
Sebanyak 200 warga Kota Surabaya per tahun idap kanker nasofaring.Foto/ilustrasi/Halodoc
Surabaya (Trigger.Id)– Kota Surabaya menjadi daerah dengan jumlah pasien kaker nasofaring tertinggi di Jawa Timur. Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran (FK) Unair, Prof Dr dr Achmad Chusnu Romdhoni menyebut, jumlahnya bisa 200 orang per tahun.
Menurutnya, dari jumlah itu, 70 persen datang dalam kondisi sudah stadium tiga atau empat.
Dia mengatakan, kanker nasofaring ini adakah kanker yang kasusnya sangat banyak yang terjadi kepala dan leher. Bahkan 70 persen dari penyakit kanker di kepala dan leher. Sisanya bisa kanker sinus di hidung dan kanker pita suara.
Dia mengatakan dari banyak pasien yang ditelitinya itu ada tiga faktor penyebab terjadinya yakni genetik, lingkungan dan virus.
Biasanya ketiganya saling terkait. Tidak bisa karena satu dari tiga faktor namun harus ada ketiganya.
“Faktor genetik ya karena gennya sendiri. Kalau virus juga karena masuknya virus. Sedangkan lingkungan karena apa yang dikonsumsi sehari-hari. Misalnya suka makan makanan yang diasinkan misal ikan asin, telur asin dan sebagainya,” tuturnya.
Prof Romdhoni mengandung zat yang terbentuk akibat pengasinan itu yakni nitro samin. Itu akan mempengaruhi proses metabolisme sel hingga menjadi tidak normal dan terjadi mutasi. Dan mutasi ini yang bisa menjadi kanker.
Sementara itu, Romdloni mengimbau masyarakat berhati-hati jadi mengalami gejala telinga brebek-brebek serasa kemasukan air.
Gejala ini biasanya muncul satu atau dua bulan setelah kanker itu muncul. Dengan tanda ini, seseorang disarankan segera ke dokter spesialis telinga hidung tenggorokan untuk mendiagnosa penyakitnya.
“Kanker nasofaring ini muncul di organ nasofaring yang letaknya di hidung bagian belakang. Itu dekat dengan telinga sehingga gejalanya ke telinga,” kata Prof Dr dr Achmad Chusnu Romdhoni, SpTHTBKL, Subsp Onk (K) FICS dalam orasi ilmiah pengukuhan guru besar Universitas Airlangga (Unair) pada Rabu (18/10/2023).
Menurut dia, tanda lain adalah hidung sering mimisan saat usia di atas 40 tahun. Darah yang keluar dari kata Prof Romdhoni bukan dalam jumlah yang banyak namun sedikit demi sedikit.
“Nah kalau tidak diperiksakan maka di bulan ke enam atau ke tujuh akan muncul benjolan di leher bagian belakang dekat telinga. Benjolan ini awalnya bisa di sebelah kanan terus ke kiri dan tambah membesar. Jika sudah muncul benjolan maka sudah stadium lanjut,” jelasnya.
Prof Romdhoni menerangkan, jika pasien mengalami tanda di telinga dan di hidung dan memiliki riwayat merokok atau sering mengonsumsi makanan yang diasinkan maka harus berobat ke spesialis THT. Karena kemungkinan besar itu adalah gejala kanker nasofaring.
“Lebih baik diperiksakan namun tidak ketemu kankernya daripada tidak diperiksakan tapi ada kankernya,” ungkapnya.
Biasanya pemeriksaan yang dilakukan itu dengan biopsi. Ini untuk mengetahui jenis dadi kankernya itu. Jika sudah positif kanker nasofaring, maka dokter akan menyarankan untuk radiasi dan kemoterapi.
Dikatakan Prof Romdhoni, kanker ini tidak bisa dioperasi. Jika dioperasi tidak maksimal membersihkan kankernya. Jika kanker yang dioperasi itu tidak bersih maka kekambuhan akan mudah dan cepat sekali terjadi. “Kalau datang di stadium awal maka pengobatan cukup dengan radiasi,” ungkapnya.
Jika datang di stadium awal maka angka kemungkinan hidup di lima tahun pertama bisa mencapai 90 persen. Tapi kalau sudah stadium lanjut hanya 25 persen.(zam)
Tinggalkan Balasan