Tema Hari Guru Nasional 2024, “Guru Hebat Indonesia Kuat,” mencerminkan pentingnya peran guru dalam membangun kualitas pendidikan yang berdampak pada kekuatan bangsa. Guru yang hebat adalah mereka yang tidak hanya menguasai ilmu, tetapi juga memiliki dedikasi, kreativitas, dan kemampuan membentuk karakter siswa.
Makna tema ini menekankan bahwa keberhasilan guru dalam mendidik generasi penerus berkontribusi pada terciptanya Indonesia yang tangguh, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan global. Guru adalah pilar utama dalam mewujudkan cita-cita kemajuan bangsa.
Guru memikul dua tanggung jawab besar: kesejahteraan yang harus dipenuhi disatru sisi dan di sisi lain harus bertanggungjawab pada kualitas pendidikan yang harus dicapai. Kesejahteraan mencakup gaji layak, akses pelatihan, dan fasilitas memadai, yang menjadi dasar agar mereka bisa fokus mendidik. Namun, kualitas guru juga menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan, meliputi kompetensi, inovasi, dan profesionalisme.
Ketidakseimbangan sering muncul. Banyak guru, terutama honorer, menghadapi kendala finansial, memengaruhi motivasi dan kinerja. Oleh karena itu, pemenuhan kesejahteraan harus berjalan seiring dengan peningkatan kualitas melalui pelatihan, evaluasi, dan pengakuan profesional yang memadai.
Hari Guru Nasional (HGN) 25 November 2024, yang memasuki tahun ke-30, adalah momentum untuk menghargai peran penting guru dalam membangun bangsa. Sejarah guru di Indonesia mencerminkan perjuangan pendidikan, dari era kolonial hingga sekarang, dengan dedikasi besar meskipun tantangan kesejahteraan sering terabaikan. Untuk mewujudkan guru hebat demi Indonesia yang kuat, langkah-langkah berikut perlu dilakukan:
Kolaborasi dengan Masyarakat: Melibatkan komunitas untuk mendukung peran guru sebagai agen perubahan.
Peningkatan Kesejahteraan: Memberikan gaji yang layak, tunjangan, dan fasilitas kerja yang memadai agar guru dapat fokus pada tugasnya.
Pelatihan dan Pengembangan: Mengadakan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru, termasuk teknologi, metode pembelajaran, dan soft skills.
Pengakuan dan Penghargaan: Memberikan penghargaan atas dedikasi guru dalam mencetak generasi unggul.
Dukungan Psikologis dan Sosial: Membantu guru menghadapi tantangan emosional dan sosial, terutama di daerah terpencil.
Guru di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) menghadapi kesulitan akses, sarana terbatas, dan keamanan, namun tetap menjalankan tugas dengan semangat. Fakta bahwa banyak guru masih berjuang untuk kesejahteraan layak menunjukkan pentingnya reformasi kebijakan untuk mendukung mereka secara finansial dan profesional.
Guru yang bertugas di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) menghadapi tantangan besar, seperti keterbatasan akses transportasi, infrastruktur sekolah yang kurang memadai, hingga minimnya fasilitas dasar seperti listrik dan internet. Selain itu, mereka sering kali menerima tunjangan yang tidak sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan, baik secara fisik maupun emosional.
Meskipun demikian, banyak guru di daerah ini tetap berkomitmen untuk mendidik generasi muda. Mereka tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai motivator, pembimbing, dan inspirasi di komunitas yang seringkali jauh dari jangkauan pembangunan.
Kegigihan Tokoh Pendidikan Nasional Kita
Belajar dari Ki Hajar Dewantara, kita mendapatkan teladan tentang pentingnya semangat, keberanian, dan dedikasi terhadap pendidikan. Beliau memperjuangkan hak pendidikan bagi semua lapisan masyarakat di tengah tekanan kolonialisme, menunjukkan keberanian luar biasa untuk menciptakan perubahan sosial melalui pendidikan.
Prinsip beliau, seperti Ing Ngarsa Sung Tuladha (memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (mendukung dari belakang), menjadi fondasi pendidikan nasional. Keteladanannya menginspirasi kita untuk menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan, pemberdayaan, dan pemersatu bangsa.
Ki Hajar Dewantara (lahir sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta) adalah tokoh pendidikan nasional Indonesia. Beliau mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, sebuah lembaga pendidikan yang mempromosikan pendidikan berbasis kebangsaan bagi rakyat pribumi. Filosofinya, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi dasar sistem pendidikan Indonesia.
Ki Hajar juga seorang wartawan dan aktivis politik yang memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia. Atas jasanya, 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ia wafat pada 26 April 1959.
Jasa terbesar Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan nasional adalah mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, sebuah lembaga pendidikan yang memberikan akses pendidikan bagi rakyat pribumi pada masa kolonial. Ia memperjuangkan sistem pendidikan yang mendidik kebangsaan, kemandirian, dan karakter, berbeda dengan pola pendidikan kolonial yang diskriminatif.
Selain itu, ia merumuskan filosofi pendidikan nasional yang mengedepankan nilai kepemimpinan, semangat gotong royong, dan pembentukan karakter bangsa, yang terus menjadi pedoman sistem pendidikan Indonesia hingga saat ini.
—000—
*Pemimpin Redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan