Surabaya (Trigger.id) – Vaksin merah putih Universitas Airlangga (Unair) telah masuk dalam tahap uji klinis fase III. Dalam pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), agenda Kick Off Uji Klinis Fase-3 Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga digelar secara online dan offline di Aula Fakultas Kedokteran UNAIR, Senin (27/06).
Ketua tim peneliti vaksin merah putih Unair Prof Dr Fedik Abdul Rantam drh mengatakan agenda uji klinis fase-3 vaksin merah putih termasuk progres program dari pemerintah Indonesia yang melibatkan beberapa institusi. Unair sendiri memiliki tiga varian platform, namun yang diandalkan sebagai vaksin anak bangsa merupakan platform inactivated.
“Melalui sampel 59, kami dapat mengisolasi virus covid pada saat itu terdapat 27 isolat, yang kemudian divalidasi menjadi 3 isolat kemungkinan bisa dikembangkan. Dari ketiga isolat, kami lakukan uji berbagai macam, mulai dari stabilitas gen, stabilitas imun genitasnya, dan stabilitas pertumbuhan. Tinggal satu yang kami peroleh dan dapat dikembangkan menjadi vaksin,” jelas Prof Fedik dikutip dari laman resmi Unair.
Unair, lanjutnya, pertama kali mendapatkan isolated virus pada 2020. Dari penemuan itu, penelitian terus berjalan sampai pada uji pre-klinis. Prof Fedik berterima kasih atas bimbingan dari tim BPOM dalam pembuatan vaksin yang baik dan benar.
“Kami sudah bertekad mengembangkan vaksin dan merealisasikan menjadi satu, dan ini berkat partner lainnya. Konsep dari pengembangan vaksin ini triple helix menjadi pentahelix, karena melibatkan media massa dan sosial,” tuturnya.
Dalam sesi konferensi pers Prof Fedik mengatakan perkembangan covid-19 dari varian delta, omicron, ataupun varian baru lainnya naik turun sampai sekarang. Meski demikian, ia menegaska berdasarkan dari banyak pengujian, vaksin merah putih memiliki kemampuan menangkap varian virus yang baru. Artinya, dapat menetralisir infeksi bahkan mutasi lainnya. Namun, vaksin tidak bisa diukur dengan titer antibodi, melainkan pada kemampuan netralisasi.
“Titer antibodi relatif tergantung individu, tetapi yang paling penting merupakan netralisasi. Memory cell tentu sebanding dengan titer antibodi. Ketika antibodi turun, berarti memorynya rendah dan sebaliknya, memory itu bisa diperbanyak saat melakukan booster atau suntikan kedua,” pungkasnya. (kai)
Tinggalkan Balasan