Probolinggo (Trigger.id) – Angin berhembus kencang, butiran pasir-pasir beterbangan. Terlihat barisan orang membawa berbagai macam sesaji berjalan sambil sesekali menyeka mata.
Sementara pemimpin barisan berpakaian serba putih berada paling depan. Di belakangnya, beberapa orang tampak membawa pajeng (sejenis payung besar). Mereka berhenti tepat di depan Pura Poten di kaki Gunung Bromo, Jawa Timur.
Ritual tersebut merupakan rangkaian dari upacara adat Yadnya Kasada atau dikenal juga dengan sebutan Kasada Bromo. Digelar masyarakat Tengger dari empat kabupaten di Jawa Timur, Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo.
Kasada diadakan tiap tahun sekali pada hari ke-15 dalam bulan Kasada atau bulan ke-12 dalam penanggalan orang Tengger. Mereka berkumpul di hamparan pasir (segara wedhi) kaki Gunung Bromo.
Dari kaki Gunung Bromo, orang-orang Tengger berjalan kaki membawa berbagai sesajian menuju kawah. Disini, mereka melempar sesajian berupa buah buahan, sayuran, hewan ternak, dan hasil bumi lainnya ke kawah. Simbol pengabdian pada Sang Hyang Widhi, pengorbanan, penyucian diri, rasa syukur, penjagaan hubungan harmonis dengan alam, dan penghormatan pada leluhur mereka.
Orang Tengger telah menggelar Yadnya Kasada sejak kehadiran mereka di Tengger pada masa Kerajaan Majapahit sekira abad ke-13 M.
Gunung Bromo yang berkawah merupakan gunung terendah di antara gunung-gunung lain di kawasan Tengger. Orang Tengger menganggap Gunung Bromo suci. Ia adalah bagian dari alam yang telah membantu orang Tengger menghidupi kesehariannya.
Karena itu, apapun yang dilempar ke dalam kawah menjadi bermakna penghormatan pada alam sekaligus penyucian. Kawah untuk melempar sesaji pada ritual Yadnya Kasada disebut juga pelabuhan. Sebab, ke sanalah orang Tengger melabuhkan semua persembahan sebagai pesan leluhur mereka, Kyai Kusuma atau Raden Kusuma.
Ritual adat Yadnya Kasada bertahan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Makna ritualnya tetap terjaga pula. Beberapa pengamat asing mencatat jalannya upacara ini pada rentang abad ke-19-20.
Tak banyak perubahan makna pada upacara Yadnya Kasada. Perubahan hanya menyangkut bentuk-bentuk sesaji dan rangkaian acaranya. Dahulu Kasada tak memiliki rangkaian acara lain. Memasuki tahun 1980-an, orang-orang Tengger mulai menambahkan sejumlah mata acara tari-tarian dan musik tradisional.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menyatakan kawasan wisata Gunung Bromo, di Jawa Timur, akan ditutup total saat peringatan Hari Raya Yadnya Kasada pada 15 – 16 Juni 2022.
Plt Kepala Balai Besar TNBTS Novita Kusuma Wardani di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat mengatakan bahwa penutupan kawasan Bromo Tengger Semeru tersebut dilakukan mulai 15 Juni pukul 07.00 WIB hingga 16 Juni 2022 pukul 15.00 WIB.
“Penutupan kegiatan wisata ini dalam rangka pelaksanaan rangkaian upacara ritual Yadna Kasada tahun 2022,” kata Novita.
Penutupan kawan Bromo dari aktivitas wisata tersebut, dilakukan pada empat titik pintu masuk kawasan yakni mulai dari Probolinggo, di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, dan dari Pasuruan di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari.
Kemudian, penutupan juga dilakukan dari wilayah Malang, dan Lumajang, pada pintu masuk Jemplang, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Pengumuman tersebut dikeluarkan BB TNBTS melalui Pengumuman nomor PG.357/T.8/BIDTEK/BIDTEK.1/KSA/6/2022. (ian)
Tinggalkan Balasan