
Surabaya (Trigger.id) – Ibadah Haji dan Umroh menuju TanahSuci, menjadi dambaan setiap muslim. Tidak hanya di Indonesia, semua umat muslim dari seluruh duniapasti berharap suatu saat dapat menunaikannya.
Pasca dibukanya kembali layanan Haji dan Umroh, animo umat muslimmenujuTanah Suci meningkat pesat. Penyelenggaraan ibadah Haji 1443 Hijriah padabulan Juli 2022 yang baru saja berlalu, dinilai sukses.
Secara umum, angka mortalitas dan morbiditas jamaah, dapat ditekan. Walaupun “hanya” sebanyak 100.051orang yang akhirnya diberangkatkan, serta diberlakukannya pembatasan usia di bawah 65 tahun, tidak ada satu pun jamaah yang dilaporkan tertular meningitis. Bisa dikatakan, upaya pencegahan dan tindakanvaksinasi yang ditujukan untuk melawan radang selaput otak tersebut, bekerja efektif.
Kabar memprihatinkan terkait langkanya vaksin meningitis, berdampak pada risiko tertundanya pemberangkatan jamaah Umroh. Sentra pelayanan vaksin meningitis (misalnya di beberapa kantor kesehatan pelabuhan/KKP), telah menghentikan kegiatan vaksinasi meningitis.
Padahal vaksinasi tersebut, diperlukan sebagai salah satu persyaratan pemberangkatan jamaah Umroh. Ini merupakan “kejadian luar biasa”. Belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah penyelenggaraan Haji dan Umroh di Indonesia. Kelangkaan stok vaksin meningitis, diprediksi terjadi hingga Oktober 2022.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KemenkesRI) menyatakan,ketersediaan vaksin meningitis yang mencukupi, menunggu pasokan dari negara-negara produsen vaksin meningitis.
Meningitis
Radang selaput otak dan sumsum tulang belakang ini, tidak hanya diakibatkan oleh satu jenis mikroba saja. Bakteri, virus, jamur dan parasit, bisa menjadi biang penyebabnya.
Fokus kepentingan vaksinasi, ditujukan spesifik padabakteri Neisseriameningitidis (meningococcus), sebagai kausa utama. Penyakit ini bisa menimbulkan dampak klinis yang berat, bahkan menyengsarakan.
Bila fase akut dapat dilalui, masih dapat memantik komplikasi/penyulit dalam jangka waktu yang panjang.Angka mortalitasnya sebesar sepuluh persen dan 20 persen diantarapenyintasnya, mengalami kecacatan atau gejala sisa (sequelae).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit infeksi menular tersebut hingga kini masih menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan masyarakat global.
Secara epidemiologi, meningitis tersebar di seluruh dunia.Namun demikian, daerah sub-Sahara Afrika (African Meningitis Belt), menjadi area endemi dengan angka prevalensi tertinggi di dunia.Negara-negara tersebut antara lain, Burkina Faso, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Chad, Ethiopia, Nigeria, Sudan dan beberapa negara lainnya.
Arab Saudi juga termasuk dalam kategori negara endemi meningitis meningococcus.Banyaknya jamaah yang berasal dari negara-negara endemis, dapat menimbulkan kekhawatiran tersendiri.Seseorang yang terpapar bakteri meningitis di Tanah Suci, bisa menularkannya pada orang lain, setibanya di negara masing-masing.
Semua usia bisa tertular mikroba ganas ini. Selain anak-anak, individu remaja dan dewasa juga bisa terpapar. Kondisi penuh sesak dan saling berdesakan, memudahkan bakteri ini menular antar manusia. Misalnya yang terjadi pada saat menunaikan ibadah Haji atau Umroh.
Orang-orang dengan kondisi sistem imun yang kurang sempurna (immunocompromised), lebih berisiko beberapa kali lipat terkena dampak buruk meningitis.
Situasi geografis yang berdebu dan kering (biasanya terjadi bulan Desember hingga Juni), semakin dapat meningkatkan risiko penularan. Sebaliknya bila musim hujan, kasusnya akan mereda.
Vaksinasi
Vaksinasi meningitis merupakan suatu modalitas yang efektif mencegah paparan bakteri meningococcus. Efektivitasnya dapat mencapai 85 hingga 100 persen. Bakteri ini terdiri dari 12 “anggota” yang dalam bidang medis disebut dengan serogroups. “Anggota” yang paling sering memicu terjadinya radang otak, di antaranya diberi kode A,B,C,W,X dan Y.
Saat ini terdapat tiga jenis vaksin meningitis:
Pertama, adalah vaksin konyugat polisakarida-protein. Vaksin jenis ini efektif digunakan untuk kepentingan mencegah penularan, terutama bila terjadi wabah (outbreakresponse).Imunitas yang diinduksinya bisa berlangsung lama. Keunggulannya dapat mencegah terjadinya carrier (pembawa kuman).
