
“Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.”
Oleh: Habib Ahmad Al Habsyi

Sama dengan perbuatan dosa, kita secara sadar atau tidak sering meremehkan perbuatan baik atau amal shaleh, karena sejatinya kita tidak pernah tahu dari amal yang mana Allah menerima atau ridho dengan perbuatan baik kita.
Salah satu contoh dari amal baik yang dilakukan Imam al-Ghazali, atau yang memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i . Beliau membiarkan dan menghentikan untuk mengambil karena ada lalat sedang minum tintanya.
Dan dari amal kecil dan ringan tersebutlah, Allah menerima dan ridlo serta mengangkat derajat Imam al-Ghazali. Ini dilakukan Imam al-Ghazali untuk menyayangi mahluk Allah SWT. Menyanyangi sesama mahluk ciptaan Allah adalah bagian dari rahmat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
“Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’”– Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR. Abu Dawud dan Timidzi).
Siapa yang ada di langit. Mereka adalah para Malaikat Allah. Seperti apa para Malaikat menyayangi kita, yakni dengan cara beristghfar memohonkan ampun untuk orang yang menyayangi makluk-mahluknya Allah tersebut.
Kembali ke diri kita, lakukan amal-amal kecil apapun yang bisa kita lakukan. Menyayangi binatang saja bisa mendatangkan ridhonya Allah, apalagi kita menyayangi sesama manusia.
Jika itu yang kita lakukan, kita tidak bisa membayangkan berapa juta Malaikat Allah yang mendoakan kita, tapi pasti akan lebih banyak lagi karena luas langit itu jauh lebih luas daripada luasnya bumi. Dan di langit itu tidak satu hasta kecuali disitu ada Malaikat.
Bahkan kata ulama besar abad 20, Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, jika berjalan dan di jalan tersebut ada seekor atau segerombol semut, maka jangan injak semut tersebut dengan niatan menyayangi mahluknya Allah SWT. Dan dengan apa yang kita lakukan tersebut, mudah-mudahan Allah SWT senang dan ridho. Ini termasuk untuk mahluk yang ganas sekalipun. Jika mahluk tersebut tidak mengganggu dan membahayakan kita, maka sebaiknya kita hindari untuk tidak membunuhnya.
Jika kita biasakan mengerjakan amal-amal kecil karena Allah SWT, ini sebagai tabungan amal kebaikan, karena sekali lagi kita tak pernah tahu amal yang mana yang diterima dan mendatangkan ridhonya Allah.
Jangan lupa, setiap kali melakukan apa saja sertakan dan niatkan karena Allah. Segala apa yang kita lakukan tidak akan mungkin bisa kita lakukan kecuali atas taufik dan hidayahnya Allah.
Hati kita tergerak, tangan kita bergerak mengerjakan perbuatan baik, itu semua tidak akan bisa lebih dari bimbingan Allah. Kita sebenarnya tdak melakukan apa-apa, dan ini semua karena Allah SWT.
Biasanya gangguan terbesar ketika kita berbuat baik itu adalah nafsu. Nafsu ingin memiliki, menguasai, sehingga malas untuk berbagi. Kalaupun kita berbagi, itu hanya karena ingin agar dilihat orang lain dan ingin dipuji.
Kalau datang sifat-sifat seperti itu, harus segera kita lawan dengan ucapan dan perbuatan, “saya mendapatkan uang sebanyak ini semuanya dari dan karena Allah, sehingga saya harus berbagi juga karena Allah semata”.
Kita harus banyak bersyukur tidak kekurangan satu apapun, dan kita tergerak untuk berbagi sebagai tanda rasa syukur. Kalau bukan dari dan karena Allah, kita tidak bisa kita seperti ini. Dan inilah yang harus terus kita ingat dan kita lakukan.
Tinggalkan Balasan