Surabaya (Trigger.id) – Hafidz dan hafidzah, qari dan qariah bikin keluarga bangga. Para penghafal dan atau pelantun ayat-ayat suci Al Quran selain mendulang pahala berlipat tentu saja mereka berharap mendapat syafaat (pertolongan) di hari kiamat kelak.
Bahkan khusus untuk hafidz dan hafidzah (sebutan penghafal Al Quran laki-kali dan prempuan), mereka laksana membuat “mahkota” yang nanti akan diterima orang tua. Sehingga pantaslah jika ada keluarga yang sangat berharap ada anggota keluarganya yang mampu menghafal Al Quran.
Sisi lain tentang keberadaan qariah dan hafidzah, mereka tidak banyak mendapat kesempatan untuk menunjukkan kepiawaian mereka di area publik. Voice of America dalam leporannya mecatat jumlah perempuan penghapal dan pembaca Al-Quran semakin banyak.
Sebagian dari mereka pernah memenangkan kompetisi tingkat internasional. Namun, sangat sedikit publikasi bagi qariah. Kini banyak perempuan mengandalkan media sosial untuk mengunggah karya para qariah.
Semakin banyak perempuan yang kini beralih ke media sosial untuk menyimak lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dari qari perempuan (qariah). Sebaliknya, qariah juga saling mendorong untuk mengunggah bacaan mereka secara online. Salah seorang dari qariah itu adalah Madinah Javed.
“Sungguh al-Qur’an, ketika dibaca siapa saja, istimewa dan indah. Tidak masalah siapa pembacanya. Tidak masalah jenis kelamin atau pakaian atau ras mereka.”
Javed menambahkan, penting bagi perempuan untuk melihat dan menyimak satu sama lain dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran.
“Ini bukan tentang pelantunnya, melainkan lantunannya. Tetapi penting untuk melihat dan mendengar perempuan melantunkan ayat-ayat Al-Quran karena, terutama sebagai perempuan, untuk mendengar perempuan lain membaca, bagi saya itu benar-benar menyentuh hati dengan cara yang berbeda,” katanya.
Pada 2017 Javed memulai gerakan online yang disebutnya “Female Reciters.” Tujuannya, meningkatkan kesadaran akan suara Muslimah dan qariah.
“Ini adalah sesuatu yang sangat istimewa dan penting bagi umat Islam, ini Al-Qur’an, lantunan ayat-ayat Al-Quran. Jadi, tentu saja kita harus mendengar qariah selain mendengar qari membaca Al-Qur’an di depan umum,” jelasnya.
Di antara sesama qariah di dunia yang dia bantu untuk dikenal adalah Al-Zahraa Layek Helmy di Kairo, Mesir. Ia mulai belajar membaca Al-Quran ketika baru berusia tiga tahun. Pada usia 10 tahun, dia telah hafal Al-Quran.
“Perempuan berperan besar dalam segala hal asalkan mencakup ketakwaan, agama dan kehormatan. Jadi, perempuan harus ambil bagian di dalamnya,” ujar Al Zahraa.
Namun, dalam banyak komunitas dan budaya Muslim, sikap terhadap qariah yang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an di depan umum bervariasi. Umumnya mereka berpendapat perempuan tidak boleh membaca Al-Quran kalau laki-laki yang tidak memiliki hubungan keluarga dengannya atau bukan muhrim bisa mendengar suaranya.
Javed dengan tegas menyatakan: “Seharusnya itu tidak boleh terjadi karena dalam tradisi Muslim terdapat banyak qariah.”
Salah seorang qariah yang terkenal dan disegani di Indonesia adalah Maria Ulfah dari Jakarta. Dia adalah salah seorang qariah top dunia dan telah memenangkan kompetisi pembacaan Al-Quran nasional dan internasional.
“Di Indonesia, kalau kami meraih juara satu internasional, kami tidak lagi diperbolehkan mengikuti MTQ nasional untuk memberi kesempatan kepada qariah lain. Jadi, sejak itu saya mulai melatih mereka yang tertarik mengaji dan banyak siswa dari provinsi lain yang tertarik belajar mengaji dari saya,” kata Ulvah. (ian)
Sumber : Voa
Tinggalkan Balasan