• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Tidur di Panggung Politik dan Risiko Yang Menghantui

28 Januari 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Ari Baskoro*

Indonesia saat ini sedang dalam proses politik menghadapi Pemilu. Semua agenda pesta demokrasi telah dilaksanakan sesuai tahapannya, termasuk debat pasangan calon (paslon) Capres-Cawapres yang banyak menyedot perhatian publik. Agenda lainnya seperti safari politik ataupun penyampaian orasi di hadapan massa konstituennya, bisa sangat menyita waktu.Kelelahan fisik ataupun psikis, pasti bisa menimpa paslon dan tim suksesnya. Tidak mudah dibayangkan, bagaimana para politikus tersebut bisa mengatur waktu istirahat atau tidur mereka.

Kelelahan menghadapi agenda politik, tidak hanya terjadi di negara kita saja. Hampir semua kandidat pemimpin dunia, baik yang akhirnya terpilih ataupun yang tidak, pasti pernah mengalaminya. Tidak sedikit politisi dunia yang pernah tertangkap kamera sedang tertidur, saat menghadiri agenda sidang/rapat-rapat politik. Bila itu terjadi di Indonesia, bisa dicap berperilaku buruk yang tidak patut dicontoh. Kelelahan dan minimnya waktu tidur, dapat memicu kegagalan memfokuskan diri menghadapi suatu masalah.“Hutang tidur” pada politikus,berpotensi memantik terjadinya “blunder” dengan segala konsekuensinya.

Sebagai analogi adalah kecelakaan lalu lintas. Kantuknya pengemudi, sering disebut sebagai biang penyebabnya.Mereka mengalami microsleep, “tertidur” hanya dalam hitungan detik, namun bisa berakibat fatal. Sulit dibayangkan, apa yang terjadi bila seorang pilot menerbangkan pesawatnya dalam kondisi mengantuk. Untungnya selalu didampingi pilot pengganti ataupun co-pilot yang akan selalu membantu mengamankan penerbangan.

Tidur bisa dimaknai dari berbagai macam sudut pandang. Di Jepang misalnya.Rakyat negeri Matahari Terbit itu, dikenal memiliki jam kerja paling panjang di seluruh dunia. Rata-rata bisa menghabiskan lebih dari 12 jam dalam sehari untuk bekerja. Di sisi lain mereka juga “menyempatkan” diri untuk “tidur”, saat di tempat kerja. “Anehnya” hal itu tidak  dinilai sebagai pemalas. Sebaliknya justru dilegalkan. Karyawan tersebut malah dianggap sebagai pekerja keras dan dinilai sebagai bentuk loyalitas terhadap tempat kerjanya.Fenomena “langka”itu disebut inemuri. Jangan bayangkan inemuri dilakoni dengan tidur di sofa empuk, atau tempat tidur yang disediakan secara khusus. Ternyata hanya dengan posisi duduk, badan tetap tegap, dan mata terpejam, mereka bisa melakukannya.Tetapi terhadap politisinya, sikap publik bisa sangat berbeda. Kritik pedas masyarakat berupa seruan mengundurkan diri, dapat terjadi pada politikus yang tertidur saat rapat.

Di Tiongkok, ada jeda waktu yang mewajibkan siswa Sekolah Dasar untuk tidur sejenak di kelas. Fenomena unik itu disebut Wu Jiao. Upaya mereduksi risiko penyakit kardiovaskuler, menjadi pertimbangan utama penerapan kebijakannya. Tetapi pejabat atau birokratnya akan dijatuhi sangsi berat, bila tertidur dalam suatu pertemuan resmi.

Power nap atau “tidur-tidur ayam”, dinilai penting untuk memulihkan kebugaran. Meski durasinya sangat singkat, biasanya tidak lebih dari20 menit, tetapi manfaatnya terbilang sangat besar. Bisa memperbaiki memori, sehingga dapat meningkatkan performa belajar/bekerja seseorang. Konon presiden Amerika Serikat seperti John F Kennedy, Ronald Reagan, dan George W Bush, sering memanfaatkan pola tidur semacam itu.

