
Oleh: dr Ari Baskoro SpPD (Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya)

Suhu lingkungan di sebagian wilayah tanah air, sejak sepekan terakhir ini relatif menyengat. Keadaan itu diprediksi berlangsung hingga akhir bulan April 2023.
Sesuai keterangan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi tersebut bukanlah gelombang panas. Hal itu berbeda dengan yang dialami negara-negara lain.
Di beberapa wilayah, khususnya kawasan Asia Selatan, sedang mengalami heatwafe/gelombang panas. BMKG dan Kementerian Kesehatan menghimbau, agar lebih berhati-hati beraktivitas di ruang terbuka. Lebih-lebih saat indeks ultraviolet mencapai puncaknya pada jam-jam tertentu. Sebegitu berbahayanyakah paparan sinar matahari bagi kesehatan manusia?. Padahal masyarakat pada umumnya sudah memahami tentang manfaat “caring”/berjemur, dalam membentuk kesehatan tulang.
Di sisi lain, dalam beberapa dekade terakhir ini, terjadi peningkatan yang cukup dramatis beberapa macam penyakit autoimun (misalnya penyakit lupus/ lupus eritematosus sistemik/LES). Banyak faktor yang diduga melatarbelakangi terjadinya peningkatan itu. Selain faktor genetik, paparan mikroba, dan “stres kehidupan”, serta radiasi ultraviolet (UV), berperan besar memicu mekanisme autoimunitas.
Sinar matahari
Sinar matahari merupakan radiasi gelombang elektromagnetik. Panjang gelombangnya berkisar antara sinar-X, hingga radiasi inframerah. Terdiri atas beberapa komponen. Pertama adalah ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 280–400 nm.
Bagian kedua yang secara kasat mata dapat dilihat oleh penglihatan manusia (visible light), mempunyai panjang gelombang antara 400 hingga 720 nm. Secara umum, itu disebut sebagai cahaya.
Segmen ketiga adalah inframerah yang memiliki panjang gelombang 720–2.500 nm. Radiasi UV masih ada klasifikasinya. Terdiri dari UVB (ultraviolet B) yang mempunyai panjang gelombang 280–320 nm, dan UVA (ultraviolet A) dengan panjang gelombang 320–400 nm. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda, khususnya pengaruhnya pada sistem biologi.
Radiasi sinar matahari sampai ke bumi sehingga memengaruhi tubuh manusia, dipengaruhi oleh banyak faktor. Antara lain adalah, puncak posisi matahari yang berkaitan dengan letak geografi suatu daerah terhadap garis lintang. Musim yang terjadi saat itu, adanya awan/mendung, kerusakan lapisan ozon, dan embun (dapat memantulkan cahaya), merupakan faktor-faktor yang juga dapat memengaruhi.
Selain itu, berhubungan juga dengan letak ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, penggunaan tabir surya, dan kebiasaan beraktivitas di ruang terbuka. Ada pula peran jenis kulit, obesitas, usia, dan busana/pakaian yang dikenakan.
Keratinosit merupakan tipe sel yang terbanyak (95 %) pada kulit, merupakan target utama radiasi UV. Secara umum bisa dikatakan, dampak UVB hanya mencapai epidermis (lapisan kulit terluar/kulit Ari), sedangkan UVA bisa penetrasi hingga mencapai dermis (lapisan di bawah epidermis). Secara umum bisa dikatakan, paparan UVA lebih berbahaya ketimbang UVB. Manfaat “caring” tidak terlepas dari efek UV. Khususnya UVB, akan memicu terbentuknya vitamin D yang amat penting bagi fisiologi tubuh manusia.
Paparan sinar matahari selama lima hingga 15 menit pada jam-jam tertentu, dapat mempertahankan homeostasis kadar vitamin D dalam level optimal. Tiga kali seminggu sudah cukup optimal. Manfaatnya merupakan bagian integral dari metabolisme tulang, homeostasis kalsium dan fosfor. Vitamin D juga berfungsi menginisiasi terbentuknya serotonin, suatu hormon yang dapat memberikan sensasi kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketenangan bagi manusia.
Walaupun demikian, paparan UV yang berlebihan tidak terlepas dari sisi bahayanya. Penyakit autoimun. Secara faali, sistem imun merupakan “pasukan garda terdepan” manusia, untuk menjaga integritas dari serangan mikroba. Fungsinya sangat ampuh dalam membedakan mana lawan (mikroba/antigen/non-self) dan mana kawan (self/jaringan tubuh sendiri). Penyakit autoimun merupakan bentuk kegagalan sistem imun, dalam mengenali sel/jaringannya sendiri.
Dampaknya, komponen-komponen yang berada dalam sel/jaringan tersebut, dianggap sebagai antigen yang harus dilawan.
LES merupakan contoh penyakit autoimun yang prevalensinya semakin meningkat tajam akhir-akhir ini. Paparan UV yang berlebihan, berkaitan dengan salah satu latar belakang penyebabnya. Secara fisiologi, setidaknya sekitar sepuluh miliar sel manusia (termasuk sel-sel kulit), akan mengalami kematian/apoptosis setiap harinya.
Paparan UV dengan intensitas yang berlebihan, dapat meningkatkan jumlah keratinosit yang mati hingga menjadi beberapa kali lipat. Pada individu yang rentan, sel-sel yang mati tersebut gagal “dibersihkan” oleh sistem imun yang tidak bekerja secara optimal. Malahan, “timbunan” sel-sel mati tersebut, dianggap sebagai “musuh” (antigen) yang harus diserang. UV juga menstimulasi terbentuknya beberapa komponen sistem imun yang menjadi “liar”, karena gagal mengenali jaringannya sendiri. Dampak rentetannya berujung pada sel-sel yang sehat pun ikut jadi target sasaran, karena dianggap sebagai lawan (autoantigen).
Gejala klinisnya sangat beragam. Semua organ tubuh tanpa terkecuali, dapat menjadi target sasaran sistem imun yang tidak terkendali. Manifestasi keterlibatan semua organ berisiko bisa terjadi, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Karena tampilannya yang “aneh”, lupus dikenal sebagai “penyakit seribu wajah”. Kadang pula piawai dalam hal meniru/menyerupai manifestasi penyakit-penyakit lainnya. Karena itulah dijuluki sebagai great imitator.
Perempuan jauh mendominasi penyakit ini, ketimbang pada laki-laki. Hal itu mengisyaratkan adanya faktor hormon yang mendasarinya. Beberapa artis tanah air dan mancanegara, telah diketahui khalayak sebagai penyandang lupus.Indeks ultraviolet Indeks ultraviolet (IUV) sebaiknya dipahami.
IUV merupakan suatu ukuran kekuatan radiasi UV yang mampu menyebabkan luka bakar/sunburn pada suatu tempat dan waktu tertentu. IUV adalah standar yang digunakan secara internasional. Pada umumnya IUV dengan derajat tiga, sangat kondusif untuk melakukan aktivitas di ruang terbuka. Antara derajat tiga hingga lima, disebut moderate dan harus diwaspadai.
Bila lebih dari derajat lima, dikategorikan berbahaya. Sebagai gambaran, IUV enam, dapat berakibat luka bakar pada orang kulit putih tanpa proteksi tabir surya, setelah terpapar selama 30 menit. Dengan IUV 12, akibatnya dapat langsung terlihat dalam tempo 15 menit saja.
Dari sudut waktu, paparan UV yang masih dalam batas aman adalah sekitar jam 7.00-9.00 atau jam 15.30-16.30. Tentunya persoalan waktu ini, sangat tergantung pada daerah di mana kita berada. Sinar matahari sangat bermanfaat bagi berlangsungnya kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Tetapi sebaliknya, juga bisa merugikan. Seyogianya manusia dapat secara bijak menggunakan pengetahuannya, agar bisa memetik dari sisi manfaatnya.
Tinggalkan Balasan