
Vatikan (Trigger.id) – Paus Leo XIV menggelar pertemuan perdananya dengan awak media di Vatikan, menyerukan peran penting jurnalis dalam membangun komunikasi yang damai dan menghindari retorika yang memecah belah. Dalam pidatonya, Paus asal Amerika pertama dalam sejarah Gereja Katolik itu menekankan pentingnya komunikasi yang tidak hanya lantang, tetapi juga mampu mendengar dan memahami.
“Marilah kita melucuti komunikasi dari prasangka, kebencian, fanatisme, dan kekerasan. Kita tidak membutuhkan komunikasi yang keras, tetapi komunikasi yang bisa mendengarkan,” ujar Leo dalam pidatonya yang disampaikan dalam bahasa Italia dan disambut tepuk tangan meriah lebih dari 1.000 jurnalis yang hadir.
Leo juga menegaskan kembali pentingnya kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar, karena hanya dengan informasi yang memadai, seseorang dapat membuat keputusan yang bebas dan bijak. Ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap para jurnalis yang dipenjara karena pekerjaan mereka.
“Mereka adalah saksi. Saya memikirkan mereka yang melaporkan dari medan perang dengan risiko nyawa — mereka yang membela martabat dan keadilan,” katanya. Berdasarkan data Reporters Without Borders, hingga Desember lalu, setidaknya ada 550 jurnalis yang ditahan di seluruh dunia.
Dalam kesempatan itu, Paus Leo juga menyinggung tantangan yang dihadirkan oleh media sosial dan kecerdasan buatan (AI), dua isu yang sebelumnya telah ia soroti.
Audiensi media yang menjadi tradisi bagi para Paus baru ini berlangsung hangat. Leo bahkan membuka pidatonya dengan lelucon dalam bahasa Inggris dan mengundang tawa hadirin. Seusai berbicara selama sekitar 10 menit, ia turun dari panggung, menyalami sejumlah jurnalis dan pejabat, serta membubuhkan tanda tangan, termasuk pada sebuah bola bisbol yang disodorkan kepadanya. Saat seorang jurnalis perempuan memintanya berfoto selfie, Leo dengan sopan menolak dan melanjutkan sapaan.
Dalam hari-hari awal masa kepausannya, Leo tampak mengikuti jejak pendahulunya, Paus Fransiskus, dengan terus menyerukan perdamaian dan membuka dialog antara pemimpin gereja dan umat. Ia juga berbicara langsung dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, membahas perang di Ukraina serta permintaan untuk membantu memulangkan ribuan anak Ukraina yang dideportasi secara ilegal ke Rusia.
Zelensky menyampaikan bahwa pemerintahnya siap melakukan gencatan senjata selama 30 hari dan terbuka untuk negosiasi langsung dengan Rusia. Ia juga mengundang Paus Leo XIV untuk mengunjungi Ukraina, melanjutkan harapan akan terciptanya perdamaian yang adil dan berkelanjutan di wilayah tersebut. (bin)
Tinggalkan Balasan