
Surabaya (Trigger.id) – Melihat data varian omicron cenderung lebih jinak dibanding dengan varian delta yang sudah lewat masa puncaknya, kemudian disusul data tingkat Bed Occupation Rate (BOR) di rumah sakit yang rendah, ini menujukan bahwa kita sebenarnya sudah bisa menghadapinya dengan pelonggaran-pelonggaran protokol kesehatan yg selama ini diterapkan. Ini kata anggota Dewan Penasehat GP Ansor Jawa Timur Zahrul Azhar (Gus Hans).
“Keberhasilan capaian herd imunity melalui vaksin, tingkat kepanikan yang menurun serta terbentuknya good habit, maka sudah waktunya kita move on,” terang Gus Hans.
Maka sudah waktunya kita kembali ke tradisi mulia kita, yakni saling bersalaman terutama setelah jamaah sholat di masjid atau bertemu di tempat umum. Meskipun begitu, Gus Hans tetap mengingatkan jangan lupa selalu memegang handsanitizer.
“Saya berharap pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan covid ini murni berdasarkan pertimbangan kesehatan tanpa dimasuki kepentingan-kepentingan yang lain apalagi politik,” terang Gus Hans.

Sementara anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. Ari Baskoro Sp.PD mengatakan, belum saatnya terjadi perubahan sedrastis itu.
Prokes, termasuk penggunaan masker dan cuci tangan benar-benar berdasarkan penelitian dan pemahaman medis, serta bukan kepentingan lainnya.
“Percepatan vaksinasi, khususnya untuk lansia menjadi interval tiga bulan, juga didasari suatu riset,’ terang Ari.
Tentang “boleh” bersalaman kembali atau tidak, prinsipnya “sentuhan” seperti itu masih berpotensi menularkan virus. Bukan hanya virus Covid-19 dengan segala variannya, tetapi juga virus lainnya, misalnya virus Influenza.
Tangan seseorang yang terkontaminasi melalui bersalaman, bisa mentransmisi virus bila menyentuh mulut, hidung, dan selaput mata.
“Kebijakan boleh bersalaman” kembali, masih memerlukan kajian medis yang lebih mendalam bila akan diterapkan. Namun untuk saat ini sebaiknya gerakan prokes,termasuk cuci tangan masih penting untuk diterapkan.rasanya belum saatnya terjadi perubahan sedrastis.
“Percepatan vaksinasi, khususnya untuk lansia menjadi interval tiga bulan, juga didasari suatu riset,” terang Ari.
Antibodi atau respon imun pada lansia cenderung tidak seefektif orang usia muda atau kondisi immunocompetent. Memang benar Omicron daya virulensinya tidak “seganas” varian Delta atau varian-varian lain sebelumnya.
“Tapi perlu dicatat, itu bisa terjadi pada orang yang sudah divaksin lengkap atau sudah di booster” tegas Dr. Ari Baskoro.
Kebijakan boleh bersalaman kembali, masih memerlukan kajian medis yang lebih mendalam bila akan diterapkan, pungkas Dr. Ari Baskoro SpPD. (ian)
Tinggalkan Balasan