• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Perspektif Resistansi Anti Mikroba, Akankah Picu Pandemi “Senyap”?

20 Desember 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi Resistansi Anti Mikroba. Foto: theguardian.com
Oleh: Ari Baskoro*

Suatu keniscayaan apabila seseorang ingin selalu sehat. Jika terlanjur jatuh sakit, tentu akan berupaya sembuh. Paparan mikroba atau terjadinya infeksi pada seseorang, berpotensi memantik penderitaan. Infeksi merupakan jenis penyakit paling kuno yang berisiko memicu fatalitas , bahkan kematian. Itu pernah beberapa kali dialami jutaan umat manusia, saat terjadinya wabah penyakit infeksi menular. Contoh paling dramatis adalah pandemi cacar (smallpox). Terhitung sejak tahun 1900 saja, sebanyak 300 juta penduduk dunia tewas karenanya. Total jumlah korban bisa melampaui catatan itu, karena awal wabah terjadi pada abad ke-18. Dibutuhkan sekitar dua abad lamanya untuk mengeliminasi penyakit mematikan tersebut. Bukan obat anti virus yang berhasil mengendalikannya, melainkan vaksin cacar.

Pandemi flu Spanyol selama dua tahun (1918-1920), mengakibatkan korban meninggal sekitar 40-50 juta warga dunia. Bukan vaksin, bukan pula anti virus yang telah berperan mengakhiri wabah yang waktunya bersamaan dengan Perang Dunia pertama tersebut. Diduga “lockdown” dan “protokol kesehatan” yang diterapkan waktu itu mampu menekan wabah. Berdasarkan riset, terbentuknya herd immunity (kekebalan kelompok) yang akhirnya berperan penting melawan pandemi virus influenza H1N1.

Vaksinasi berkontribusi penting mengakhiri pandemi COVID-19. Meski demikian, beberapa jenis anti virus diperlukan bagi individu yang terpapar.

Baca juga: Gerakan Indonesia Bugar, Untuk Siapa?

Imunitas dan infeksi

Manusia lahir disertai dengan anugerah sistem imun yang “kokoh”. Secara fisiologis penting untuk proteksi diri terhadap lingkungan yang penuh dengan mikroba. Ada mikroba “baik” yang bersifat komensal. Sebaliknya ada pula yang patogen. “Pertempuran” antara sistem imun dan mikroba patogen, menarik untuk disimak. Meski manusia dibekali akal oleh Sang Pencipta, namun tidak selalu unggul melawan mikroba. Mikroba juga dibekali “kecerdasan”, melalui berbagai “senjata” yang dimilikinya agar tetap eksis. Dominasi manusia terhadap mikroba, diikhtiarkan melalui temuan berbagai “amunisi”. Obat-obat yang memiliki daya bunuh terhadap mikroba itulah yang disebut dengan anti mikroba.

Mikroba patogen penyebab infeksi, terdiri dari bakteri, virus, parasit, dan jamur. Sebelum ditemukannya penisilin sebagai anti bakteri/antibiotik untuk pertama kalinya pada tahun 1928, sistem imun merupakan tulang punggung pertahanan manusia. Penisilin dan temuan berbagai anti mikroba berikutnya, menjadikan manusia percaya diri dalam melawan momok infeksi. Tanpa diduga, ternyata mikroba juga mampu berevolusi. Daya adaptasinya amat baik. Tidak hanya mampu menghindar dari sergapan sistem imun, tapi juga kompeten menetralisasi efek anti mikroba. Misalnya dengan membentuk enzim penisilinase (beta-laktamase) yang dapat menghidrolisis cincin beta-laktam penisilin. Akibatnya generasi mikroba berikutnya, dapat mewarisi “kecerdasan” resistansi anti mikroba (RAM) “nenek moyangnya”.

RAM bisa terjadi secara alamiah, karena kemampuan mikroba beradaptasi terhadap lingkungannya. Bisa dengan cara memperkuat dinding selnya, meningkatkan sistem ekskresi, atau mendetoksifikasi obat anti mikroba. Masih banyak lagi “cara cerdas” lainnya memupus efek anti mikroba.
RAM, khususnya terhadap antibiotika itulah yang kini banyak dikhawatirkan para ahli (memicu “silent pandemic”). Dampaknya tidak hanya meningkatkan morbiditas dan mortalitas, tetapi juga pada berbagai sektor lainnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), RAM sedikitnya bertanggung jawab secara langsung atas 1,3 juta kematian per tahunnya. Diprediksi angka tersebut meningkat mencapai lebih dari 39 juta orang per tahun, pada tahun 2050. Kecepatan temuan anti mikroba yang lebih ampuh, tidak secepat laju evolusi mikroba. Berbagai faktor dapat memengaruhi interaksi antara mikroba, manusia, dan ekosistem keduanya.

Penyebab RAM

Ada industri pertanian, peternakan, dan perikanan dalam lingkungan hidup manusia. Anti mikroba juga digunakan secara rutin sebagai upaya profilaksis infeksi pada ternak, budidaya perikanan, dan tanaman hortikultura. Sering kali pemanfaatannya tanpa regulasi yang memadai dan kurang konsisten. Kondisi itu memicu penggunaan golongan dan konsentrasi/dosis anti mikroba tertentu yang tidak sesuai standar. Dalam beberapa kasus infeksi zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia), berpotensi menularkan mikroba yang kebal obat. Pola serupa juga terjadi pada tempat-tempat layanan kesehatan masyarakat. Penggunaan anti mikroba yang tidak tepat indikasi, memantik percepatan munculnya RAM.

