• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Mpox, Cermin Ketidakadilan Global

22 Agustus 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi cacar monyet (Mpox). Foto: iStock
Oleh: Ari Baskoro*

Mpox yang sebelumnya disebut sebagai cacar monyet, telah ditetapkan sebagai “darurat kesehatan global” oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Wilayah utama yang terjangkit adalah di seputar negara Afrika,khususnya Afrika Tengah dan Timur. Hingga kini setidaknya telah menyebar di 12 negara Benua Hitam. Seperti yang “biasanya” terjadi, Republik Demokratik Kongo (RDK)  merupakan “episentrumnya”. Puluhan ribu orang telah terjangkit, dan sedikitnya 537 orang dikabarkan tewas karenanya.

Belum lama ini Swedia telah melaporkan satu kasus terpapar Mpox. Itu merupakan kasus pertama yang terdeteksi di luar area endemi. Pada individu yang tertular tersebut, memiliki riwayat perjalanan ke negara endemi Mpox.Selanjutnya Filipina, Pakistan, dan Thailand, telah mendeteksi kasus yang sama. Kelas virus Mpox penyebabnya, telah dapat diidentifikasi. Itu berasal dari Clade Ib yang sudah diketahui lebih mematikan dibanding virus “pendahulunya” (Clade II).

Untuk kedua kalinya, Mpox dideklarasikan sebagai penyandang masalah darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Penetapan PHEIC yang pertama,  dilakukan pada bulan Juli 2022. Meski demikian, biang keladi virus penyebabnya saat itu, berbeda dengan yang kini terjadi. Kedua jenis virus tersebut sebenarnya “bersaudara”.Tetapi Clade I memiliki perangai yang lebih ganas dan lebih menular, dibanding Clade II yang terjadi dua tahun lalu.

PHEIC merupakan “peristiwa luar biasa” yang merupakan indikator tingkat kewaspadaan tertinggi.Artinya memiliki konsekuensi yang “serius, mendadak, tidak wajar, atau tidak terduga”. Legalitasnya berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulations/IHR) 2005. Persoalan tersebut memerlukan respons segera yang terkoordinasi dari semua negara di dunia. Sebagai perbandingan, pada awal kemunculan COVID-19, telah mendapatkan status PHEIC pada30 Januari 2020. Tidak lama berselang, tepatnya 11 Maret 2020, COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi. Pada dasarnya, pandemi berada satu tingkat di atas PHEIC.

Fakta yang sebenarnya terjadi, Mpox sudah merupakan penyakit endemis selama 50 tahun lebih, di beberapa negara Afrika. Saat ini “secara tidak adil”, baru dideklarasikan sebagai PHEIC untuk kedua kalinya. Latar belakang keputusan utamanya,didasarkan atas kekhawatiran memicu dampak penyebaran ke negara-negara maju di luar Afrika. Pada tahun 2022 hingga akhir Oktober 2023, Mpox telah melanda ke 116 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Pada hakikatnya, Mpox tergolong dalam penyakit zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia). Tetapi kini, mayoritas justru terjadi akibat penularan antar manusia. Deklarasi wabah untuk kedua kalinya, telah menyadarkan dunia akan bahaya penyakit yang sebelumnya diabaikan tersebut. Sejatinya hampir semua negara maju beranggapan, bahwa Mpox hanya relevan menyebar sebatas wilayah tertentu di Afrika saja.

Macam virus penyebab

Terdapat dua Clade virus Mpox yang berbeda tingkat keganasannya, namun masih “bersaudara”. Clade I hampir secara eksklusif ditemukan di RDK, atau hanya endemis di seputar Afrika Tengah. Virus tersebut menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan cacar. Angka kematiannya mencapai sepuluh persen. Di sisi lain, Clade II mayoritas bisa  dideteksi di Afrika Barat. Umumnya virus ini menyebabkan penyakit yang relatif lebih ringan, dengan tingkat penularan yang lebih rendah. Angka kematiannya pun, “hanya” sebesar satu hingga tiga persen saja. Virus Mpox yang semula zoonosis, kini terbukti telah beradaptasi sehingga semakin mudah mengalami penularan antar manusia. PHEIC pertama tahun 2022 disebabkan Clade II, sedangkan PHEIC yang sekarang diterapkan, diakibatkan Clade I. Kasus-kasus yang terdeteksi di Indonesia, dari tahun 2022 hingga 2024, seluruhnya dari Clade IIb. Belum terdeteksi adanya kasus Mpox dari Clade I.

