
Surabaya (Trigger.id) – Sun-Mi Hong, drummer dan komposer asal Korea Selatan, kembali mengukir jejaknya di kancah jazz internasional dengan album terbarunya yang menyentuh tema migrasi dan pencarian jati diri. Namun, perjalanan menuju panggung dunia tidaklah mudah. Lahir di Incheon, Korea Selatan, dari keluarga konservatif yang menginginkannya menjadi guru, Hong justru memiliki mimpi besar: menjadi seorang drummer.
Pada usia 19 tahun, ia menjadi satu-satunya perempuan dalam kelas perkusi yang tidak terlalu menghormati keberadaannya. Ketika mendengar tentang program jazz di Conservatorium Amsterdam, ia mengambil keputusan besar untuk pindah ke Eropa. Di sanalah ia bertemu dengan para musisi yang kini menjadi rekan satu band yang solid.
Gaya bermusiknya berkembang menuju nuansa jazz kamar Eropa yang lembut, meski sesekali diselingi pengaruh jazz Amerika ala Wayne Shorter, Paul Motian, atau Ambrose Akinmusire. Kontribusinya diakui secara luas di Belanda—penghargaan terbaru, Paul Acket Award, akan diserahkan kepadanya pada ajang bergengsi North Sea Jazz Festival bulan Juli ini.
“Fourth Page: Meaning of a Nest” – Cerita dan Eksperimen Musik
Album ini merupakan kelanjutan dari seri karya Hong yang menggali tema migrasi dan pencarian jati diri. Lagu pembuka, bagian pertama dari judul lagu “Meaning of a Nest”, dibuka dengan harmoni tiupan dari saksofonis tenor Nicolò Ricci dan trompetis asal Skotlandia Alistair Payne—dua improvisator yang piawai menciptakan melodi elegan dan nuansa mendalam.
Bagian kedua lagu tersebut diawali dengan suasana abstrak dan hening, kemudian perlahan membangun intensitas lewat ostinato piano dari Chaerin Im dan permainan perkusi dinamis khas Hong. Gaya drumming Hong cenderung bebas, mengalir dengan energi seperti Elvin Jones, di mana denyut ritmis berkelana ke seluruh bagian drum set.
Lagu Escapism menampilkan tiupan lembut, sentuhan simbal, dan alunan cepat dari bassist Alessandro Fongaro yang menyuarakan kesedihan, sedangkan Toddler’s Eye memberi warna dengan nuansa tari rakyat yang lincah. Suite A Never-Wilting Petal memperlihatkan keahlian band ini dalam menyatukan narasi musik dengan improvisasi spontan yang memikat.
Rilisan Jazz Menarik Lainnya Bulan Ini
Selain album Sun-Mi Hong, beberapa rilisan jazz lainnya juga mencuri perhatian:
- Georgia Mancio – A Story Left Untold (Roomspin): Vokalis Inggris multibahasa ini kembali bekerja sama dengan pianis dan komposer pemenang Grammy, Alan Broadbent, dalam proyek ketiga mereka. Album ini menghadirkan lagu-lagu personal dengan sentuhan politis, termasuk The Love I Left Behind yang memukau.
- Ledley (Impossible Ark): Kolaborasi eksperimental antara trombonis Raph Clarkson, mantan saksofonis Led Bib Chris Williams, dan produser elektronik Riaan Vosloo, menghasilkan campuran unik dari groove berat, free-jazz, suara kasar, dan paduan suara lembut.
- Satoko Fujii Trio – Message (Libra Records): Pianis kawakan Jepang ini, bersama suaminya Natsuki Tamura di trompet dan drummer eksplosif Takashi Itani, menyuguhkan perjalanan musikal yang mendebarkan. Itani menambah intensitas ke dalam eksplorasi jazz-klasik dan improvisasi liar khas Fujii-Tamura.
Jazz kontemporer kini terus berkembang lintas budaya dan lintas batas, menghadirkan suara-suara baru yang penuh inovasi dan keberanian. Dari Korea hingga Jepang, dari Inggris hingga Belanda, musik jazz membuktikan dirinya sebagai ruang kebebasan berekspresi dan penemuan identitas yang tak lekang oleh waktu. (bin)
Sumber: The Guardian
Tinggalkan Balasan