan pada individu yang memiliki faktor genetik Alzheimer, yaitu alel APOE-ε4.
Dr. Siddarth menyebut bahwa penelitian ini mengisi celah penting dalam pemahaman kita tentang hubungan antara pola aktivitas harian dan penurunan fungsi otak. Studi ini memperkuat gagasan bahwa gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari dapat berpengaruh besar terhadap kerja otak.
Namun demikian, para peneliti juga mengakui keterbatasan studi ini. Peserta yang diteliti umumnya berasal dari kelompok yang berpendidikan tinggi, mayoritas kulit putih non-Hispanik, dan sudah memiliki gaya hidup relatif aktif—sehingga belum mewakili populasi luas, terutama komunitas yang lebih rentan terhadap Alzheimer. Oleh karena itu, penelitian lanjutan yang lebih inklusif masih sangat dibutuhkan.
Kesimpulan
Temuan ini menegaskan pentingnya menjaga gaya hidup aktif sepanjang hari, bukan hanya saat berolahraga. Bagi masyarakat luas, terutama mereka yang berisiko lebih tinggi terkena Alzheimer, mengurangi waktu duduk bisa menjadi langkah sederhana namun penting dalam menjaga kesehatan otak jangka panjang. (bin)
Sumber: Health
Tinggalkan Balasan