Fenomena “hutang tidur”

Telah banyak riset yang dilakukan untuk mengungkap dampak “hutang tidur” terhadap aspek fisiologis dan psikologis. Misalnya pengaruhnya pada sistem imun, aspek kognitif, suasana hati/mood, cara berkomunikasi, ekspresi wajah, pengendalian emosi, dan bahkan keputusan politik yang akan diambilnya. Risiko lainnya dapat berupa kurang fleksibel dalam mengubah suatu rencana/keputusan atau kurang mampu menghadapi suatu tantangan/hambatan yang sifatnya tak terduga.

Kadang kala politikus dihadapkan pada masalah yang harus memerlukan respons cepat, tetapi harus tepat. Bahkan persoalan darurat sekalipun, perlu mendapatkan solusi segera dalam situasi tekanan psikologis yang tinggi. Meski demikian, tidak sedikit politikus yang mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan “hutang tidur”. Dianggapnya hal itu bukanlah masalah serius. Mekanisme terbentuknya homeostasis atau penyesuaian diri terhadap tantangan tersebut, bisa dilakukan melalui suatu kompensasi dengan cara-cara tertentu. Sifatnya sangat personal. Diperlukan “latihan” menghadapi situasi sulit yang bisa jadi merupakan rutinitas dan berlangsung sejak lama. Selain dipengaruhi tidur, karakter kepemimpinan yang diekspresikannya, dikaitkan dengan beberapa faktor lainnya. Misalnya unsur genetik, pola hidup, dan “jam terbangnya” sebagai politikus.

Tidur merupakan fenomena biologi yang secara alamiah terjadi pada setiap manusia. Sejatinya tidur merupakan investasi energi yang dibutuhkan manusia, untuk digunakan secara  efektif esok harinya. Selama fase tidur, energi yang telah dimanfaatkan semua sel dan jaringan tubuh manusia, akan “disetel” kembali. Saat itulah “sampah” metabolik mendapat kesempatan untuk dibersihkan, hingga tercapailah keseimbangan nutrisi yang baru (homeostasis). Durasi pembersihan “sampah” metabolik yang kurang mencukupi, berisiko memicu beragam masalah. Dapat memantik terjadinya sakit kepala, mudah lelah, berbohong,  gampang terprovokasi, serta berkurangnya tingkat konsentrasi dan performa terhadap suatu tantangan. Bila terjadi dalam kurun waktu yang lama, berisiko tinggi mengganggu faal berbagai organ, termasuk mempercepat terjadinya demensia.

Semua orang tanpa kecuali, pasti membutuhkan tidur. Perbedaannya hanya terletak pada tingkat pemenuhannya.Artificialintelligence (AI) pun tak bisa menggantikannya, meski dapat membantu seseorang untuk bisa tidur lebih nyenyak. Tanpa tidur yang cukup, seseorang tidak akan bisa berumur panjang. Idealnya setiap individu memiliki siklus biologi tidur yang bersifat reguler (ritme sirkadian). Namun tidak semua orang bisa melakukannya dengan mudah. Ada yang demikian entengnya bisa cepat tertidur pulas. Sebaliknya tidak jarang terjadi,  membutuhkan “perjuangan keras” untuk bisa “menikmati” waktu tidur. Faktor fisik ataupun non-fisik, misalnya adanya penyakit komorbid dan tekanan psikis, bisa saling memengaruhi. Kebutuhan tidur “normal”, setidaknya memerlukan waktu enam hingga delapan jam per harinya. Tidak hanya menyangkut kuantitas, namun kualitas tidur juga sangat menentukan tingkat “pengendalian diri”dan mood seseorang.

Neurotransmiter pengendali tidur

 Beberapa transmiter susunan saraf pusat, berperan penting mengendalikan mekanismenya. Transmiter adalah senyawa “pembawa pesan” yang bertugas menghubungkan hampir seratus miliar sel-sel saraf (neuron). Beberapa di antaranya adalah melatonin, orexin, dopamin, dan serotonin. Melatonin berperan dalam ritme biologi, regulasi tekanan darah, dan sistem imunitas. Di sisi lain, orexin berperan memperantarai kendali tidur, metabolisme energi, gairah, dan mood seseorang. Senyawa yang aktif pada siang hari itu, bekerja dengan merangsang transmiter lainnya yang berperan  meningkatkan “kewaspadaan”.