Membahas Mpox, harus selalu dikaitkan dengan virus variola penyebab cacar. Keduanya “berkerabat” dan termasuk dalam genus orthopoxvirus. Pandemi cacar yang terjadi selama abad ke-20, bertanggung jawab atas 300 hingga 500 juta kematian penduduk dunia. Setelah diterapkannya vaksinasi global yang masif dan  berkesinambungan, cacar dinyatakan telah dapat diberantas. Itu terjadi pada tahun 1980. Eradikasi cacar, dianggap sebagai salah satu pencapaian kesehatan masyarakat terbesar dalam sejarah. Tetapi ada perbedaan yang sangat mendasar antara cacar dan Mpox. Pemberantasan cacar sangat dimungkinkan, karena virus variola penyebabnya hanya menginfeksi manusia. Di pihak lain, Mpox memiliki spektrum yang lebih luas pada binatang. Terutama jenis hewan pengerat, tupai, dan hewan liar lainnya.Beberapa waktu terakhir ini, anjing peliharaan sudah dapat ditularinya. Vaksinasi cacar diperkirakan mampu memberikan perlindungan sekitar 85 persen dalam jangka panjang terhadap Mpox.

Potensi bahaya

Kekhawatiran WHO dan negara-negara maju terhadap penyebaran Mpox,  didasarkan atas observasi epidemiologi. Penyakit itu disinyalir kuat dapat menempati ceruk yang “ditinggalkan” cacar. Pasalnya program vaksinasi cacar secara rutin telah dihentikan. Konsekuensinya herdimmunity (kekebalan populasi) mulai berkurang. Dampaknya hampir semua orang yang berusia di bawah 40 tahun, menjadi rentan terpapar karenanya. Realita tersebut sesuai dengan data riset di lapangan. Hampir semua kasus yang terjadi saat ini, hanya menyasar pada anak-anak dan dewasa muda. Dari riset yang telah dilakukan, menghasilkan kesimpulan yang patut disimak para pengambil kebijakan. Bahwa individu yang belum dilakukan vaksinasi cacar, memiliki risiko 20 kali lipat terpapar Mpox, dibanding yang sudah pernah divaksin. Nantinya kebijakan sasaran vaksinasi, terutama ditujukan pada individu yang rentan terpapar.

RDK merupakan negara terbesar kedua di Afrika. Populasinya mencapai 109 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Kendala terbesar negara kurang berkembang tersebut,menyangkut stabilitas politik yang rendah, minimnya infrastruktur, korupsi, perang saudara yang tak berkesudahan, dan indeks pembangunan manusia (IPM) yang tergolong rendah di dunia. Peringkatnya menempati angka ke-179, dari 191 negara di seluruh dunia. Kondisi negara sekitarnya yang juga terpapar Mpox, tidak jauh berbeda dengan RDK. Keseluruhan situasi yang tidak menguntungkan tersebut, sangat memudahkan merebaknya Mpox. Realitasnya sangat minim adanya kepedulian dari negara-negara lainnya, terutama dari negara maju.

Berkaitan dengan potensi meluasnya Mpox ke seluruh dunia, kini WHO berupaya mempercepat proses pendayagunaan darurat vaksinnya. Penggunaan darurat memungkinkan mitra, termasuk GAVI (Global Alliances for Vaccines and Immunization)  dan UNICEF (United Nations Children’s Fund), memperoleh vaksin yang layak untuk didistribusikan ke negara-negara yang terkena dampak. Jaringan penanggulangan medis di seluruh dunia perlu segera  digerakkan, agar dapat memfasilitasi akses yang adil terhadap vaksin, terapi, diagnostik, dan peralatan lainnya. Kini pada era modern, dunia bagaikan tanpa sekat. Tiadanya kepedulian dan kerja sama kemanusiaan semua pihak ,niscaya mitigasi wabah akan sulit dikendalikan. Semoga negara kita dapat merespons dan melakukan upaya pencegahan, agar Mpox “jilid dua” tidak memasuki Indonesia kembali.

