
“Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga”.
Oleh: Isa Anshori (Pemred Trigger.id)

Tahun ini kita masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT. melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Dari awal beberapa hari sebelum Ramadhan tiba, kita tentunya telah melakukan banyak persiapan agar puasa Ramadhan kita tahun ini lebih baik dan lebih sempurna daripada tahun-tahun sebelumnya. Ibarat orang belajar, kita ingin sukses naik kelas.
Menata hati, meniatkan diri berpuasa hanya karena Allah semata, itulah yang barangkali sudah terpatri di di dalam hati kita masing-masing. Kita berniat jangan sampai kekurangan dan ketidaksempurnaan puasa kita tahun lalu, kembali terulang tahun ini.
Puasa bukan hanya perihal menahan haus dan lapar, tetapi juga menahan nafsu dari berbagai syahwat. Dengan begitu hati dan diri dibersihkan dari hal-hal bersifat buruk.
Rasulullah pernah mengingatkan kita dengan berkata “Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga”.
Hal ini dikarenakan nilai puasa bukan ditentukan dari seberapa lapar dan haus selama menjalankannya, tetapi diukur dari kadar kesadaran diri kita sebagai manusia.
Berpuasa untuk mencapai tujuan taqwa tidaklah dilakukan hanya sekedar menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa saja dari terbit fajar sampai menjelang waktu maghrib seperti makan dan minum. Tetapi puasa yang kita lakukan betul-betul dilakukan dengan sepenuhnya jasmani dan rohani. Artinya puasa kita harus berkualitas.
Puasa yang berkualitas dapat ditempuh dengan upaya menjaga anggota badan dari dosa. Puasa berkualitas menurut Imam Al-Ghazali disebut sebagai shawmul khushush. Puasa berkualitas ini merupakan puasa orang-orang shaleh terdahulu. Puasa berkualitas dapat ditempuh bukan sekadar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga saja. Puasa yang berkualitas dapat dicapai dengan menahan diri dari segala larangan-larangan agama.
وَأَمَّا صَوْمُ الْخُصُوْصِ وَهُوَ صَوْمُ الصَّالِـحِيْنَ فَهُوَ كَفُّ الْـجَوَارِحِ عَنِ الْآثَامِ
Artinya, “Adapun puasa khusus adalah puasa orang-orang shaleh, yaitu menahan anggota tubuh dari segala dosa,” (Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin).
Rasulullah saw jauh-jauh hari telah mengingatkan agar umat Islam melakukan puasa secara berkualitas. Puasa yang berkualitas dapat melahirkan ganjaran besar dari Allah berupa surga. Sedangkan puasa yang tidak berkualitas hanya melahirkan keletihan berpuasa, yaitu rasa lapar dan dahaga belaka.
وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ إِلَّا الْـجُوْعَ وَالْعَطْشَ
Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga,” (HR An-Nasai dan Ibnu Majah).
Puasa yang berkualitas merupakan upaya pengendalian atas anggota badan, yaitu telinga, mata, lisan, tangan, kaki, dan anggota badan lainnya. Puasa yang berkualitas merupakan puasa istimewa yang dapat dicapai bukan sekadar menggeser waktu makan dan minum, tetapi juga mengendalikan nafsu atas keinginan anggota badan.
وَالْبَصَرِ وَاللِّسَانِ وَالْيَدِ وَالرِّجْلِ وَسَائِرِ الْجَوَارِحِ عَنِ الْآثَامِ وَأَمَّا صَوْمُ الْخُصُوْصِ فَهُوَ كَفُّ السَّمْعِ
Artinya, “Adapun puasa khusus adalah mengendalikan pendengaran, penglihatan, ucapan, tangan, kaki, dan seluruh anggota badan dari dosa,” (Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin).
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan guna puasa kita sempurna dan menjadi puasanya golongan orang-orang solihin, tentunya bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar. Apa saja?
1. Menundukkan mata
Di era modern ini menundukkan mata dari hal-hal yang dilarang agama bukan perkara mudah. Begitu banyak foto dan video yang mengumbar hal-hal terlarang. Namun, jika kita mampu melakukan itu semua (menundukkan mata) dari hal-hal yang tercela tentu menjadi langkah tepat menuju kesempurnaan puasa.
2. Memelihara lisan
Kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada pribadi kita masing-masing. Apalagi yang tinggal di perkampungan padat penduduk. Tidak keluar rumah untuk duduk-duduk dan ngobrol bersama warga bukan perkara mudah. Seringkali dalam obrolan kita dengan tetangga tersebut tak sadar menyakiti orang lain, meng-ghibah dan sebagainya. Tetapi jangan salahkan lingkungan dan tetangga kita, kita sendiri yang harus sebisa mungkin menjaga lisan dengan berbicara yang benar dan yang baik-baik saja.
3. Memelihara telinga dari hal-hal yang dibenci oleh agama
Dari berbagai sudut setan menggoda manusia, namun sebagai seorang yang berpuasa tentu harus bisa melawan godaan tersebut dari jalan manapun datangnya. Telinga kamu lebih baik mendengarkan sholawat, lantunan ayat suci Al-Qur’an dsb.
4. Memelihara tubuh dari hal-hal yang dibenci agama
Makna berpuasa tentu bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar, lebih dari itu kamu harus menjaga syahwat dan hawa nafsu. Bagi yang sudah berumahtangga, tentunya tidak diperbolehkan behubungan intim sebelum waktu berbuka puasa.
5. Tidak berbuka puasa secara berlebihan
Berbuka puasa adalah hal yang di tunggu-tunggu. Namun karena arti puasa adalah menahan, maka sebisa mungkin kita menahan diri dari berbuka yang berlebih-lebihan. Jika kita memiliki rezeki lebih, tak ada salahnya kita bagikan untuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Bukahkan Ramadhan saat istimewa untuk berbagi. Bersedekah dengan berbagi apa yang kita miliki pahalanya berlipat ganda.
Tinggalkan Balasan