
Surabaya (Trigger.id) – Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, mengucapkan selamat kepada rakyat Palestina atas tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Dalam pidatonya yang disiarkan oleh stasiun televisi Al-Manar pada Sabtu, 18 Januari 2025, Qassem menyatakan bahwa kesepakatan tersebut mencerminkan ketangguhan perlawanan Palestina dalam mencapai tujuannya, sementara Israel gagal meraih apa yang diinginkannya.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas ini dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, dan mulai berlaku pada Minggu pagi, 19 Januari 2025, pukul 08.30 waktu setempat.
“Kami mengucapkan selamat kepada rakyat Palestina dan kelompok perlawanan (Hamas) atas kesepakatan ini, yang membuktikan ketangguhan (Hamas) dalam mencapai apa yang diinginkannya, sedangkan musuh tidak mampu meraih yang mereka inginkan,” kata Qassem dalam pidato yang disiarkan stasiun TV Al-Manar Lebanon, Sabtu (18/01).
Kesepakatan ini mencakup penghentian permusuhan selama 42 hari di Jalur Gaza serta pemulangan para sandera.
Qassem juga menyoroti bahwa perselisihan internal di Israel akan semakin dalam setelah kemenangan diplomatik Palestina ini. Ia mendesak militer Lebanon untuk waspada terhadap pelanggaran Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah dan tindakan yang melanggar kedaulatan Lebanon.
Negosiasi antara Israel dan Hamas, yang dimediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, pada Rabu (15/1) menyepakati gencatan senjata selama 42 hari di Jalur Gaza dan pemulangan para sandera.
Kedua pihak yang bertikai juga menyatakan niat untuk mengakhiri permusuhan yang sudah berlangsung selama lebih dari 15 bulan, yang kemudian menyebar ke Lebanon dan Yaman serta memicu serangan rudal antara Israel dan Iran.
Menteri Luar Negeri Qatar pada Sabtu mengatakan gencatan senjata itu mulai berlaku pada Minggu (19/1) pukul 8.30 waktu setempat (12.30 WIB).
Tahap pertama kesepakatan itu mencakup pertukaran tawanan, penarikan pasukan Israel dari perbatasan Gaza, dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Tahap kedua dan ketiga masih belum disepakati.
Para penjamin kesepakatan tersebut — Qatar, Mesir, dan AS — akan mendirikan pusat koordinasi di Kairo, Mesir. (bin)
Tinggalkan Balasan