
Teheran (Trigge,id) – Sebanyak 580 Warga Negara Indonesia (WNI) dilaporkan terjebak dalam konflik bersenjata yang memanas antara Iran dan Israel. Dari jumlah tersebut, 386 WNI berada di 11 kota di Iran, sementara 194 lainnya berada di Israel.
Salah satu WNI di Teheran, yang meminta namanya disamarkan sebagai Fatimah, menceritakan kondisi mencekam yang dialaminya saat serangan udara Israel terjadi pada Jumat (13/6) dini hari.
“Saat itu jam tiga pagi, saya masih tertidur karena Jumat adalah hari libur di Iran,” ujar Fatimah, Selasa (17/6). Ia mengaku panik ketika mendengar ledakan dan langsung menghubungi kerabat untuk memastikan kondisi mereka. Namun, buruknya sinyal dan akses internet membuat komunikasi terhambat. “Stres rasanya menunggu kabar. Tapi sekarang, ya, pasrah saja.”
Fatimah yang telah lama tinggal di Teheran menyebut situasi kota sangat mencekam, terutama di malam hari. Meski tidak ada pengumuman resmi jam malam, ia melihat kehadiran pasukan keamanan di sejumlah titik. Ia juga menyoroti pernyataan Presiden AS Donald Trump yang sempat mengimbau warga untuk keluar dari Teheran, meskipun kemudian diralat.
Usaha untuk meninggalkan Teheran pun tidak mudah. Selain kemacetan parah di jalan-jalan utama, pembatasan bahan bakar memperparah keadaan. “Saya dengar ada yang niat mengungsi, tapi balik lagi karena macet dan kehabisan bensin,” ujar Fatimah.
Ia menegaskan bahwa WNI di Iran tidak seharusnya menjadi korban konflik yang terjadi. “Kami ini orang-orang tak berdosa. Jangan jadi korban dari kegilaan Netanyahu,” tegasnya.
WNI lainnya yang juga tinggal di Teheran menyampaikan bahwa ledakan terdengar hampir setiap malam. Meskipun demikian, evakuasi ke Indonesia dinilai belum mendesak. “Untuk sekarang mungkin cukup keluar dari Teheran ke wilayah yang lebih aman seperti Gilan atau Mazandaran di utara Iran,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa koordinasi dengan KBRI terus dilakukan dan layanan dari KBRI dinilai sangat membantu.
Sementara itu, kondisi serupa dialami WNI di Israel. Sebanyak 42 peziarah asal Indonesia sempat terjebak di Tel Aviv akibat penutupan Bandara Ben Gurion. Duta Besar RI untuk Yordania merangkap Palestina, Ade Padmo Sarwono, menjelaskan bahwa pihak KBRI Amman segera memfasilitasi pemindahan mereka ke Yordania. “Kami bantu proses penyeberangan dan visa on arrival. Sekarang mereka sudah berada di Amman dan dalam pemantauan,” ujar Ade.
Ade juga mengungkap bahwa 157 WNI yang merupakan mahasiswa magang di wilayah Arava, selatan Israel, masih menunggu pembukaan kembali bandara untuk bisa pulang. “Seharusnya mereka sudah pulang minggu lalu. Tapi karena situasi, kami terus berkomunikasi dan bersiap jika evakuasi diperlukan,” katanya.
Namun, Ade menyadari bahwa proses evakuasi dari Israel memerlukan waktu karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara tersebut.
Di Yordania sendiri, KBRI Amman mencatat ada 1.881 WNI, mayoritas mahasiswa di kota Irbid dan Amman. Meski situasi masih relatif aman, KBRI terus mengimbau agar para WNI mengikuti arahan otoritas setempat dan membatasi mobilitas.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Judha Nugraha, menambahkan bahwa delapan jamaah haji asal Indonesia di Yordania serta dua peziarah di Teheran juga sempat terjebak akibat penutupan wilayah udara. “Namun semuanya sudah dibantu dan dalam pengawasan KBRI,” ujarnya.
Pemerintah terus memantau kondisi dan menyiapkan skenario evakuasi apabila situasi memburuk. Masyarakat Indonesia diharapkan mendoakan keselamatan saudara-saudara sebangsa yang kini berada di tengah konflik. (bin)
Sumber: BBC
Tinggalkan Balasan