“Aku tahu rezekiku tidak mungkin tertukar dengan rezeki orang lain, karenanya hatiku tenang”
Imam Hasan al-Bashri Rohimallah (wafat 110 H/728 M) adalah seorang ulama dan sufi terkemuka dari generasi Salaf, yang hidup pada abad ke-7 Hijriyah. Beliau dikenal karena kebijaksanaan dan pengetahuannya dalam bidang agama. Mengenai konsep rezeki, Imam Hasan al-Bashri memiliki pandangan yang mendalam.
Imam Hasan Al- Bashri Rohimallah berkata, aku tahu amal-amalku tidak bisa digantikan oleh orang lain, karena itu kusibukkan diriku bekerja dan beramal. Aku tahu Allah selalu melihatku, karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat.
Aku tahu kematian menantiku, maka kupersiapkan bekal untuk berjumpa dengan Tuhanku.
Rezeki itu adalah fadl (anugerah) dari Allah bukan dari hasil rekayasa akal kita, seandainya rezeki itu tergantung pada akal tentu makhluk yang tidak berakal (binatang) tidak mendapatkan rezeki, tetapi kenyataannya semua makhluk diberi rezeki oleh Allah tanpa terkecuali, itulah bukti bahwa Allah maha pengasih lagi maha penyayang.
Allah telah membagi rezeki dengan seadil-adilnya, karena Allah Maha Maha Tahu akan kebutuhan hambanya. Jika seandainya semua makhluk diberikan rezeki melebihi kebutuhannya, tentu saja mereka tidaklah bertambah keimanannya melainkan kekufuran dan melampaui batas.
۞ وَلَوْ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزْقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرٌۢ بَصِيرٌ
Artinya: Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.
Maka tidak usah takut, rezeki kita tidak pernah tertukar dengan rezeki orang lain. Setiap orang memiliki bagian rezeki masing-masing. Ada yang dilebihkan oleh Allah, ada pula yang sederhana, dan ada pula yang serba kekurangan. Semua itu pasti ada pesan hikmah yang ingin disampaikan oleh Allah kepada manusia. Namun sayang hanya sedikit diantara mereka yang mengetahuinya.
Coba kita bayangkan, seandainya seluruh manusia kaya semua, atau miskin semua, tentu tatanan sosial tidak akan berjalan. Disebut kaya karena masih ada orang yang miskin, dan demikian pula disebut miskin karena ada yang kaya.
Kita tidak perlu memelihara sifat iri dengki terhadap nikmat yang ada ditangan orang lain, karena bagaimanapun rekayasa kita untuk merebut nikmat itu darinya akan berbuah sia-sia. Allah tidak pernah salah alamat dalam mengirimkan rezeki kepada hambanya, hal itu ditegaskan dalam firman-Nya:
وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nisa’: 32)
Imam Hasan al-Bashri mengajarkan bahwa manusia seharusnya bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam segala hal, termasuk dalam mencari rezeki. Tawakal bukan berarti pasif, melainkan tetap berusaha dengan sungguh-sungguh sambil menyadari bahwa hasil akhirnya berada di tangan Allah. Wa’alaikum sallam warohmatullahi wabarokatuh.
——-000——-
- Pemimpin redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan