
New Delhi (Trigger.id) – Jumlah korban tewas akibat gelombang protes besar di Nepal, yang banyak disebut sebagai “revolusi Gen Z”, bertambah menjadi 72 orang. Informasi ini disampaikan Kepala Sekretaris Pemerintah Nepal, Eaknarayan Aryal, pada Minggu (15/9).
Menurut Aryal, dari total korban jiwa, 59 di antaranya merupakan demonstran, 10 orang tahanan, serta tiga aparat keamanan. Selain itu, bentrokan juga mengakibatkan 134 pengunjuk rasa dan 57 anggota kepolisian mengalami luka-luka, sebagaimana dikutip dari laman berita Khabar.
Sebagai bentuk tanggung jawab negara, Perdana Menteri sementara Nepal, Sushila Karki, mengumumkan pemberian santunan sebesar 1 juta rupee Nepal (sekitar Rp114,8 juta) kepada keluarga korban yang meninggal. Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, resmi menjabat sebagai kepala pemerintahan sementara pada Jumat lalu.
Pemerintah juga mengecam tindakan perusakan yang terjadi selama protes, termasuk serangan terhadap gedung parlemen, Mahkamah Agung, kompleks bisnis, dan properti pribadi. Karki menegaskan bahwa aksi vandalisme tersebut akan diperlakukan sebagai tindak kriminal, serta menyerukan penyelidikan menyeluruh atas penyebab kerusuhan.
Gelombang demonstrasi bermula pada 4 September setelah pemerintah memblokir akses ke sejumlah media sosial besar karena melewati batas waktu pendaftaran ke Kementerian Komunikasi. Kebijakan itu memicu kemarahan publik, khususnya kalangan muda, hingga berujung aksi protes massal di berbagai kota.
Meski larangan penggunaan media sosial akhirnya dicabut, aksi unjuk rasa terus berlanjut dan semakin meluas. Situasi memanas hingga mendorong Perdana Menteri Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (10/9), setelah parlemen diserbu massa dan rumah beberapa pejabat senior di Kathmandu dibakar.
Untuk membubarkan demonstran, aparat kepolisian menembakkan gas air mata, meriam air, hingga peluru tajam. Kondisi yang semakin tak terkendali membuat militer turun tangan menjaga ketertiban di ibu kota dan kota-kota besar lainnya.
Sumber: Ant/Sputnik
Tinggalkan Balasan