• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Merah Putih dan Tantangan Menyelaraskan Pendidikan Dokter

16 Agustus 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: dr. Ari Baskoro, Sp.PD, K-AI*

Di usia ke-78 kemerdekaan Indonesia, masalah kesehatan di tanah air tengah menjadi sorotan. Problemnya pada jumlah dan distribusi tenaga dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), saat ini tercatat ada sekitar 180 ribudokter umum dan 51.949 dokter spesialis.Angka-angka itu sempat menyusut cukup signifikan, saat pandemi COVID-19. Data terakhir (4 Juni 2023), sebanyak 751 dokter telah gugur akibat  terpapar virus maut tersebut.

Sebaran dokter saat ini tidak merata. Mayoritas terkonsentrasi di DKI Jakarta dan semua provinsi di Jawa, serta Bali. Beberapa provinsi lainnya, masih kekurangan tenaga dokter.

Baca juga: Ramai-ramai Mendirikan Fakultas Kedokteran, Ada Apa?

Saat ini penduduk Indonesia berjumlah 278,69 juta jiwa. Berdasarkan asumsi pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia masih kekurangan tenaga dokter. Rasio idealnya adalah satu dokter untuk seribu penduduk. Secara matematis, negara kita masih defisit setidaknya 98 ribu tenaga dokter.

Di sisi lain, dikabarkan setiap tahunnya ada sekitar dua juta orang Indonesia (0,5 persen) yang berobat ke luar negeri.Sebagian besar alasannya adalah soal komunikasi yang kurang terjalin baik, antara dokter dan pasien sebagai customer. Persoalan lainnya yang dipandang kurang memadai,terkait minimnya rasa empati dan waktu konsultasi.

Ada pula yang menyatakan, teknologi dan peralatan medis di dalam negeri kurang canggih. Namun bisa dipastikan, mereka berasal dari kalangan orang-orang berduit. Sejatinya pada sebagian kasus, mereka bertujuan berwisata. Tetapi waktunya digunakan bersamaan dengan pemeriksaan medis.

Solusi berbasis kuantitas

Untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan dokter, sebanyak 12 kampus telah membuka program studi (Prodi) Pendidikan Kedokteran. Namun patut disayangkan, khususnya untuk pembiayaan pada jalur mandiri. Tampaknya akan sulit dijangkau oleh  masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pasalnya, Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT), terbilang mahal. Besaran SPI yang nilainya ratusan juta, bahkan ada yang mencapai 400 juta, terasa hanya merupakan mimpi untuk bisa  menjangkaunya. UKT-nya pun tergolong “wah”.Bisa mencapai puluhan juta, bahkan hingga 30 juta rupiah per semester.

Untuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS), mungkin masyarakat relatif bisa memakluminya. Tetapi berbeda halnya dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebagai PTN  berbadan hukum (PTN-BH), memang mempunyai hak otonom. Itu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.58 tahun 2013. Kampus tersebut bisa secara mandiri mengelola rumah tangganya, sesuai tujuannya. Maknanya, kampus PTN-BH berhak mengurus sendiri status kepegawaian dan keuangannya.

“Produksi” dokter di tanah air pernah tersendat. Hal itu sebagai dampak pemberlakuan moratorium pendirian Fakultas Kedokteran (FK), berdasarkan surat edaran Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) tanggal 14 Juni 2016.

Kebijakan tersebut diberlakukan, setelah hasil evaluasi penyelenggaraan Prodi pendidikan dokter, menunjukkan hasil yang mengecewakan. Dari 83 FK di Indonesia, sebanyak 37 (45 persen), hanya berakreditasi C. Dampaknya, kualitas lulusannya masih di bawah standar. Salah satu indikatornya adalah Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). Tercatat ada 2.700 calon dokter yang berulang kali gagal dalam uji kompetensi tersebut.

