
Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Neurology mengungkapkan bahwa konsumsi makanan ultra-proses dalam jumlah tinggi dapat berdampak negatif terhadap kesehatan otak. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang sering mengonsumsi makanan ringan kemasan dan minuman manis berisiko lebih besar mengalami gejala awal penyakit Parkinson—suatu penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan gangguan pergerakan tubuh.
Ultra-Proses dan Gejala Awal Parkinson
Temuan ini memperkuat bukti sebelumnya yang menyebutkan bahwa makanan ultra-proses—makanan yang telah mengalami pengolahan signifikan untuk meningkatkan rasa dan daya simpan—dapat berkontribusi terhadap penurunan fungsi kognitif, termasuk daya ingat, perhatian, dan kemampuan belajar. Namun, studi ini menjadi yang pertama secara spesifik menghubungkan makanan ultra-proses dengan kemunculan penyakit Parkinson.
Penyakit Parkinson terus menunjukkan peningkatan jumlah kasus secara global, dan angka ini diperkirakan akan melonjak hingga 112% pada tahun 2050. Para ilmuwan menduga bahwa faktor lingkungan dan gaya hidup berperan besar, termasuk pola makan sebagai salah satu faktor risiko yang bisa dimodifikasi.
Dr. Don Thushara Galbadage, seorang peneliti penyakit neurodegeneratif dan profesor kesehatan masyarakat di Texas Christian University, menyatakan bahwa “apa yang kita makan hari ini bisa membentuk kesehatan otak kita beberapa dekade ke depan.”
Menelusuri Hasil Penelitian
Penelitian ini menganalisis data kesehatan dari 42.843 orang dengan rata-rata usia 48 tahun yang tidak memiliki Parkinson saat studi dimulai. Selama 26 tahun, para partisipan rutin menjalani pemeriksaan medis dan mengisi kuesioner kesehatan serta catatan makanan.
Tim peneliti menelusuri siapa saja yang menunjukkan gejala awal Parkinson yang dikenal sebagai fase prodromal, yaitu kondisi sebelum munculnya gejala motorik khas Parkinson. Gejala awal ini meliputi sembelit, gangguan tidur, perubahan penciuman, rasa kantuk di siang hari, nyeri tubuh, hingga gangguan penglihatan warna.
Hasilnya, mereka yang mengonsumsi 11 porsi atau lebih makanan ultra-proses setiap hari—seperti satu kaleng soda, sebungkus keripik, atau satu buah hot dog—memiliki risiko 2,5 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami tiga atau lebih gejala awal Parkinson dibandingkan mereka yang hanya makan tiga porsi makanan olahan per hari.
Menariknya, semakin tinggi konsumsi makanan olahan, semakin besar risiko munculnya gejala awal—dengan pengecualian pada sembelit.
Bagaimana Makanan Ultra-Proses Memengaruhi Otak?
Para ilmuwan masih mencoba memahami secara rinci mekanisme di balik dampak negatif makanan ultra-proses terhadap otak. Namun, dugaan sementara menunjukkan bahwa kombinasi berbagai faktor berperan. Beberapa bahan tambahan seperti pemanis buatan diduga dapat meningkatkan stres oksidatif di dalam tubuh. Selain itu, makanan olahan juga bisa mengganggu keseimbangan mikrobioma usus—yang menurut penelitian memiliki kaitan erat dengan peradangan otak dan penyakit neurologis seperti Parkinson.
Dr. Mary Ann Picone, seorang ahli saraf, menjelaskan bahwa bakteri sehat di dalam usus memiliki peran penting dalam menekan peradangan di otak. Gangguan terhadap mikrobioma usus bisa memicu peradangan dan kerusakan neuron secara perlahan, yang pada akhirnya mempercepat proses neurodegeneratif.
Galbadage menambahkan bahwa jalur biologis yang sama seperti peradangan kronis dan stres metabolik juga berperan dalam berkembangnya penyakit seperti demensia, gangguan suasana hati, hingga gangguan tidur.
Selain otak, makanan ultra-proses juga diketahui berkontribusi terhadap penyakit jantung, gangguan metabolisme, dan obesitas.
Pola Makan Sehat untuk Menjaga Kesehatan Otak
Temuan ini menekankan pentingnya memperhatikan asupan makanan sehari-hari. Mengurangi konsumsi makanan ultra-proses sejak dini diyakini bisa membantu menunda munculnya gejala Parkinson. Menurut Galbadage, mengganti makanan cepat saji dengan makanan segar dan kaya nutrisi bisa menjadi strategi penting selama fase awal perkembangan penyakit.
Studi ini tidak menyalahkan satu jenis bahan atau aditif tertentu, namun menunjukkan bahwa berbagai jenis makanan ultra-proses—termasuk saus, yogurt, dan makanan siap saji lainnya—dapat meningkatkan risiko gejala awal Parkinson.
Dr. Jessica Ng dari Stanford Medicine menyampaikan bahwa bukan hanya soal apa yang seharusnya dikonsumsi, tapi juga penting untuk tahu apa yang sebaiknya dihindari.
Para ahli menyarankan untuk menerapkan pola makan sehat seperti diet Mediterania atau diet MIND, yang fokus pada konsumsi bahan segar dan alami. Langkah kecil seperti mengganti camilan kemasan dengan buah segar atau memilih air putih ketimbang soda bisa menjadi awal yang baik.
Picone juga menyarankan untuk berbelanja di bagian tepi supermarket—tempat biasanya dijual produk segar seperti sayuran, daging, dan ikan—dan menghindari bagian tengah yang penuh dengan makanan kemasan.
Galbadage menyimpulkan bahwa mengurangi konsumsi makanan ultra-proses adalah langkah sederhana namun kuat untuk menjaga kesehatan otak jangka panjang. (ian)
Sumber: Health dan jurnal Neurology.



Tinggalkan Balasan