
Surabaya (Trigger.id) – Adriano, 42 tahun dianggap sebagai salah satu penyerang terhebat di dunia pada awal tahun 2000an sebelum masalah pribadi menghambat kariernya.
Mantan striker Brasil dan Inter Milan Adriano, yang dijuluki “Emperor” di masa jayanya, mengucapkan selamat tinggal pada sepak bola dalam pertandingan testimonial di kandang Flamengo, klub tempat kariernya yang dulu menjanjikan dimulai.
Pria berusia 42 tahun ini diperkirakan akan menjadi salah satu pemain sepak bola terhebat, namun akhirnya menyerah pada tekanan ketenaran olahraga dan masalah alkohol.
Testimoni, yang dimainkan di stadion Maracana di Rio de Janeiro pada hari Minggu (15/12), berakhir dengan kemenangan 4-3 untuk “Flamengo Legends” melawan “Friends of Italy”.
Kesempatan tersebut memungkinkan Adriano untuk mengucapkan selamat tinggal secara resmi, delapan tahun setelah pertandingan resmi terakhirnya, dan menampilkan beberapa pemain hebat Brasil termasuk striker Romario dan kiper Julio Cesar.
Pemain yang mencatatkan 48 kali caps itu juga ditemani putranya Adrianinho di lapangan, dan mencetak gol untuk kedua tim.
Adriano yang emosional dipeluk oleh seluruh pemain saat layar memperlihatkan pesan yang diciptakan oleh kecerdasan buatan dari mendiang ayahnya.
Pemenang Copa America 2004 dan Piala Konfederasi pada tahun berikutnya, di usianya yang baru menginjak 22 tahun, Adriano perlahan menghilang dari radar.
Setelah menjadi starter di Piala Dunia 2006 di Jerman, ia perlahan-lahan kehilangan tempatnya di tim nasional dan klub sepak bola, karena diganggu oleh masalah berat badan dan alkohol.
Empat gelar Serie A diraihnya bersama Inter Milan dan trofi Piala Italia sebanyak dua kali. Dia juga bermain untuk klub Italia Roma, Parma dan Fiorentina selama karirnya yang berakhir pada tahun 2016 setelah sempat bergabung dengan Miami United.
Kembali ke favela masa kecilnya, di Rio, ia berbicara tentang masalahnya dengan alkoholisme bulan lalu di situs khusus “The Players’ Tribune”.
“Tahukah kamu bagaimana rasanya menjadi ‘harapan’? Saya mengetahuinya. Termasuk menjadi harapan yang kecewa. Pemborosan terbesar dalam sepak bola: Saya. Saya suka kata ‘sampah’… Saya tidak memakai narkoba, karena mereka mencoba membuat orang percaya, saya bukan penjahat tapi, tentu saja, saya bisa saja… Saya minum setiap hari,” tulisnya. (ian)
Sumber: Al-jazeera
Tinggalkan Balasan