Solusi berbasis kualitas

Menilai kualitas seorang dokter sebagai sumber daya manusia, tidak selalu mudah. Itu terkait dengan efektivitasnya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sebagai tenaga medis. Dalam era pengobatan modern, pelayanan kesehatan  yang efektif harus berbasis pada bukti ilmiah (evidencebasedmedicine/EBM).

Di samping unsur intelektual,motivasi, dan karakter kepribadian (misalnya sikap dan perilaku), seorang tenaga medismesti memiliki bekal lainnya. Keterampilan dan pengetahuan medis yang diasahnya  selama pendidikan, merupakan bekal dasar yang sangat penting. Bagaimanapun juga,hal itu sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi dan nilai-nilai etika medis institusi pendidikan yang mengampunya.Perannya bisa sebagai patron yang akan membentuk karakternya kelak.

Saat ini layanan kesehatan mesti berorientasi pada pengguna layanan/customer (people-centered). Sifatnya sesuai dengan preferensi, kebutuhan dan nilai-nilai individu. Ada unsur efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Pemborosan alat-alat kesehatan, obat-obatan, dan energi,perlu dicegah. Pelayanan medis harus adil. Sifatnya mesti  seragam, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, etnik, tempat tinggal, agama, dan status sosial-ekonomi customer. Pendidikan kedokteran juga melatih kerja sama lintas fasilitas pelayanan kesehatan dan pemberi layanan (terintegrasi).

Sebagai customer, pasien berhak menentukan tingkat kepuasannya terhadap pelayanan seorang dokter yang kompeten. Ada interaksi antara kualitas layanan dengan biaya dan kemudahan akses memperoleh pelayanan kesehatan. Keterikatan emosional, khususnya kemampuan seorang dokter dalam berempati terhadap kondisi medis pasiennya, dapat memengaruhi mindset tingkat kepuasan customer. Seyogianya mereka tidak bisa dianggap sebagai obyek medis belaka.

Sejatinya kualitas pelayanan medis,merupakan harapan normatif atau keinginan pada suatu standar yang ideal. Kualitas yang rendah, dapat memantikpada risiko terjadinya persoalan etika dan malpraktek. Konsepnya mengacu pada patientsafety (keselamatan pasien).

Tidak ada suatu proses pendidikan dokter yang tanpa cacat/kendala. Namun meminimalkan terjadinya kerugian (harm), termasuk cedera dan kesalahan medis, seharusnya dapat dicegah. Suatu gap bisa terjadi, ketika kompetensi individu seorang dokter berada di bawah standar. Kompetensi tersebut termasuk keahliannya dalam berkomunikasi yang memadai. Cara komunikasi yang tepat, bisa dipandang sebagai bentuk perhatian terhadap customer. Outcome kepuasan customer, dapat dirasakan dalam bentuk kesembuhan, kompensasi yang memadai, dan bahkan suatu pujian.

Indeks kesehatan

Menurut The Legatum Prosperity Index 2017, Indonesia berada di posisi ke 101 dari 149 negara yang dinilai. Unsur penilaiannya didasarkan pada kesehatan fisik, mental, infrastruktur kesehatan dan perawatan. Muaranya ditujukan terhadap pencegahan terjadinya berbagai wabah atau penyakit. Indeks kesehatan masyarakat negara kita masih terkendala dengan persoalan endemisitas malaria, tuberkulosis dan HIV.        

Menurut Asian Development Bank (ADB) tahun 2020, indeks kesehatan Indonesia masih jauh tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Tetapi masih lebih baik bila dibandingkan Kamboja, Laos, Myanmar dan Filipina. Indikatornya pada empat pilar, yakni kesehatan fisik, mental, lingkungan dan sosial.

“Merah putihnya” layanan kesehatan di tanah air, saat ini memang sedang dalam pembenahan. Pengambil kebijakan negeri ini, mulai dari tingkat pusat hingga pemerintah daerah,seharusnya memiliki konsep yang senada. Semoga kualitas pelayanan medis dan pemerataan tenaga dokter di seluruh Indonesia, dapat segera tercapai.

