

Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah, yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan ini memiliki keutamaan yang istimewa dalam Islam, menjadi momen bagi umat Muslim untuk memperbanyak amal kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW sangat menganjurkan untuk memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban, terutama puasa sunnah. Dalam hadits riwayat Aisyah RA, beliau berkata:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: “مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَكْمِلُ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.”
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa lebih banyak di bulan selain Ramadhan daripada Sya’ban.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa Rasulullah SAW menjadikan Sya’ban sebagai bulan persiapan untuk menyambut Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan.
Salah satu peristiwa penting dalam bulan Sya’ban adalah peristiwa Nuzulul Quran, yaitu turunnya ayat pertama Al-Quran yang memerintahkan umat Islam untuk mengalihkan kiblat dari Masjidil Aqsha di Palestina ke Masjidil Haram di Mekkah. Allah SWT berfirman:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ
“Sungguh, Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.”
(QS. Al-Baqarah: 144)
Peristiwa ini menunjukkan betapa bulan Sya’ban menjadi bulan perubahan besar dalam sejarah Islam, sekaligus sebagai bukti bahwa Allah SWT mendengar dan mengabulkan doa serta harapan hamba-Nya.
Selain itu, bulan Sya’ban juga dikenal sebagai bulan pengangkatan amal manusia. Dalam hadits riwayat Usamah bin Zaid RA, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ؟ فَقَالَ: “ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.”
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:“Aku berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau banyak berpuasa di bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Maka beliau bersabda: ‘Itulah bulan yang sering dilupakan manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Tuhan semesta alam. Maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku sedang berpuasa.'”
(HR. An-Nasa’i No. 2357, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih An-Nasa’i).
Dengan demikian, Sya’ban menjadi bulan yang penuh kesempatan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbanyak amal shaleh. Melalui puasa, shalat sunnah, membaca Al-Quran, serta berbagai amal kebaikan lainnya, umat Muslim dapat memanfaatkan bulan ini untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Semoga kita termasuk hamba-hamba yang dapat memanfaatkan bulan Sya’ban untuk meningkatkan iman dan amal shaleh, sehingga ketika memasuki bulan Ramadhan, kita telah siap secara spiritual untuk meraih keberkahan dan ampunan-Nya.
—000—
*Penceramah dan akademisi dari Ubaya
Tinggalkan Balasan