
“Ketahuilah sungguh wali-wali Allah tidak ada rasa takut dan tidak pula ada rasa sedih pada mereka, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa,”
Oleh: Alhafiz Kurniawan

Para wali Allah juga manusia biasa yang menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan berumah tangga.
Para wali Allah, sebagaimana orang awam, menghadapi ujian-ujian dalam berumah tangga seperti menghadapi ucapan istri yang pahit dan menyakitkan.
Para wali Allah menghadapi cobaan dan ujian rumah tangga tersebut dalam taat kepada Allah.
Para wali Allah bukan selalu manusia ideal tanpa cobaan dan ujian. Mereka kerap menghadapi ujian termasuk ujian di dalam rumah tangga.
Tetapi, mereka menjalaninya dengan ringan tanpa khawatir dan sedih hati sebagaimana sifat para wali Allah yang disebutkan dalam Al-Qur’an, Surat Yunus ayat 62-63.
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
Artinya: “Ketahuilah sungguh wali-wali Allah tidak ada rasa takut dan tidak pula ada rasa sedih pada mereka, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa,” (Surat Yunus ayat 62-63).
Para wali Allah menghadapi ujian rumah tangga tersebut dengan sabar. Mereka menahan diri untuk bersikap reaktif dan respons yang melanggar hukum syara atau hukum poisitif. Mereka cukup bersabar yang merupakan salah satu pilar kewalian.
والصبر على لسان النساء مما يمتحن به الأولياء
Artinya: “Sabar atas ucapan istri termasuk cobaan yang menguji para wali,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2015 M], juz II, halaman 44).
Imam Az-Zabidi dalam syarah Ihya-nya menjelaskan ucapan istri yang dimaksud sebagai perkataan keji, tuduhan, kecurigaan, caci maki, atau ucapan pahit yang menyakitkan.
Para wali Allah menahan diri menghadapi ucapan istri yang kasar, pahit, dan menyakitkan karena (menjaga) ketinggian derajat dan maqam kerohanian-spiritual mereka di sisi Allah. Mereka tidak menjawab dan membalas dengan ucapan serupa yang menyakitkan. Mereka secara istiqamah menahan diri dari sikap reaktif. Mereka tidak mudah terprovokasi dan terpancing oleh ucapan-ucapan pahit di dalam rumah tangga mereka.
Sumber: https://islam.nu.or.id/
Tinggalkan Balasan