
Tangerang (Trigger.id) – Dokter Spesialis Andrologi Eka Hospital Grand Family PIK, Christian Christoper Sunnu, mengungkapkan bahwa gaya hidup tidak teratur dan tingkat stres yang tinggi dapat memicu azoospermia atau kondisi sperma kosong pada pria.
Menurut Christian, azoospermia merupakan masalah medis serius yang berkaitan erat dengan infertilitas pria. Kondisi ini ditandai dengan tidak ditemukannya sperma sama sekali dalam air mani, yang secara kasat mata sering tampak encer dan bening. Secara global, azoospermia menyumbang sekitar 20 persen dari kasus infertilitas.
“Penyebabnya beragam, mulai dari kurang tidur, stres berkepanjangan, polusi, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, makanan tinggi gula dan pengawet, gangguan hormon, hingga infeksi,” ujarnya di Tangerang, Banten, Selasa.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan terdapat 4–6 juta pasangan usia muda yang mengalami kesulitan memiliki anak. Sekitar 30 persen dari kasus tersebut disebabkan oleh faktor infertilitas pada pria. Bahkan secara global, jumlah sperma pria dilaporkan menurun lebih dari 50 persen dalam 50 tahun terakhir.
Christian menjelaskan, sperma kosong terbagi menjadi dua jenis utama. Pertama, azoospermia akibat sumbatan pada saluran reproduksi, yang bisa dipicu oleh infeksi lama, perilaku seksual berisiko tanpa pengaman, trauma berat pada testis, atau faktor genetik. Kedua, azoospermia non-sumbatan, yang disebabkan oleh gangguan produksi sperma akibat gaya hidup tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi makanan ultra-proses, gangguan hormon, penggunaan hormon sembarangan, infeksi seperti gondongan atau COVID-19, varikokel, serta efek obat-obatan tertentu.
Ia menegaskan bahwa kedua jenis azoospermia tergolong sulit disembuhkan. Hingga kini belum ada terapi yang mampu mengembalikan jumlah sperma dari nol menjadi normal sepenuhnya. Pada beberapa kasus non-sumbatan, terapi hormon atau stem cell dapat membantu, meski hasilnya sangat terbatas dan tidak menjamin pemulihan total.
“Sering kali pasangan dengan kondisi sperma kosong memerlukan teknologi reproduksi berbantu seperti bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) untuk memperoleh keturunan,” jelasnya.
Christian juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan buah zakar sejak dini. Pasalnya, organ tersebut berperan vital dalam produksi sperma dan akan sangat sulit dipulihkan jika sudah mengalami kerusakan.
“Perawatan dan pencegahan sebaiknya dilakukan sejak muda, tidak menunggu sampai menikah atau mengalami gangguan kesuburan,” pungkasnya. (bin)
Sumber: Antara



Tinggalkan Balasan