Mikroba berpotensi mengalami mutasi menjadi lebih ganas, bila menyerang individu dengan gangguan sistem imun (immunocompromised). Misalnya pada penyandang HIV/AIDS. Demikian pula dengan penyalahgunaan golongan steroid. Obat anti alergi atau penyakit autoimun itu, dapat menekan aktivitas sistem imun. Steroid sering kali digunakan secara mandiri, tanpa petunjuk ahli yang berkompeten. Indikasinya pun tidak tepat. Masyarakat lazim menggunakannya sebagai obat encok, “asam urat”, atau penambah nafsu makan. Sama halnya dengan anti mikroba, cara mendapatkan steroid pun cukup mudah. Bahkan bisa diakses secara “online”. Tidak jarang pula dapat diperoleh di toko obat atau apotek tertentu, tanpa resep dokter.
Contoh bahaya RAM sudah terpantau pada pemberantasan tuberkulosis/TB (bakteri). Kasus resistansi OAT (obat anti tuberkulosis) semakin meningkat dari waktu ke waktu. Akibatnya tatalaksana TB menjadi jauh lebih sulit. Terutama dari sisi obat-obat pilihan lainnya, waktu pengobatan yang lebih lama, serta berbiaya jauh lebih mahal. Pola serupa terjadi pula pada pemberantasan malaria (parasit), hepatitis virus, HIV, Candida auris (jamur), dan masih banyak lagi pada jenis penyakit infeksi lainnya.

Pengelolaan RAM sangat tidak mudah. Diperlukan kerja sama para pemangku kepentingan dari berbagai sektor terkait, agar masalah tersebut mendapatkan solusi terbaik.

—000—

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
  • Penulis buku:
    – Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)
    – Serba-serbi Obrolan Medis
    – Catatan Harian Seorang Dokter

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, update, wawasan Ditag dengan:Anti Mikroba, pandemi, Perspektif, Picu Pandemi, Resistensi, Senyap

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Bayern Muenchen Juara Piala Super Jerman 2025 Usai Kalahkan Stuttgart

17 Agustus 2025 By admin

Mengapa Harus 10.000 Langkah Sehari?, Studi Terbaru Ungkap Jumlah yang Sebenarnya

17 Agustus 2025 By admin

Tren Jalan Kaki 6-6-6 Diklaim Bermanfaat untuk Turunkan Berat Badan dan Jaga Jantung, Apa Kata Ahli?

16 Agustus 2025 By admin

Tom Cruise Tolak Penghargaan Kennedy Center 2025 dari Trump

16 Agustus 2025 By admin

Persebaya Siap Bangkit di Kandang Persita, Perez Tegaskan Semangat Juang Tanpa Henti

16 Agustus 2025 By admin

Samsung Kembangkan Metalens, Teknologi Kamera Tipis untuk Ponsel dan Headset XR

16 Agustus 2025 By admin

Liverpool Awali Musim dengan Kemenangan 4-2 atas Bournemouth

16 Agustus 2025 By admin

Liga Inggris Terapkan 12 Aturan Baru Musim 2025/26

15 Agustus 2025 By admin

Yovie Widianto: Musik adalah Berkah, Bukan Sekadar Royalti

15 Agustus 2025 By admin

Rumah Sejarah Rengasdengklok: Jejak Tekad Menuju Kemerdekaan

15 Agustus 2025 By admin

Ketua MPR: Sekolah Rakyat Wujud Pemerataan Pendidikan di Indonesia

15 Agustus 2025 By admin

Pro-Kontra Larangan Pemutaran Lagu Indonesia di Kafe & Restoran, Adakah Titik Temunya?

14 Agustus 2025 By admin

Cek Kesehatan Gratis Siswa, Pintu Masuk Efisiensi Anggaran MBG

14 Agustus 2025 By admin

Menapaki Jejak Sejarah Candi Cetho di Lereng Gunung Lawu

14 Agustus 2025 By admin

Hari Kebaya Nasional 2025, Mantan Ibu Negara Raih Penghargaan Ikon Pelestari Kebaya

14 Agustus 2025 By admin

Kemenag Dukung Percepatan Transisi Penyelenggaraan Haji ke BP Haji

14 Agustus 2025 By admin

Jalan Menuju Akrab dengan Allah

13 Agustus 2025 By admin

Wali Kota Surabaya Ajak ASN dan Warga Wujudkan Kampung Pancasila

13 Agustus 2025 By admin

Prabowo Tekankan Birokrasi yang Praktis, Terukur, dan Akuntabel

13 Agustus 2025 By admin

KPK Dalami Proses Pembuatan SK Menag Terkait Pembagian Kuota Haji 2024

13 Agustus 2025 By admin

Menkes Pastikan Program Cek Kesehatan Gratis Pelajar Jangkau Daerah Terpencil

12 Agustus 2025 By admin

Benjamin Sesko Yakin Manchester United Segera Bangkit

12 Agustus 2025 By admin

Palestina Serukan Solidaritas Global untuk Lindungi Jurnalis Gaza

12 Agustus 2025 By admin

Chelsea Bungkam AC Milan 4-1 di Laga Pramusim Stamford Bridge

11 Agustus 2025 By admin

Pentingnya Menjaga Kehormatan Diri dalam Pandangan Islam

11 Agustus 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Mengapa Jalan Kaki Sangat Baik untuk Kesehatan?
  • Israel Ragu Terima Proposal Gencatan Senjata dan Desak Pembebasan Seluruh Sandera
  • Mampukah Merdeka Dari Belenggu Rasa Manis?
  • Palestina Bentuk Komite Konstitusi Menuju Status Negara Penuh
  • Kemenkeu Bantah Isu Sri Mulyani Sebut Guru Beban Negara

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.