—–o—–

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Penulis buku :
  • Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
  • Serba-serbi Obrolan Medis
Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, nusantara, update, wawasan Ditag dengan:Fakultas kedokteran, Kualitas Dokter, Merah Putih, Pendidikan Dokter, Tantangan Menyelaraskan Pendidikan Dokter

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Liverpool Awali Musim dengan Kemenangan 4-2 atas Bournemouth

16 Agustus 2025 By admin

Liga Inggris Terapkan 12 Aturan Baru Musim 2025/26

15 Agustus 2025 By admin

Yovie Widianto: Musik adalah Berkah, Bukan Sekadar Royalti

15 Agustus 2025 By admin

Rumah Sejarah Rengasdengklok: Jejak Tekad Menuju Kemerdekaan

15 Agustus 2025 By admin

Ketua MPR: Sekolah Rakyat Wujud Pemerataan Pendidikan di Indonesia

15 Agustus 2025 By admin

Pro-Kontra Larangan Pemutaran Lagu Indonesia di Kafe & Restoran, Adakah Titik Temunya?

14 Agustus 2025 By admin

Cek Kesehatan Gratis Siswa, Pintu Masuk Efisiensi Anggaran MBG

14 Agustus 2025 By admin

Menapaki Jejak Sejarah Candi Cetho di Lereng Gunung Lawu

14 Agustus 2025 By admin

Hari Kebaya Nasional 2025, Mantan Ibu Negara Raih Penghargaan Ikon Pelestari Kebaya

14 Agustus 2025 By admin

Kemenag Dukung Percepatan Transisi Penyelenggaraan Haji ke BP Haji

14 Agustus 2025 By admin

Jalan Menuju Akrab dengan Allah

13 Agustus 2025 By admin

Wali Kota Surabaya Ajak ASN dan Warga Wujudkan Kampung Pancasila

13 Agustus 2025 By admin

Prabowo Tekankan Birokrasi yang Praktis, Terukur, dan Akuntabel

13 Agustus 2025 By admin

KPK Dalami Proses Pembuatan SK Menag Terkait Pembagian Kuota Haji 2024

13 Agustus 2025 By admin

Menkes Pastikan Program Cek Kesehatan Gratis Pelajar Jangkau Daerah Terpencil

12 Agustus 2025 By admin

Benjamin Sesko Yakin Manchester United Segera Bangkit

12 Agustus 2025 By admin

Palestina Serukan Solidaritas Global untuk Lindungi Jurnalis Gaza

12 Agustus 2025 By admin

Chelsea Bungkam AC Milan 4-1 di Laga Pramusim Stamford Bridge

11 Agustus 2025 By admin

Pentingnya Menjaga Kehormatan Diri dalam Pandangan Islam

11 Agustus 2025 By admin

Minuman Penenang: Benarkah Efektif atau Sekadar Janji Manis?

11 Agustus 2025 By admin

Empat Jurnalis Al Jazeera Tewas dalam Serangan Israel di Dekat RS Al-Shifa

11 Agustus 2025 By admin

Netanyahu Pertahankan Rencana Kendalikan Gaza, Israel Dikecam di PBB

11 Agustus 2025 By admin

Kirana Children Choir Harumkan Indonesia, Raih Emas di A Voyage of Songs 2025 Thailand

10 Agustus 2025 By admin

Mensos Pastikan Pengadaan Laptop untuk Sekolah Rakyat Transparan dan Bebas Korupsi

10 Agustus 2025 By admin

Nasi Hangat vs Nasi Dingin: Mana Lebih Sehat?

10 Agustus 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Bojan Hodak Sebut Gol Kedua ke Gawang Persib sebagai Kesalahan Fatal
  • Atalanta Resmi Datangkan Nicola Zalewski dari Inter Milan
  • Hamas Tolak Rencana Israel Relokasi Warga Gaza, RI Bantah Ikut Berunding
  • Teman dalam Genosida: Jejak Rekat Hubungan Serbia–Israel
  • Gol Tunggal Calafiori Bawa Arsenal Taklukkan Manchester United di Old Trafford

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.