Ada suatu fakta menarik, bahwasanya kadar transmiter tersebut  berbanding terbalik dengan semakin meningkatnya usia. Dengan bertambahnya usia, kadar melatonin dan orexin akan menurun. Efeknya bisa memantik terjadinya “lambat respons”, gangguan memori, dan  insomnia. Dapat pula menimbulkan kecemasan serta gangguan stabilitas emosi. Pada level tertentu, bisa memicu lepasnya kendali terhadap masalah etika. Aspek tidur merupakan kecerdasan manajemen pribadi politikus. Dalam sekala yang lebih luas, bisa mencerminkan pola manajerial kepemimpinannya.

—-000—-

*Penulis :
Staf pengajar senior di:
Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Anggota Advisory Board Dengue Vaccine

Penulis buku:
* Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
* Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, update, wawasan Ditag dengan:Bahaya Kurang Tidur, Capres-cawapres, Pilpres, Politisi, Resiko Kurang Tidur, Tidur di Panggung Politik

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Haaland Borong Dua Gol, Manchester City Libas MU 3-0 di Etihad

15 September 2025 By admin

Barcelona Hantam Valencia 6-0, Tiga Pemain Cetak Brace

15 September 2025 By admin

Kebiasaan Membawa Ponsel ke Kamar Mandi Tingkatkan Risiko Wasir Hingga 46%

13 September 2025 By admin

Bayern Munich Resmikan Patung Franz Beckenbauer di Allianz Arena

13 September 2025 By admin

Persib Bandung Tundukkan Persebaya 1-0, Gol Tunggal Uilliam Barros Jadi Penentu

13 September 2025 By admin

Enam Lembaga HAM Bentuk Tim Pencari Fakta Unjuk Rasa dan Kerusuhan

13 September 2025 By admin

BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan November 2025 – Februari 2026, Masyarakat Diminta Waspada

13 September 2025 By admin

Eduardo Perez: Persebaya ke Bandung Bukan untuk Berspekulasi

12 September 2025 By admin

Jadwal Liga Italia: Tiga Big Match Pekan Ini, Juventus Hadapi Inter Milan

12 September 2025 By admin

Bendera One Piece Jadi Simbol Frustrasi Anak Muda di Indonesia, Nepal, dan Prancis

12 September 2025 By admin

Prabowo Setujui Pembentukan Komisi Investigasi Independen untuk Selidiki Prahara Agustus

12 September 2025 By admin

Radio Siaran di Era Digital: Bertahan atau Bertransformasi?

11 September 2025 By admin

KPK Isyaratkan Menteri Agama Diduga Terima Aliran Dana Kasus Kuota Haji 2023–2024

11 September 2025 By admin

Manuel Neuer Siap Kembali ke Timnas Jerman Jika Dibutuhkan

11 September 2025 By admin

BNPB dan Pemprov Bali Tetapkan Siaga/Tanggap Darurat Banjir selama Satu Minggu

11 September 2025 By admin

PSSI Siapkan Strategi Khusus Kembangkan Pemain U-23

10 September 2025 By admin

Misinformasi, Lawan Berat Mitigasi Wabah Campak

10 September 2025 By admin

Kenapa Rasulullāh SAW. Tak Mau Menshalatkan Pelaku Korupsi?

10 September 2025 By admin

Usai Dilantik, Gus Irfan Langsung Bertolak ke Jeddah Tuntaskan Proyek Kampung Haji

9 September 2025 By admin

Studi: Minuman Manis dan Alkohol Bisa Memicu Rambut Rontok

9 September 2025 By admin

Gattuso Puji Mentalitas Italia Usai Tekuk Israel

9 September 2025 By admin

Sineas Dunia Boikot Industri Perfilman Israel sebagai Protes atas Genosida di Palestina

9 September 2025 By admin

Aspek Medis Topeng Kebohongan Politikus

8 September 2025 By admin

Menag Janji Bantu Renovasi Majelis Taklim di Bogor yang Ambruk

8 September 2025 By admin

Majelis Taklim di Bogor Ambruk, Lebih dari 80 Orang Jadi Korban

8 September 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

September 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  
« Agu    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Wali Kota Surabaya Berharap Erick Thohir Bawa Perubahan Besar Olahraga Nasional
  • Brace Marcus Thuram Angkat Inter Milan, Liga Champions Dibuka dengan Kejutan
  • Kontroversi Pembatalan Konser Munich Philharmonic karena Konduktor Israel
  • EU Usulkan Sanksi dan Hambatan Perdagangan terhadap Israel
  • Pakar Kebijakan Publik Respons Peringatan Muhadjir soal Kementerian Haji

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.