

Sabar berarti mampu menahan diri dari hal-hal yang disukai dan tidak disukai, baik dalam bentuk menahan diri dari perbuatan dosa, menghadapi ujian hidup, maupun konsistensi dalam ketaatan kepada Allah. Sabar juga mencakup ketenangan jiwa dan sikap tawakal kepada Allah dalam setiap keadaan.
Imam An-Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Shalihin mengkhususkan satu bab tentang sabar (As-Sobru), menunjukkan betapa pentingnya sifat ini dalam Islam. Dalam bab ini, beliau mengumpulkan banyak ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW untuk menjelaskan keutamaan, jenis, dan manfaat sabar bagi seorang Muslim.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah:153)
قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Surat Az-Zumar Ayat 10)
Kesabaran adalah inti dari ayat ini. Allah menjanjikan pahala yang tidak terbatas kepada orang-orang yang bersabar. Kesabaran di sini mencakup berbagai aspek:
- Bersabar dalam menjalankan perintah Allah.
- Bersabar dalam menghadapi ujian hidup.
- Bersabar dalam menjauhi dosa dan maksiat.
Ini menunjukkan bahwa kesabaran adalah sifat utama yang membawa seseorang kepada kedudukan yang mulia di sisi Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, ayat ini relevan sebagai pengingat bahwa dunia adalah tempat ujian. Kesulitan, tantangan, dan ujian adalah bagian dari takdir yang harus dihadapi dengan keimanan, ketakwaan, dan kesabaran. Seorang mukmin dituntut untuk tetap optimis, mencari solusi dalam setiap masalah, dan percaya bahwa setiap ujian membawa hikmah yang besar.
Ayat ini juga mengajarkan pentingnya berpikir luas, tidak terpaku pada satu tempat atau keadaan, melainkan berusaha mencari jalan keluar sesuai dengan syariat. Dengan bersabar dan bertakwa, Allah menjanjikan balasan yang jauh lebih besar, baik di dunia maupun di akhirat.
Imam An-Nawawi menyertakan banyak hadis dalam bab ini, di antaranya:
- Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, karena seluruh urusannya adalah baik. Dan itu tidaklah dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” - Hadis Riwayat Muslim:
“Allah berfirman: Jika Aku menguji hamba-Ku dengan kehilangan dua hal yang dicintainya (yaitu matanya) lalu ia bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan surga.” - Hadis Riwayat Tirmidzi:
“Tidaklah suatu musibah menimpa seorang Muslim kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya, bahkan karena duri yang menusuknya sekalipun.”
Keutamaan Sabar
- Diberi Pahala Tanpa Batas: Seperti disebutkan dalam Surah Az-Zumar (39:10).
- Mendapatkan Pertolongan Allah: Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar (Surah Al-Baqarah 2:153).
- Menjadi Sebab Masuk Surga: Dalam hadis riwayat Muslim, sabar atas kehilangan penglihatan diganjar dengan surga.
Allah menjanjikan bahwa orang yang berbuat baik di dunia akan memperoleh balasan kebaikan. Dalam konteks ini, kebaikan tidak hanya berarti rezeki atau kenikmatan duniawi, tetapi juga ketenangan hati, rasa aman, dan berkah dalam kehidupan. Ini menjadi motivasi bagi mukmin untuk senantiasa berbuat baik kepada sesama dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
Frasa kalimat “bumi Allah itu luas” mengingatkan bahwa jika seseorang menghadapi kesulitan atau tekanan di suatu tempat, masih ada tempat lain di mana ia bisa mencari jalan keluar atau melanjutkan hidupnya. Ini sering dihubungkan dengan konsep hijrah, baik secara fisik maupun spiritual, untuk mencari lingkungan yang lebih kondusif untuk menjalankan perintah Allah.
—000—
*Penceramah dan akademisi UINSA Surabaya
Tinggalkan Balasan