

Dalam pandangan Islam, hubungan antara orang tua dan anak adalah hubungan yang sakral dan penuh tanggung jawab. Al-Qur’an tidak hanya mengajarkan tentang kewajiban anak kepada orang tua, tetapi juga memberi gambaran tentang bagaimana karakter dan perilaku anak-anak terhadap orang tuanya. Para ulama dan mufassir (ahli tafsir) membagi anak menjadi empat golongan berdasarkan perilakunya terhadap orang tua, dan masing-masing digambarkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
1. Anak yang Membahagiakan dan Berbakti (Shalih)
Golongan pertama adalah anak-anak yang berbakti kepada orang tua, taat kepada Allah, dan menjadi sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mereka menghormati, merawat, dan mendoakan orang tuanya, bahkan setelah orang tua wafat.
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya…”
(QS. Al-Ahqaf: 15).
وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'”
(QS. Al-Isra: 24)
Anak yang berada dalam golongan ini digambarkan sebagai bentuk keberhasilan pendidikan dan doa orang tua. Ia menjadi sebab turunnya rahmat Allah atas keluarga.
2. Anak yang Durhaka (’Aaq)
Golongan kedua adalah anak-anak yang durhaka, menyakiti, atau merendahkan orang tuanya, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Mereka mengabaikan hak-hak orang tua dan menolak membalas jasa dan pengorbanan mereka.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada mereka perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al-Isra: 23)
Ayat ini menunjukkan betapa besar larangan terhadap bentuk sekecil apa pun dari durhaka, bahkan hanya ucapan kesal seperti “ah” sudah dianggap menyakiti.
3. Anak yang Tidak Peduli dan Lalai
Golongan ketiga adalah anak-anak yang tidak secara terang-terangan durhaka, namun juga tidak peduli terhadap keadaan orang tuanya. Mereka lalai dari tanggung jawab moral dan spiritual kepada orang tua, serta tidak menunjukkan perhatian, kasih sayang, atau kepedulian yang semestinya.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ قَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنُطْعِمُ مَن لَّوْ يَشَآءُ ٱللَّهُ أَطْعَمَهُۥٓ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
“Dan jika dikatakan kepada mereka: ‘Nafkahkanlah sebagian dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu,’ maka orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: ‘Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki niscaya Dia akan memberinya makan?’
(QS. Yasin: 47)
Walaupun ayat ini lebih umum, para mufassir menyatakan bahwa sikap tidak peduli terhadap orang yang membutuhkan, termasuk orang tua sendiri, menunjukkan sifat keras hati dan kelemahan iman.
4. Anak yang Menjadi Ujian Bagi Orang Tua
Golongan keempat adalah anak-anak yang menjadi cobaan (fitnah) bagi orang tua. Mereka mungkin tidak durhaka secara langsung, namun tingkah laku, gaya hidup, atau pilihan hidup mereka menguras kesabaran dan emosi orang tua, serta membawa kekhawatiran dan kesedihan dalam keluarga.
إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(QS. At-Taghabun: 15)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa anak bisa menjadi ujian duniawi, apakah orang tua tetap bersabar dan tawakal atau tergelincir dalam kesedihan dan keluh kesah.
Empat golongan anak dalam Al-Qur’an mengajarkan kepada kita bahwa kedudukan seorang anak di hadapan orang tuanya sangat menentukan kualitas hidup dunia dan akhirat. Islam menempatkan bakti kepada orang tua sebagai ibadah besar setelah tauhid. Oleh karena itu, menjadi anak yang shalih bukan hanya sebuah kebajikan sosial, tapi juga amal utama dalam Islam.
Semoga kita termasuk golongan anak-anak yang berbakti, yang menjadi penyejuk hati dan ladang pahala bagi orang tua kita di dunia maupun akhirat.
—000—
*Direktur Eksekutif Pesantren Al Quran Nurul Falah Surabaya
Tinggalkan Balasan