
Surabaya (Trigger.id) – Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam JAMA Network Open menemukan bahwa penurunan berat badan yang tidak terduga pada lansia dapat menjadi indikator awal peningkatan risiko dimensia di masa mendatang. Penelitian ini melibatkan hampir 5.400 peserta lansia yang diikuti selama 11 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang kemudian didiagnosis dengan demensia mengalami penurunan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih cepat sebelum diagnosis dibandingkan dengan mereka yang tidak mengembangkan kondisi tersebut. Selain itu, individu dengan demensia juga memiliki lingkar pinggang yang lebih rendah dan kadar kolesterol high-density lipoprotein (HDL) yang lebih tinggi sekitar lima tahun sebelum diagnosis.
Penurunan berat badan yang tidak disengaja pada lansia dapat mengindikasikan perubahan awal terkait demensia, seperti gangguan nafsu makan, metabolisme, dan fungsi harian. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membedakan perubahan ini dari proses penuaan normal dan memahami hubungan pasti antara perubahan kardiometabolik dan demensia.
Studi ini menekankan pentingnya menggabungkan data penurunan berat badan dengan tes kognitif dan biomarker lainnya untuk menilai risiko demensia secara akurat. Selain itu, penelitian lanjutan dengan populasi yang lebih beragam disarankan agar temuan ini dapat digeneralisasi ke berbagai kelompok ras dan etnis.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa variabilitas berat badan dapat menjadi indikator penting dalam memprediksi risiko penurunan kognitif dan demensia. Fluktuasi berat badan yang signifikan dapat memicu stres metabolik yang mempengaruhi fungsi otak. Selain itu, faktor gaya hidup seperti pola makan tidak teratur, kurangnya aktivitas fisik, dan stres emosional dapat berkontribusi pada kesehatan mental dan risiko demensia.
Secara keseluruhan, temuan ini menekankan pentingnya memantau perubahan berat badan dan faktor kardiometabolik lainnya pada lansia sebagai bagian dari upaya pencegahan dan deteksi dini demensia. (bin)
Tinggalkan Balasan