
Jakarta (Trigger.id) – Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, menegaskan bahwa anggapan vaksin human papillomavirus (HPV) dapat menyebabkan kemandulan atau menopause dini adalah tidak benar dan merupakan informasi menyesatkan.
“Pernyataan bahwa vaksin HPV bisa menimbulkan kemandulan, menopause dini, atau gangguan kesuburan lainnya adalah mitos belaka, bukan fakta ilmiah,” ujar Prof. Yudi dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Ia menekankan bahwa hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan keterkaitan antara vaksinasi HPV dan gangguan kesuburan.
Lebih lanjut, Prof. Yudi menjelaskan bahwa vaksin HPV memang tidak diberikan kepada ibu hamil bukan karena berbahaya, melainkan karena efektivitas pembentukan antibodi di masa kehamilan cenderung lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh kondisi sistem imun ibu hamil yang lemah, sehingga pemberian vaksin akan lebih optimal dilakukan setelah proses persalinan.
“Kenapa tidak diberikan saat hamil? Karena sistem imun ibu sedang tidak dalam kondisi terbaik. Padahal kita butuh waktu 9 bulan untuk pembentukan antibodi yang maksimal,” jelasnya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan bahwa kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker mematikan yang sebenarnya bisa dicegah, salah satunya melalui imunisasi HPV.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menambahkan bahwa kanker serviks adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan, terutama jika terdeteksi sejak dini.
“Vaksin HPV melindungi tubuh dari infeksi virus penyebab kanker serviks. Selain itu, pemeriksaan berkala sangat penting untuk menemukan sel-sel abnormal pada leher rahim sejak awal,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa deteksi dini merupakan kunci keberhasilan pengobatan. “Semakin cepat terdeteksi, semakin besar kemungkinan untuk sembuh,” imbuh Nadia.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua di Indonesia, dengan lebih dari 36.000 kasus baru setiap tahun. Sayangnya, sekitar 70 persen kasus baru tersebut ditemukan saat sudah memasuki stadium lanjut.
Sebagai upaya pencegahan, pemerintah terus menggalakkan program vaksinasi HPV dan pemeriksaan dini sebagai bagian dari strategi promotif dan preventif untuk menekan angka kematian akibat kanker serviks. (ian)
Tinggalkan Balasan