Ketika kehidupan manusia sampai di Padang Mahsyar, semua manusia tidak lagi mengenal satu sama lain. Mereka sibuk mencari perlindungan dan keselamatan sendiri-sendiri. Kecuali orang-orang yang diterima ibadah dan amal perbuatannya selama di dunia, dan mereka inilah yang mendapat perlindungan dari Allah SWT.
Dalam buku Ensiklopedi Muslim yang disusun oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Rasulullah SAW telah menjelaskan golongan orang-orang yang akan dilindungi Allah SWT. Termasuk di dalamnya adalah pemimpin yang adil serta orang-orang yang gemar berzikir karena takut kepada Allah SWT.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya: “Ada tujuh orang yang dilindungi Allah di bawah lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan kecuali lindungan-Nya: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala, orang yang hatinya menyatu dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena-Nya dan berpisah karena-Nya, orang yang diajak oleh wanita yang berketurunan baik dan cantik kemudian ia berkata, ‘Aku takut kepada Allah Ta’ala,’ orang yang bersedekah kemudian ia merahasiakannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dinfakkan tangan kanannya, dan orang yang menyendiri dzikir kepada Allah kemudian kemudian matanya mengucurkan air mata” (HR. Al-Bukhari).
Para ulama menafsirkan hadits tersebut dengan merinci tujuh golongan orang-orang yang dijaga dan dilindungi Allah SWT. Namun penyebutan jumlah tujuh golongan ini tidaklah menjadi pembatasan.
Naungan atau perlindungan tersebut menjadi sebuah penghargaan luar biasa bagi mereka, mengingat saat itu tak akan ada naungan kecuali naungan Allah.
Golongan-golongan tersebut memiliki karakteristik khusus yang membuat mereka pantas mendapat naungan tersebut. Mari kita bahas satu per satu golongan orang beriman yang beruntung ini.
إِمَامٌ عَدْلٌ
Pertama, ada Pemimpin yang adil. Pemimpin yang adil adalah sosok yang memimpin dengan keadilan, mengedepankan kepentingan umum, dan menjalankan tugas kepemimpinannya dengan integritas tinggi. Di tengah banyaknya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, pemimpin yang adil sangatlah langka dan berharga.
شَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ
Kedua, terdapat seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada Rab-nya. Pemuda ini menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah, memperkuat ikatan spiritualnya, dan mengabdikan diri dalam mengamalkan ajaran agama. Kesungguhan dan ketekunan pemuda ini dalam beribadah membuktikan ketulusan imannya.
رَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ
Ketiga, ada seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid. Laki-laki ini memiliki hubungan yang kuat dengan masjid sebagai tempat ibadah dan tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dia hadir di masjid tidak hanya untuk shalat, tetapi juga untuk mengikuti kegiatan keagamaan dan meningkatkan pemahaman agamanya.
رَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
Keempat adalah dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah. Mereka memiliki ikatan persaudaraan yang kuat, berdasarkan cinta mereka kepada Allah. Pertemuan dan hubungan mereka terjalin karena Allah, dan ketika harus berpisah, juga karena Allah. Cinta mereka saling menguatkan dan tidak tergoyahkan oleh kepentingan dunia.
رَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
Kelima, ada seorang laki-laki yang menghadapi godaan maksiat dari seorang wanita kaya dan cantik, tetapi dia tetap bertahan dengan mengatakan, “Aku takut kepada Allah.” Keteguhan iman dan kesadaran akan konsekuensi dari perbuatan maksiat membuatnya mampu menolak godaan tersebut. Dia memilih ketaatan kepada Allah meski dihadapkan pada kesenangan duniawi yang sementara.
رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
Keenam adalah orang yang bersedekah dengan menyembunyikannya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya. Sifat rendah hati dan keikhlasan dalam bersedekah menjadikan amalannya murni semata-mata untuk Allah. Dia tidak mencari pujian atau pengakuan dari orang lain, melainkan mengharapkan balasan dan keridhaan Allah semata.
رَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Ketujuh, seorang laki-laki yang mengasingkan diri sendirian dan berdzikir kepada Allah hingga kedua matanya basah karena menangis. Kedalaman hubungannya dengan Allah membuatnya mencurahkan hatinya dalam berdzikir dan memohon ampunan-Nya. Kesedihannya yang tulus dan kerinduannya kepada Allah tercermin dalam air mata yang mengalir di wajahnya.
Tujuh golongan orang beriman ini merupakan teladan bagi kita. Mereka mendapatkan naungan dan perlindungan Allah di Hari Kiamat karena ketulusan iman dan amal perbuatan yang baik.
Sebagai muslim, kita dianjurkan untuk mengikuti jejak mereka, mengambil hikmah dari karakteristik yang mereka tunjukkan, dan berusaha menjadi golongan yang mendapatkan naungan Allah di dunia dan akhirat.
—000—
*Akademisi Universitas Surabaya
Tinggalkan Balasan