—000—

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di :Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
  • Penulis buku :Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)Serba-serbi Obrolan Medis
Share This :

Ditempatkan di bawah: jatim, Kesehatan, update, wawasan Ditag dengan:cacar monyet, Global, Ketidakadilan, Mpox

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Yovie Widianto: Musik adalah Berkah, Bukan Sekadar Royalti

15 Agustus 2025 By admin

Rumah Sejarah Rengasdengklok: Jejak Tekad Menuju Kemerdekaan

15 Agustus 2025 By admin

Ketua MPR: Sekolah Rakyat Wujud Pemerataan Pendidikan di Indonesia

15 Agustus 2025 By admin

Pro-Kontra Larangan Pemutaran Lagu Indonesia di Kafe & Restoran, Adakah Titik Temunya?

14 Agustus 2025 By admin

Cek Kesehatan Gratis Siswa, Pintu Masuk Efisiensi Anggaran MBG

14 Agustus 2025 By admin

Menapaki Jejak Sejarah Candi Cetho di Lereng Gunung Lawu

14 Agustus 2025 By admin

Hari Kebaya Nasional 2025, Mantan Ibu Negara Raih Penghargaan Ikon Pelestari Kebaya

14 Agustus 2025 By admin

Kemenag Dukung Percepatan Transisi Penyelenggaraan Haji ke BP Haji

14 Agustus 2025 By admin

Jalan Menuju Akrab dengan Allah

13 Agustus 2025 By admin

Wali Kota Surabaya Ajak ASN dan Warga Wujudkan Kampung Pancasila

13 Agustus 2025 By admin

Prabowo Tekankan Birokrasi yang Praktis, Terukur, dan Akuntabel

13 Agustus 2025 By admin

KPK Dalami Proses Pembuatan SK Menag Terkait Pembagian Kuota Haji 2024

13 Agustus 2025 By admin

Menkes Pastikan Program Cek Kesehatan Gratis Pelajar Jangkau Daerah Terpencil

12 Agustus 2025 By admin

Benjamin Sesko Yakin Manchester United Segera Bangkit

12 Agustus 2025 By admin

Palestina Serukan Solidaritas Global untuk Lindungi Jurnalis Gaza

12 Agustus 2025 By admin

Chelsea Bungkam AC Milan 4-1 di Laga Pramusim Stamford Bridge

11 Agustus 2025 By admin

Pentingnya Menjaga Kehormatan Diri dalam Pandangan Islam

11 Agustus 2025 By admin

Minuman Penenang: Benarkah Efektif atau Sekadar Janji Manis?

11 Agustus 2025 By admin

Empat Jurnalis Al Jazeera Tewas dalam Serangan Israel di Dekat RS Al-Shifa

11 Agustus 2025 By admin

Netanyahu Pertahankan Rencana Kendalikan Gaza, Israel Dikecam di PBB

11 Agustus 2025 By admin

Kirana Children Choir Harumkan Indonesia, Raih Emas di A Voyage of Songs 2025 Thailand

10 Agustus 2025 By admin

Mensos Pastikan Pengadaan Laptop untuk Sekolah Rakyat Transparan dan Bebas Korupsi

10 Agustus 2025 By admin

Nasi Hangat vs Nasi Dingin: Mana Lebih Sehat?

10 Agustus 2025 By admin

Manchester United Resmi Rekrut Striker Muda Benjamin Sesko dari RB Leipzig

10 Agustus 2025 By admin

Menjaga Kelestarian Rusa Timor: Kado Manis untuk Masa Depan Konservasi

10 Agustus 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Hamas Tolak Rencana Israel Relokasi Warga Gaza, RI Bantah Ikut Berunding
  • Teman dalam Genosida: Jejak Rekat Hubungan Serbia–Israel
  • Gol Tunggal Calafiori Bawa Arsenal Taklukkan Manchester United di Old Trafford
  • Alicia Silverstone: Ratu ’90-an yang Kembali Bersinar
  • Bayern Muenchen Juara Piala Super Jerman 2025 Usai Kalahkan Stuttgart

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.