
Surabaya (Trigger.id) – Tidur sangat penting untuk fungsi manusia yang optimal, yang melibatkan serangkaian peristiwa siklus yang diperlukan untuk menjaga kesehatan kognitif dan fisik.
Kurang tidur (sleep deprivation = SD) dapat berdampak negatif pada berbagai kemampuan kognitif, seperti memori, perhatian, pengambilan keputusan, dan penilaian. Ada dua bentuk SD: SD parsial, yang mengacu pada berkurangnya atau terganggunya tidur, dan SD total, yang berarti tidak tidur setidaknya sepanjang malam dalam siklus tidur-bangun yang teratur.
Penelitian menunjukkan bahwa SD total, meskipun berdampak besar, mungkin tidak separah SD parsial kronis, yang melibatkan pembatasan tidur jangka panjang. Efek kumulatif dari kurang tidur parsial yang terus-menerus akan memperburuk kinerja kognitif, sehingga mengganggu fungsi-fungsi utama otak seperti kewaspadaan dan konsentrasi seiring berjalannya waktu.
Selain itu, penelitian pj ada otak menyoroti bahwa SD memengaruhi wilayah seperti korteks prefrontal, yang penting untuk berpikir tingkat tinggi, yang menyebabkan gangguan fungsi kognitif ketika tidur terus-menerus terganggu.
Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa mempertahankan tidur yang konsisten dan tidak terganggu sangat penting tidak hanya untuk regenerasi fisik tetapi juga untuk kinerja mental yang optimal, terutama pada individu seperti pelajar atau profesional muda.
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kurang tidur pada anak muda dapat berdampak negatif pada kesehatan dan konsentrasi. Salah satu studi yang dipublikasikan di Journal of Clinical Sleep Medicine meneliti dampak pembatasan tidur kronis, yang menunjukkan penurunan performa kognitif dan reaksi mental. Penelitian ini melibatkan anak muda dengan pola tidur terbatas selama beberapa hari, dan ditemukan bahwa mereka mengalami penurunan konsentrasi dan kemampuan belajar yang signifikan.
Selain itu, studi di Sleep Health Journal menyebutkan bahwa pengurangan durasi tidur hingga 1,5 jam per malam berdampak langsung pada performa akademik dan kesehatan mental anak muda.
Dokter Tirta Mandira Hudhi, menekankan bahwa begadang secara terus-menerus bisa berdampak buruk bagi kesehatan, terutama karena tubuh tidak mendapatkan waktu pemulihan yang optimal. Meski seseorang tidur siang untuk menggantikan waktu tidur malam yang hilang, kualitas pemulihannya tidak sama. Sel-sel tubuh seperti sel kulit, rambut, dan otot hanya bisa diregenerasi dengan baik pada malam hari. Akibatnya, begadang kronis dapat menyebabkan kerusakan sel yang menumpuk, meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti kanker.
Selain itu, begadang juga mengganggu kinerja otak dan konsentrasi, terutama bagi remaja dan pemuda. Kurangnya tidur yang berkualitas dapat menghambat fungsi kognitif dan memori, sehingga memengaruhi kemampuan belajar dan produktivitas harian mereka.
Dokter Tirta mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, agar kesehatan tubuh tetap terjaga di masa muda dan tidak mengalami penurunan kualitas hidup di masa tua. (zam)
Tinggalkan Balasan