Secara ringkasnya, vaksin jenis ini dapat mencegah terjadinya penularan serta menghasilkan kekebalan kelompok/komunal (herdimmunity).Efektivitas proteksinya juga tinggi, bila diperuntukkan bagi anak usia di bawah dua tahun.
Ada beberapa formulasi yang biasanya digunakan. Vaksin monovalen (serogroup A atau C), tetravalen (serogroupsA,C,W,Y) dan dalam bentuk kombinasi (serogroup C dan Haemophilus influenza tipe b/Hib). Hib adalah bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis atau pneumonia (radang paru).
Kedua, adalah vaksin yang berbasiskan proteinserogroup B. Vaksin jenis ini cukup efektif digunakan pada semua usia. Kekurangannya adalah tidak dapat mencegah penularan sepenuhnya. Dampaknya tidak dapat memicu terbentuknyaherdimmunity.
Ketiga, adalah vaksin polisakarida. Sangat aman dan efektif digunakan pada dewasa dan anak-anak. Walaupun demikian, tingkat proteksinya relatif rendah, bila diaplikasikan pada bayi. Kekurangannya adalah, tingkat proteksinya hanya dalam waktu yang relatif singkat, karenanya tidakakan dapat menghasilkan herdimmunity. Selain itu, masih bisa menimbulkan carrier bakteri pada individu yang divaksin. Saat ini perannya dalam mengendalikan terjadinya wabah, telah digantikan oleh vaksin konyugat.
Validitas telah dilakukannya vaksinasi meningitis dan beberapa vaksinasi wajib lainnya, dilampirkan dalam “kartu kuning”. Kartu kuning atau International CertificateofVaccination(ICV), adalah laporan vaksinasi resmi yang diakui oleh WHO dan dunia internasional. Kartu tersebut semacam paspor medis yang diperlukan untuk memasuki negara-negara tertentu. Kepentingannya untuk menekan risiko terpapar dan penyebaran suatu penyakit, pada para pengunjung di suatu negara tujuan.
Ketersediaan vaksin meningitis
Hingga kini Indonesia belum dapat memproduksi vaksin meningitis secara mandiri. Diharapkan dalam lima tahun ke depan, PT Bio Farma dapat menggandeng perusahaan produsen vaksin asing, guna keperluan dalam negeri. Dengan konsep kerja sama ini, ada keuntungan dalam transfer teknologi pembuatan vaksin meningitis. Nantinya diharapkan teknologi pembuatan vaksin dari hulu ke hilir, dapat dilakukan secara mandiri. Selain bisa menghemat devisa negara, vaksin produksi dalam negeri dapat meningkatkan kepercayaan diri bangsa Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri, sebagai dampak pandemi Covid-19, negara-negara produsen vaksin meningitis masih terkendala dalam produksinya.Fokus perhatian mereka saat itu, lebih banyak terbagi pada pengembangan dan produksi vaksin Covid-19.Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, para produsen vaksin itu, telah dapat memenuhi permintaan vaksin meningitis global.
Kebijakan Arab Saudi
Hingga akhir Juli 2022, pemerintah negara petrodolar tersebut masih mewajibkan vaksin meningitis bagi semua jamaah Haji dan Umroh (Hajjand Umrah HealthRequirements, The EmbassyoftheKingdomof Saudi Arabia). Semua jamaah diwajibkan menyerahkan sertifikat vaksinasi, termasuk di antaranya vaksin meningitis. Disyaratkan menggunakan vaksin meningococcusquadrivalent (ACWY).Setidaknya dilakukan sepuluh hari sebelum rencana kedatangannya menunaikan ibadah di Tanah Suci.
Jeda waktu ini diperlukan, agar vaksinasi dapat menghasilkan respons imun yang cukupdalam mencegah paparan penyakit. Vaksin polisakarida quadrivalent (ACWY),dapat memberikan proteksi selama tiga tahun. Bila vaksinasi terdahulu melebihi jangka waktu tersebut, maka harus dilakukan vaksinasi ulang. Di sisi lain, respons imun pasca vaksinasikonyugatquadrivalent (ACWY), dapat bertahan hingga lima tahun. Sesudahnya, diperlukan vaksinasi ulang.
Setelah pandemi Covid-19 mereda, minat masyarakat Indonesia menunaikan ibadah Haji dan Umroh semakin meningkat. Semoga semua pihak dapat mempersiapkan sebaik-baiknyapenyelenggaraan Haji dan Umroh, termasuk upaya mempersiapkantingkat kesehatan jamaah yang optimal. (ian)
Penulis : Ari Baskoro – Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr.Soetomo-Surabaya
Editor : Isa Anshori
Tinggalkan Balasan