

Di balik hiruk-pikuk modernitas kota suci Makkah, berdiri sebuah tempat penuh sejarah dan makna spiritual bagi umat Islam: Gua Hira. Terletak di puncak Jabal Nur, atau “Gunung Cahaya,” gua ini menjadi saksi bisu momen agung ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Di sinilah, lebih dari 1.400 tahun yang lalu, lembaran sejarah Islam dimulai.
Meski bukan bagian dari rukun ibadah haji, Gua Hira tetap menjadi magnet kuat bagi para peziarah. Terutama pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, ribuan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia datang untuk menghidupkan malam-malam mereka dengan doa dan kontemplasi, mengenang turunnya wahyu pertama yang menjadi titik balik peradaban.
Namun, puncak Jabal Nur hari ini tentu jauh berbeda dari yang dialami Nabi SAW kala itu. Jalur menuju gua yang dulunya hanya berupa jalur bebatuan kini telah dilengkapi lebih dari seribu anak tangga yang memudahkan pendakian, meski tetap menantang fisik. Sepanjang jalan, para pendaki disuguhi pemandangan khas: para pedagang kaki lima, mayoritas dari Pakistan, menjajakan air mineral, makanan ringan, hingga teh hangat kepada para peziarah yang kelelahan.

Jauh dari kesunyian dan bentangan alam yang dulu mendominasi pandangan Nabi dari mulut gua, kini pemandangan diselimuti oleh gedung pencakar langit dan hotel-hotel mewah di sekitar Ka’bah, menandai wajah baru Makkah yang terus berkembang.
Namun demikian, keberadaan para pekerja migran Pakistan memainkan peran penting dalam menjaga akses dan kebersihan tempat bersejarah ini. Salah satunya adalah Nizam Din, pria asal Quetta, Pakistan, yang menghabiskan waktunya memperbaiki anak tangga rusak dan membantu menjaga jalur tetap aman dilalui. Ia mengandalkan penghasilan dari sedekah para peziarah. Sementara itu, Jamal Khan, warga Karachi, memilih menjual makanan ringan dan minuman di lereng bukit sebagai mata pencaharian.
“Kehidupan kami di sini jauh lebih baik dibandingkan di kampung halaman,” ujar Jamal. “Dan tempat apalagi yang lebih baik daripada tempat di mana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah?”
Pemerintah kota Makkah, melalui Wali Kota Osama Al-Bar, menyatakan komitmennya dalam menjaga kebersihan dan keteraturan kawasan Jabal Nur. Bahkan, ke depan direncanakan pembangunan pusat informasi bagi pengunjung agar mereka bisa memahami lebih dalam sejarah dan pentingnya tempat ini. Kawasan ini juga dipantau oleh aparat dari Komisi Amar Ma’ruf Nahi Munkar agar pengunjung tidak menjadikan gua ini sebagai tempat ibadah khusus yang melenceng dari tauhid.
—000—
*Jurnalis senior, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan