
Di balik sosoknya yang dikenal tegas dan penuh karisma, Ahmad Dhani memperlihatkan sisi paling manusiawinya dalam momen yang begitu personal dan menyentuh: saat putra sulungnya, Ahmad Al-Ghazali, memohon restu untuk menikahi kekasih hatinya, Alyssa Paramitha Daguise.
Sabtu yang hangat itu menjadi saksi bisu sebuah babak baru dalam kehidupan Al-Ghazali. Dalam sebuah acara tertutup yang hanya dihadiri keluarga inti, suasana haru menyelimuti ruangan. Sebuah video singkat yang dibagikan oleh sahabat keluarga, Derry Sulaiman, di Instagram Stories menunjukkan Al bersimpuh di hadapan sang ayah—sebuah gestur penuh makna dalam budaya Jawa. Mengenakan busana adat yang sederhana namun sarat makna, Al tampak menundukkan kepala dengan penuh hormat dan kerendahan hati.
Ahmad Dhani, sang musisi legendaris yang kerap tampil penuh percaya diri, tampak berkaca-kaca. Ia mencoba menahan air mata yang menggenang di pelupuk mata, namun ekspresi wajahnya jelas menunjukkan keharuan yang tak bisa disembunyikan. Sosok yang biasa tampil lantang itu kini diam, terpaku dalam momen yang penuh rasa—antara bangga, haru, dan mungkin juga sedikit enggan melepas sang anak menuju gerbang kehidupan yang baru.
Di sisi Dhani, tampak sang istri, Mulan Jameela, mendampingi dengan tenang. Sementara tak jauh dari mereka, duduk Maia Estianty—ibu kandung Al—bersama sang suami, Irwan Mussry. Momen itu begitu istimewa, mempertemukan seluruh tokoh penting dalam hidup Al di satu ruangan yang sama, demi satu tujuan: mengiringi langkahnya menuju masa depan.
Dengan suara lirih dan penuh penghayatan, Al-Ghazali mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuanya. Ia menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan sejak kecil, dan memohon agar restu orang tua menyertai langkahnya membangun rumah tangga. Ia pun mendoakan agar sang ayah senantiasa dalam lindungan Tuhan, sebagai bentuk rasa bakti dan kasih sayang yang tak lekang oleh waktu.
Air mata hampir jatuh dari mata Ahmad Dhani, namun ia tetap diam dengan penuh wibawa, menyimpan rasa haru dalam keheningan.
Tak hanya Dhani yang menerima sungkem penuh cinta itu. Setelahnya, Al berpindah ke ibunda tercinta, Maia Estianty. Sang bunda, yang selama ini dikenal sebagai figur perempuan kuat dan penuh cinta kasih, menerima sungkem dengan mata yang mulai berkaca.
Dengan suara yang bergetar oleh rasa, Maia mengucapkan restunya. “Anakku tercinta, Ahmad Al-Ghazali, hari ini engkau bersimpuh di hadapanku, membawa seluruh hidupmu menuju lembaran baru,” katanya, lirih namun jelas. Ia melanjutkan dengan kata-kata yang menggambarkan pergulatan batin seorang ibu—yang harus merelakan tangan kecil yang dulu digenggam saat lahir, kini akan dipegang oleh pendamping hidup sang anak.
“Maafkan bunda ya sayang, kalau bunda belum bisa menjadi orang tua yang sempurna,” ucapnya, sebelum menegaskan bahwa tak ada luka di hati, meski mungkin perjalanan membesarkan Al tak selalu mulus.
Momen tersebut menjadi gambaran nyata bahwa cinta orang tua, dalam bentuknya yang paling tulus, adalah ketika mereka mampu melepas dengan doa, bukan dengan beban. Dalam suasana haru dan penuh kehangatan itu, terpatri sebuah pelajaran mendalam: bahwa dalam kehidupan, restu dan cinta dari orang tua adalah pondasi yang tak tergantikan.
Kini, Al-Ghazali bersiap membuka lembaran baru bersama Alyssa Daguise—perempuan yang selama ini menjadi bagian penting dalam hidupnya. Dan di balik sorotan media, ribuan penggemar, dan panggung hiburan yang biasa ia jejaki, Al adalah seorang anak yang masih mendamba restu dan pelukan dari ayah dan ibunya.
Momen ini tak hanya menjadi pengingat tentang pentingnya keluarga, tapi juga memperlihatkan bahwa cinta, dalam wujud paling hakiki, adalah ketika kita bersedia melepas dengan doa dan merelakan dengan air mata. (bin)
Tinggalkan Balasan