
Surabaya (Trigger.id) – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, latar belakang pengembalian nama SDN Sulung tersebut, sebagai upaya untuk mengingat kembali sejarah bangsa.
Hal tersebut berdasarkan dari data penelusuran sejarah komunitas Begandring Soerabaia. Dimana ayah Presiden Soekarno (Bung Karno), dahulu pernah mengajar di SD tersebut.
“Ayah dari Presiden Soekarno itu mengajar di SD Sulung, sehingga menjadi garis lurus antara Peneleh (rumah lahir Soekarno) sampai SD Sulung ini.
Namun tiba-tiba (diubah) menjadi SDN Alun-alun Contong, sejarahnya hilang. Ini yang akhirnya harus kita kembalikan lagi namanya,” kata Wali Kota Eri Cahyadi dalam sambutannya saat acara peresmian nama SDN Sulung, Sabtu (17/6/2023).
Wali Kota Eri Cahyadi menyampaikan, bahwa sebuah bangsa atau kota ini tidak akan bisa menjadi besar kalau tidak mengingat sejarah. Terlebih, Kota Surabaya telah melahirkan banyak tokoh-tokoh pejuang dan pahlawan yang membela bangsa.
“Di Kota Surabaya ini lahir Bung Karno. Ayahnya bagaimana berjuang untuk pendidikan mengajar di SD Sulung. Guru politiknya (Bung Karno) yang luar biasa menjadi tokoh nasional, HOS Tjokroaminoto juga di Surabaya,” katanya.
Untuk itu, Wali Kota Eri mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para pelajar Surabaya agar dapat meneruskan api perjuangan para Pahlawan.
Sebagai Kota Pahlawan, maka sudah seharusnya warga Surabaya juga memiliki jiwa-jiwa kepahlawanan. “Karena itulah sejak dini, saya meminta kepada Dinas Pendidikan, baik PAUD, SD-SMP, bahkan nanti SMA kita minta izin, untuk memberikan pelajaran terkait sejarah kebangsaan,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Eri juga sempat mengajar Sekolah Kebangsaan di SDN Sulung. Peserta sekolah kebangsaan terdiri dari pelajar dari jenjang SD hingga SMP di Kota Surabaya. Dalam momen itu, ia mengajak anak-anak untuk dapat meneladani jiwa-jiwa kepahlawanan Bung Karno.
“Tadi saya juga sampaikan ke anak-anak bahwa tidak pernah Soekarno bertempur melawan orang-orang pribumi, orang Indonesia. Tidak ada dulu pejuang berantem dengan warganya, yang ada adalah bertempur melawan Belanda. Lha kok sekarang kita ini ada tawuran antar warga, tawuran antar sekolah,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan