
Bukittinggi (Trigger.id) – Malam akhir pekan di Kota Bukittinggi terasa berbeda. Pelataran Jam Gadang, ikon yang biasanya ramai oleh wisatawan, mendadak berubah menjadi panggung hidup penuh warna. Denting piring pecah, kilatan api yang menyembur dari mulut pemain, dan gerakan luwes para penari Minang membuat ribuan pasang mata terpukau.
Atraksi yang digelar Sanggar Cahayo Ameh ini memadukan dua tradisi khas Minangkabau: tari piring dan debus. Tari piring menampilkan keanggunan gerak, ritme cepat, serta kostum tradisional yang berkilau, sedangkan debus memunculkan sisi keberanian—dengan atraksi menelan api, menginjak bara, hingga memainkan benda tajam. Kombinasi keduanya menghadirkan suasana dramatis sekaligus memikat, menjadikan Jam Gadang tak sekadar monumen waktu, melainkan juga pusat denyut budaya.
“Pertunjukan seperti ini bukan sekadar hiburan. Ia adalah sekolah budaya bagi generasi muda dan medium bagi masyarakat untuk merawat ingatan kolektif,” ujar Melvi Abra, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi.
Menurut Melvi, program pentas seni di pelataran Jam Gadang sengaja digelar rutin, khususnya pada malam Minggu dan hari-hari besar, sebagai cara menjaga warisan Minang tetap hidup sekaligus meningkatkan daya tarik wisata.
Keunikan atraksi ini terasa lengkap saat penonton melihat sinkronisasi: bagaimana dentingan musik tradisional talempong dan gandang berpadu dengan gerak penari yang lincah. Setiap piring yang pecah bukan sekadar gimmick panggung, melainkan simbol perjuangan dan keteguhan masyarakat Minang. Api yang menyala di tangan pemain debus pun menghadirkan metafora keberanian menghadapi tantangan.
Selain sebagai tontonan, pertunjukan ini juga berfungsi sebagai penggerak ekonomi lokal. Wisatawan yang datang bukan hanya menyaksikan, tetapi juga menikmati kuliner, membeli suvenir, hingga berinteraksi dengan komunitas seni setempat.
“Jam Gadang adalah wajah Bukittinggi. Ketika seni Minang tampil di sini, ia bukan hanya mempercantik kota, tapi juga menguatkan jati diri masyarakatnya,” tambah Melvi.
Dengan atmosfer yang memadukan sejarah, seni, dan wisata, atraksi kesenian Minang di pelataran Jam Gadang menjanjikan pengalaman yang lebih dari sekadar liburan. Ia adalah perjumpaan dengan identitas budaya yang terus hidup, berdenyut di tengah keramaian kota, dan tetap relevan di mata generasi masa kini. (ian)
Tinggalkan Balasan