Surabaya (Trigger.id) – Panggilan shiyam atau puasa sebagaimana dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah: 183, sesungguhnya panggilan pembentukan kepribadian mukmin menjadi muttaqiin (orang yang bertakwa). Seperti apa format kepribadian mereka itu?
Jawaban dalam bahasa global dan sederhananya adalah: pribadi yang mempunyai kualitas keshalihan individual sekaligus keshalihan sosial. Pada ranah internal, muttaqin berarti pribadi yang istiqamah dalam ibadah sebagai implementasi ketakwaannya pada Allah SWT (hablun minallah). Pada ranah ekternal, muttaqin berarti pribadi yang gemar berbuat baik dan membagi kebaikan terhadap sesama (hablun minannas).
Dalam kontek ini, Ramadhan dengan berbagai aktivitas hikamah dan pelajarannya melalui shiyam bi al-nahar (puasa di siang hari) wa qiyamu bi al-lail (shalat/bangun di malam hari) yang pada titik akhirnya menjadi mukmin yang shalih secara pribadi maupun shaleh secara sosial. Melalui gerakan-gerakan itu meniscayakan kita bertaa’wun (saling menolong) terhadap sesama melalui gerakan berjamaah, infaq, shadaqah sampai pada kewajiban berzakat fitrah maupun zakat maal.
Inilah yang dibentuk melalui ibadah shiyamu ramadhan. Jadi begitu sangat mulianya Allah SWT memberi kemuliaan pada orang beriman yang melaksanakan puasa Ramadhan. Subhanallah wabihamdih, karena-Nya kita menjadi orang yang memperoleh kemuliaan di sisi Allah SWT. Oleh karena itu panggilan puasa Ramadhan itu sesungguhnya panggilan kemuliaan untuk kita sebagai mukmin.
Panggilan ini perlu mendapatkan perhatian dari kita terutama dalam mengimplementasikan secara de facto dalam hehidupan kita sehari-hari. Implementasi ini sekaligus menghadirkan Islam sebagai dien (agama) yang membawa rahmatan li al a’lamin. Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semuanya. Aamiin. (kai)
Prof. Dr. H. Thohir Luth, M.A Wakil Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Timur
Tinggalkan Balasan